3. Fasilitasi: Untuk secara efektif memfasilitasi “pembelajaran” yang terjadi
dalam organisasi secara kelembagaan, kelompokindividu.
4. Inovasi: Kemampuan untuk berani dan bertanggung jawab melakukan suatu
perubahan bila mana diperlukan dan menjadi suatu tuntutan dengan perubahan yang terjadi.
5. Mobilitas: Pengerahan sumber daya yang ada untuk melengkapi dan
memperlakukan setiap orang yang terlibat di dalamnya untuk mencapai visi dan tujuan.
6. Siap Siaga: Kemampuan untuk selalu siap belajar tentang diri mereka
sendiri dan menyambut perubahan dengan paradigma baru yang positif.
7. Tekad: Tekad bulat untuk selalu sampai pada akhir, tekad untuk
menyelesaikan sesuatu dengan baik dan tuntas.
2.1.5 Gaya Kepemimpinan
Gaya Kepemimpinan Leadership style Seorang pemimpin akan sangat berpengaru terhadap kinerja pegawai dan pencapaian tujuan. Pemilihan gaya
kepemimpinan yang benar dan tepat dapat mengarahkan pencapaian tujuan perorangan maupun tujuan organisasi, perusahaan maupun lembaga pemerintahan.
Dengan gaya kepemimpinan yang tidak sesuai dapat mengakibatkan pencapaian tujuan perusahaan akan terbengkalai dan pengarahan terhadap pegawai akan menjadi tidak
jelas, dimana hal ini dapat mengakibatkan ketidakpastian pada anggota atau pegawai.
1. Kepemimpinan Demokratik.
Dalam suatu organisasi kepemimpinan merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan oleh organisasi. Para
karyawan memperoleh informasi dari pemimpin tentang kondisi yang mempengaruhi pekerjaan mereka dan didorong untuk mengungkapkan gagasan dan mengajukan saran
Universitas Sumatera Utara
kecenderungan yang umum adalah ke arah penerapan praktek partisipasi lebih luas karena konsisten dengan model perilaku organisasi yang suportif dan kolegial.
2. Kepemimpinan Autokratik.
Para pemimpin autokratik memusatkan kuasa dan pengambilan keputusan bagi dirinya sendiri. Mereka menata situasi kerja yang rumit bagi para karyawan, yang
melakukan apa saja yang diperintahkannya. Pemimpin berwenang penuh dan memikul tanggung jawab sepenuhnya. Kepemimpinan autokratik umumnya negatif, yang
berdasarkan atas ancaman dan hukuman, tetapi kepemimpinan seperti ini dapat pula positif, seperti yang ditujukan oleh autokratik yang murah hati benevoleni autocratic
yang cenderung memberikan imbalan kepada karyawan.
3. Kepemimpinan Laissez Faire.
Para pemimpin bebas kendali menghindari kuasa dan tanggung jawab. Mereka sebagian besar bergantung pada kelompok untuk menetapkan tujuan dan
menanggulangi masalahnya sendiri. Pemimpin hanya memainkan peranan kecil. Kepemimpinan bebas kendali mengabaikan kontribusi pemimpin dengan cara yang
kurang lebih sama seperti kepemimpinan autokratik mengabaikan kelompok. Kepemimpinan ini cenderung memungkinkan berbagai unit organisasi yang berbeda
untuk bergerak maju dengan tujuan yang bertentangan satu sama lain, dan ini dapat menimbulkan kekacauan.
4. Kepemimpinan Transaksional.
Kepemimpinanan merupakan kontrak sosial antara pemimpin dan pengikutrnya. Pemimpin dan para pengikutnya merupakan pihak-pihak independen yang masing-
masing mempunyai tujuan, kebutuhan, dan kepentingan sendiri. Sering tujuan dan kepentingan tersebut saling bertentangan, sehingga mengarah ke situasi konflik.
Universitas Sumatera Utara
2.1.6 Keberhasilan Usaha