Pengertian Mantan Narapidana Hak dan Kewajiban Mantan Narapidana

29 Penjelasan PP No. 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan KUHAP, Menteri dapat menetapkan Lapas tertentu sebagai Rumah tahanan. Kemudian, dengan adanya Surat Keputusan Menteri Kehakiman No. M.04.UM.01.06 Tahun 1983 tentang Penetapan Lembaga Pemasyarakatan Tertentu sebagai Rumah Tahanan Negara, Lapas dapat beralih fungsi menjadi Rutan, dan begitu pula sebaliknya. Berdasarkan pasal 18 ayat 1 PP No. 27 Tahun 1983, di tiap kabupaten atau kotamadya dibentuk Rumah tahanan. Namun kondisi yang terjadi di Indonesia adalah tidak semua kabupaten dan kotamadya di Indonesia memiliki rumah tahanan dan lembaga pemasyarakatan, sehingga rumah tahanan difungsikan pula untuk menampung narapidana seperti halnya lembaga pemasyarakatan. Hal ini juga mengingat kondisi banyak lembaga pemasyarakatan yang ada di Indonesia, berdasarkan informasi dari berbagai sumber, telah melebihi kapasitas, karenanya terdakwa yang telah menjalani hukuman di rumah tahanan, yang seharusnya pindah dari rumah tahanan untuk menjalani hukuman ke lembaga pemasyarkatan, banyak yang tetap berada di dalam rumah tahanan hingga masa hukuman mereka selesai.

3. Pengertian Mantan Narapidana

Banyak pelanggaran hukum yang terjadi di masyarakat. Setiap pelanggaran hukum yang dilakukan mempunyai konsekuensi berupa sanksi. Pelaku pelanggaran akan dikenakan sanksi sesuai dengan apa yang dilakukannya. Dalam hukum negara pelaku pelanggaran hukum akan menerima sanksi setelah dilakukan peradilan dan dikenakan putusan dari 30 hakim. Menurut Hilman Hadi Kusuma 1992: 25, dalam bahasa keseharian narapidana adalah sebutan bagi orang-orang yang sedang menjalani hukuman di lembaga pemasyarakatan atas tindak kejahatan yang telah dilakukan. Simorangkir dkk 1987: 102 menyatakan bahwa narapidana adalah orang yang ditahan di lembaga pemasyarakatan rutan. Di dalam UU No 121995 tentang Pemasyarakatan, pengertian narapidana adalah terpidana yang hilang kemerdekaan di lembaga pemasyarakatan. Sedangkan pengertian terpidana adalah seseorang yang dipidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. Menurut Bambang Waluyo 2000: 36, Narapidana adalah seorang yang dipidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. Narapidana adalah manusia yang karena perbuatannya melanggar norma hukum, maka dijatuhi hukum pidana oleh hakim Salimin Budi Santoso, 1987: 36. Sedangkan menurut Soedjono Dirdjosworo 1992: 192 narapidana adalah manusia biasa seperti manusia lainnya hanya karena melanggar norma hukum yang ada, maka dipisahkan oleh hakim untuk menjalani hukuman. Dari paparan yang telah diuraikan, dapat disimpulkan mantan narapidana adalah seseorang yang telah melanggar kaidah atau norma hukum yang ada di masyarakat karena tindakannya, sehingga dia dikenai sanksi berupa hukuman oleh keputusan pengadilan yang ditahan di 31 lembaga pemasyarakatan atau rumah tahanan dan telah menyelesaikan masa hukumannnya.

4. Hak dan Kewajiban Mantan Narapidana

Setiap manusia secara jelas memiliki HAM yang sama, begitu juga dengan mantan narapidana yaitu hak untuk hidup, hak untuk bebas dari rasa takut, hak untuk bekerja., hak untuk mendapatkan pendidikan, hak untuk mendapatkan persamaan di mata hukum, hak untuk beribadah sesuai dengan keyakinannya dan sebagainya. Perlindungan HAM bagi warga negara Indonesia sudah jelas tetapi ada pelanggaran HAM baik yang dilakukan oleh institusi maupun pribadi, dari pelanggaran yang ringan hingga berat. Contohnya menghadapi mantan narapidana, ada yang mencibir, menghina hingga mengucilkan para mantan narapidana. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia di dalam pasal 3 ayat 3 menegaskan bahwa: Setiap orang berhak atas perlindungan hak asasi manusia dan kebebasan dasar manusia tanpa diskriminasi. Mantan narapidana memiliki hak dan martabat seperti manusia pada umumnya. Hak mereka tercabut dan terampas saat menjalani hukuman di penjara. Hak mantan narapidana sudah dikembalikan secara utuh setelah menjalani masa hukuman. Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan pasal 27. Ketentuan ini sesuai dengan sila ke lima dari dasar negara Pancasila yakni keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Dalam pasal UUD 1945 pasal 29 ayat 2 diatur perihal 32 keyakinan beragama dari tiap warga negara yaitu negara menjamin kemerdekaan penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadah menurut agama dan kepercayaannya itu. Mantan narapidana tidak bisa menduduki jabatan sebagai presiden atau wakil presiden sesuai pasal 5 huruf n No 48 tahun 2008 tentang pilpres yang menyatakan bahwa: “ tidak pernah dijatuhi hukuman pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara 5 lima tahun atau lebih”. Mantan narapidana juga tidak bisa menduduki jabatan sebagai gubernur, wali kota dan bupati sesuai dengan pasal 58 huruf f UU No 32 tahun 2004. Dalam UU no 15 tahun 2006 pasal 13 huruf g tentang Badan Pemeriksa Keuangan menyatakan bahwa: “ untuk dapat dipilih sebagai anggota BPK, calon harus memenuhi syarat- syarat sebagai berikut: tidak pernah dijatuhi hukuman pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara 5 lima tahun atau lebih”. UU No 39 tahun 2008 tentang Kementrian Negara pasal 22 ayat 2 menyatakan bahwa: ”untuk diangkat menjadi menteri, sesorang harus memenuhi persyaratan: tidak pernah dipidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara 5 lima tahun atau lebih ”. UU No 25 tahun 2003 pasal 21 huruf g tentang 33 perubahan UU No 15 tahun 2002 tentang tindak pidana pencucian uang PPATK menyatakan bahwa: “untuk dapat diangkat menjadi kepala atau wakil kepala PPATK, calon yang bersangkutan harus memenuhi syarat sebagai berikut: t idak pernah dijatuhi hukuman pidana penjara”. Pasal 5 Peraturan KPU yang baru Nomor 13 ayat 2013, ayat 3 menyebutkan persyaratan mantan narapidana dapat mencalonkan diri sebagai anggota DPR, DPRD dan DPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf g dikecualikan bagi: a. Orang yang dipidana penjara karena alasan politik untuk jabatan publik yang dipilih elected officials. b. Orang yang pernah dipidana penjara 5 lima tahun atau lebih berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, wajib memenuhi syarat yang bersifat kumulatif, sebagai berikut : 1. Telah selesai menjalani pidana penjara sampai dengan dimulainya jadwal waktu pendaftaran dalam waktu paling singkat 5 lima tahun, secara terbuka dan jujur mengemukakan kepada publik sebagai mantan narapidana dan bukan sebagai pelaku kejahatan yang berulang. Jadi hak mantan narapidana dalam berpolitik terbatas dan tidak sama dengan masyarakat pada umumnya. Mantan narapidana hanya bisa mencalonkan diri sebagai anggota DPR, DPRD dan DPD. Kewajiban mantan narapidana yaitu: a. Wajib menaati hukum dan pemerintahan. Pasal 27 ayat 1 UUD 1945 berbunyi : “segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan 34 pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya”. b. Wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara. Pasal 27 ayat 3 UUD 1945 menyatakan : “Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara”. c. Wajib menghormati hak asasi manusia orang lain. Pasal 28J ayat 1 mengatakan : “Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain”. d. Wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang- undang. Pasal 28J ayat 2 menyatakan : “Dalam menjalankan hak dan kebebasannya,setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis”. e. Wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara. Pasal 30 ayat 1 UUD 1945. menyatakan: “tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan Negara”. Jadi kewajiban mantan narapidana sama dengan kewajiban masyarakat pada umumnya yaitu wajib menaati hukum dan pemerintahan, wajib ikut serta dalam upaya pembelaan Negara, wajib menghormati hak asasi manusia orang lain, wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan 35 dengan undang-undang dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan Negara.

4. Aspek-Aspek Kehidupan Mantan Narapidana