74 masuk ke hati nurani siswa, dan tidak pernah dilaksanakan dalam kehidupan. Akibatnya
kenakalan siswa terjadi dimana-mana dan kemungkinan juga siswa sudah menjadi kebal akibat pengaruh global. Ini memberikan indikasi bahwa pendidikan nilai yang
dibelajarkan tidak memberikan makna signifikan bagi pembentukan karakter siswa. Pendidikan nilai akan bermakna kalau dapat menginternalisasi atau mempribadi pada diri
siswa. Perlu disadari bahwa pendidikan nilai bukan sesuatu yang hanya ditambahkan,
melainkan justru merupakan sesuatu yang hakiki dalam seluruh proses pendidikan, meskipun sampai sekarang tidak ada mata pelajaran yang khusus mengenai pendidikan
nilai. Pendidikan nilai di sekolah harusnya membawa siswa ke pengenalan nilai secara kognitif, penghayatan nilai secara afektif, dan sampai ada satu peristiwa batin yang amat
penting yang harus terjadi dalam diri siswa yaitu munculnya keinginan yang sangat kuat tekad untuk mengamalkan nilai secara nyata. Dalam hal ini, pendidikan nilai pada
dasarnya adalah membimbing siswa untuk secara sukarela mengikatkan diri pada nilai.
c. Pengaruh teman sebaya terhadap pembentukan karakter
Berdasarkan hasil pengujian data empiris juga menunjukkan bahwa pendidikan nilai yang diperolah melalui lingkungan teman sebaya mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap pembentukan karakter siswa R
2
= 0,007; dan p 0,05. Sesuai dengan tahapan perkembangan sosial anak remaja awal, para remaja cenderung untuk
meniru sesuatu yang dimiliki teman sebaya. Hasil penelitian ini mendukung teori Bimowalgito 1993 yang menyatakan bahwa peranan imitasi tampaknya dalam hal
dimana anak meniru apa saja yang didengarnya kemudian menyampaikannya kepada orang lain, misalnya mempelajari bahasa, tingkah laku ataupun mode, bahkan peniruan
mode kadang-kadang dilakukan tanpa mengetahui latar belakang lebih lanjut. Demikian halnya dengan Santrock 1998 yang berpendapat bahwa konformitas atau tuntutan dari
kelompok teman sebaya terhadap anggotanya mempengaruhi berbagai aspek dalam kehidupan remaja seperti pilihan terhadap aktivitas sekolah atau sosial yang akan diikuti,
penampilan, bahasa yang digunakan, sikap dan nilai-nilai yang dianut. Berdasarkan pendekatan ini berarti, pendidikan nilai yang diperoleh remaja seiring dengan perubahan
yang terjadi pada mereka dalam menemukan jati diri atau identitas diri dengan menampilkan dirinya agar kehadirannya diakui sebagai bagian dari komunitas remaja
kelompok teman sebaya. Pendidikan nilai juga mempengaruhi berbagai aspek dalam kehidupan remaja seperti pilihan terhadap aktivitas sekolah atau sosial yang akan diikuti,
75 penampilan, bahasa yang digunakan, sikap dan nilai-nilai kehidupan yang dianut dapat
mempengaruhi pembentukan karakter remaja. Kelompok teman sebaya merupakan sarana untuk memperoleh dukungan sosial
anak untuk melepaskan diri dari keterikatan dengan orang tua sekaligus tujuan dalam pencarian jati diri anak. Tidak heran apabila banyak ditemukan berbagai kasus perilaku
penyimpangan oleh remaja yang disebabkan pengaruh buruk dari kelompok teman sebaya. Pengalaman dengan teman sebaya memberikan pemahaman bagi anak tentang
pentingnya perilaku prososial dalam bergaul, dalam membina relasi dengan teman- temannya, serta umpan balik dari lingkungan semakin memberikan kesempatan pada
anak-anak untuk tumbuh menguasai hubungan-hubungan tersebut. Kebanyakan remaja bersedia melakukan berbagai perilaku demi pengakuan kelompok bahwa ia adalah
bagian yang tidak terpisahkan dari kelompok tersebut. Dengan demikian, dapat diasumsikan bahwa kelompok teman sebaya akan memberikan pengaruh yang signifikan
pada remaja dalam perolehan pendidikan nilai tentang sistem nilai. Hal ini diperkuat dengan temuan Barry dan Darrel 1983 bahwa teman sebaya ternyata berpengaruh
positif terhadap pembentukan sikap berilmu dan meraih prestasi. Hasil penelitian tersebut menjelaskan bahwa teman sebaya berperan dalam pembentukan sikap dan
tingkah laku termasuk perilaku konsumsi mereka. Hal ini disebabkan antara lain besarnya keinginan untuk menjaga harmonisasi, mencapai persetujuan dan penerimaan
sosial.
d. Pengaruh media massa terhadap pembentukan karakter