28 Sekolah dapat membentuk karakter siswa melalui sejumlah proses. Proses tersebut
misalnya penanaman nilai melalui pendidikan nilai yang diintegrasikan lewat materi pelajaran, pemberian contoh, modeling dan lain sebagainya. Dalam hal ini, guru sebagai
aktor utama dalam mengelola proses belajar mengajar, memegang peranan kunci dalam membentuk dan mengembangkan orientasi nilai-nilai kehidupan pada diri siswa.
Misalnya menanamkan perilaku hemat dalam berkonsumsi dengan mengaitkannya melalui materi pelajaran bidang ekonomi yang diampu oleh guru. Kemudian guru
menunjukkan keteladan berhemat, dan merefleksikan bersama-sama siswa dalam memaknai nilai hemat maka akan mudah menginternalisasi atau mempribadi pada diri
siswa, maka secara reflek siswa akan melakukan tindakan hemat. Sehubungan dengan hal itu, penelitian Harvey Morrison 1973 menyatakan bahwa pola perilaku guru yang
bersifat membantu berkorelasi positif dan signifikan dengan kecenderungan siswa untuk melakukan hal-hal yang sesuai dengan norma, aturan-aturan dan harapan guru. Dengan
demikian, dapat dikatakan bahwa hubungan antara guru dengan siswa yang kondusif sangat membantu proses penanaman nilai-nilai kehidupan pada diri siswa dan akan
bermuara pula pada pembentukan karakter siswa.
c. Pendidikan Nilai Melalui Teman Sebaya
Seseorang dalam kehidupannya pasti selalu bersentuhan dengan lingkungan
sosialnya. Sebagai makhluk sosial, manusia memerlukan peran-peran dirinya sebagai anggota masyarakat. Hal itu berlaku pula bagi seorang anak. Ia membutuhkan
lingkungan masyarakat sebagai tempat mendewasakan dirinya. Dengan cara bergaul di masyarakat, anak belajar dari apa yang terjadi dalam kehidupan yang sebenarnya melalui
mencoba dan mencoba.
Sejak usia sekolah, anak juga mengenal lingkungan lain yaitu teman seusia mereka atau teman sebayanya. Hal ini lebih menonjol pada masa usia remaja. Teman sebaya
adalah kelompok yang terdiri dari anak-anak yang mempunyai umur relatif sama dengan minat dan cita-cita yang sama pula Dorothy,1998: 83. Remaja bersama dengan
kelompok teman sebayanya sudah memiliki lingkungan tersendiri. Kelompok tersebut memiliki norma dan nilai tersendiri pula dalam kehidupannya. Anak dapat belajar dari
keberhasilan dan kegagalan yang dialaminya. Pengaruh teman sebaya tampak nyata melalui peran imitasi dalam interaksi sosial.
Untuk itu, lingkungan masyarakat merupakan lingkungan penting lainnya yang ikut berpengaruh terhadap kesadaran nilai pada anak. Karakteristik pergaulan anak dalam
masyarakat dapat berlangsung secara sukarela. Dalam arti yang positif, sukarela
29 bermakna kebebasan pada diri anak untuk memilih lingkungan atau teman, dan
pilihannya itu didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan moral yang matang. Sifat sukarela terkadang dapat menjerumuskan anak pada pergaulan yang merugikan bagi
dirinya andaikata anak tidak cerdas membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Dengan kata lain, pendidikan nilai dalam lingkungan masyarakat melibatkan dua faktor
penting yang berpengaruh terhadap keberhasilan anak, yaitu potensi anak dalam memilih nilai dan nilai yang berkembang di masyarakat.
Sesuai dengan tahap perkembangan sosial anak remaja awal, para remaja cenderung untuk meniru sesuatu yang dimiliki teman sebayanya. Bimowalgito 1993:
48, mengatakan bahwa peran imitasi tampaknya dalam hal dimana anak meniru apa saja yang didengarnya kemudian menyampaikannya kepada orang lain, misalnya
mempelajari bahasa, tingkah laku ataupun mode, bahkan peniruan mode kadang-kadang dilakukan tanpa mengetahui latar belakang lebih lanjut. Penelitian yang dilakukan oleh
Barry dan Darrel 1983 juga menunjukkan bahwa teman sebaya ternyata berpengaruh positif terhadap pembentukan sikap berilmu dan meraih prestasi. Hasil penelitian
tersebut menjelaskan bahwa teman sebaya berperan dalam pembentukan sikap dan tingkah laku termasuk perilaku konsumsi mereka. Hal ini didukung pula oleh penelitian
David dan Albert 1984 yang menyatakan bahwa dalam membeli pakaian, majalah, rokok, kendaraan bermotor, remaja dipengaruhi oleh temannya. Penelitian yang
dilakukan Sri Wening 1991: 47 juga ikut mendukung penelitian-penelitian terdahulu bahwa terdapat hubungan yang positif antara teman sebaya dengan cara mengkonsumsi
busana bagi para mahasiswa. Hal ini menunjukkan bahwa teman sebaya dapat mempengaruhi tingkah laku dan sikap mereka dalam melakukan konsumsi.
d. Pendidikan Nilai Melalui Media Massa