Pengaruh sekolah terhadap pembentukan karakter

73 keluarga karena kesibukan orang tua. Untuk itu, hal terpenting yang harus ditata oleh orang tua dalam membangun pendidikan nilai dalam keluarga adalah menjadikan keluarga sebagai wahana iklim pembelajaran nilai yang kondusif bagi anak.

b. Pengaruh sekolah terhadap pembentukan karakter

Lembaga sekolah merupakan institusi pendidikan kedua setelah keluarga, yang berperan besar dalam pembentukan dan pengembangan pengetahuan, keterampilan dan kepribadian bagi para siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh David Brooks 1997 bahwa sekolah adalah tempat yang sangat strategis untuk pendidikan karakter, karena anak-anak dari semua lapisan akan mengenyam pendidikan di sekolah. Selain itu anak-anak menghabiskan sebagian waktunya di sekolah, sehingga apa yang didapatkannya di sekolah akan mempengaruhi pembentukan karakternya. Demikian halnya dengan Slamet Imam Santoso 1984 yang antara lain menyatakan bahwa sekolah merupakan salah satu dapur utama yang ikut membentuk disiplin anggota masyarakat. Namun demikian, hasil pengujian secara empiris menunjukkan bahwa pendidikan nilai yang diperoleh siswa melalui sekolah tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pembentukan karakter siswa. Tidak terjadinya signifikansi dari variabel bebas tersebut karena R 2 = 0,000; dan p 0,05. Hasil ini mempunyai makna bahwa jika variabel bebas yang lainnya, yaitu keluarga, teman sebaya dan media massa dianggap konstan, maka secara partial variabel pendidikan nilai yang diperoleh melalui sekolah tidak berpengaruh terhadap pembentukan karakter siswa. Sekolah tanpa hadirnya keluarga, teman sebaya dan media massa ternyata tidak signifikan. Meskipun demikian hasilnya sekolah tetap dipertahankan karena secara formal digagas, tetapi juga harus diingat bahwa siswa dibentuk juga dari lingkungan keluarga, teman sebaya, dan media massa. Pendidikan nilai di sekolah selama ini hanya diformulasikan menjadi mata pelajaran pendidikan agama dan PKn atau pelajaran budi pekerti, yang program utamanya ialah pengenalan nilai-nilai secara kognitif semata sehingga hasilnya tidak optimal. Padahal pendidikan nilai bisa dititipkan pada semua mata pelajaran yang ada di sekolah. Selama ini, tidak ada tempat dalam kurikulum sekolah Indonesia untuk melaksanakan pendidikan watak yang sebenarnya. Nilai-nilai kehidupan dan universal yang ditanamkan dan disosialisasikan di sekolah tidak mempribadi pada diri siswa, meskipun hasil refleksi para siswa mengatakan bahwa pendidikan nilai menurut pendapat mereka penting dimiliki. Selama ini pendidikan nilai di sekolah hanya singgah sebentar saat guru menyampaikan nasehatnya dan sesudah itu terlupakan, tidak pernah 74 masuk ke hati nurani siswa, dan tidak pernah dilaksanakan dalam kehidupan. Akibatnya kenakalan siswa terjadi dimana-mana dan kemungkinan juga siswa sudah menjadi kebal akibat pengaruh global. Ini memberikan indikasi bahwa pendidikan nilai yang dibelajarkan tidak memberikan makna signifikan bagi pembentukan karakter siswa. Pendidikan nilai akan bermakna kalau dapat menginternalisasi atau mempribadi pada diri siswa. Perlu disadari bahwa pendidikan nilai bukan sesuatu yang hanya ditambahkan, melainkan justru merupakan sesuatu yang hakiki dalam seluruh proses pendidikan, meskipun sampai sekarang tidak ada mata pelajaran yang khusus mengenai pendidikan nilai. Pendidikan nilai di sekolah harusnya membawa siswa ke pengenalan nilai secara kognitif, penghayatan nilai secara afektif, dan sampai ada satu peristiwa batin yang amat penting yang harus terjadi dalam diri siswa yaitu munculnya keinginan yang sangat kuat tekad untuk mengamalkan nilai secara nyata. Dalam hal ini, pendidikan nilai pada dasarnya adalah membimbing siswa untuk secara sukarela mengikatkan diri pada nilai.

c. Pengaruh teman sebaya terhadap pembentukan karakter