47 pembelajaran matematika pada siswa berkesulitan belajar matematika
dilakukan di ruang kelas klasikal dan ruang kelas khusus. Pembelajaran di ruang khusus dibimbing secara langsung oleh GPK yang di monitoring oleh
koordinator GPK maupun psikolog.
E. Peran Guru dalam Pelaksanaan Pembelajaran Matematika Akomodatif
Salah satu aspek terpenting dalam pelaksanaan pembelajaran akomodatif dalam seting kelas inklusif ialah peran pendidik. Hubungan pendidik dan peserta
didik dapat berjalan optimal apabila pendidik mengetahui dan paham terhadap peran yang harus dilakukannya dalam memberikan pelayanan kepada siswa
berkesulitan belajar matematika. Seting kelas inklusi idealnya memiliki guru kelas dan guru pembimbing
khusus GPK. Dalam pelaksanaannya mereka harus mampu menjalankan peranannya masing-masing secara optimal. Hal tersebut secara tidak langsung
akan memudahkan pencapaian tujuan program pembelajaran yang telah ditentukan. Secara umum, Tarmansyah 2007: 138 memaparkan bahwa peran
dari guru di sekolah inklusi yakni sebagai berikut:
1. Mengerti minat dan potensi siswa,
2. Dapat menganalisis kegiatan pembelajaran yang tepat untuk siswa agar
dapat mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan, dan 3.
Memiliki pengetahuan tentang metode dan pendekatan dalam pemberian tugas untuk siswa, sehingga terjadi interaksi yang
komunikatif.
48 Peranan guru kelas dengan GPK dalam pelaksanaan pembelajaran
akomodatif pada siswa berkesulitan belajar matematika idealnya memiliki perbedaan yang jelas. Guru kelas merupakan guru yang mampu mengemban
tanggung jawab secara umum dalam pelaksanaan program dalam seting kelas inklusi Rufaida, 2014: 49. Wahyu Sri Ambar Arum 2005: 198 memaparkan
peran guru kelas berdasarkan kompone pendidikan inklusif, antara lain sebagai berikut.
1. dapat merumuskan tujuan pembelajaran secara jelas dan meneruskan
dalam RPP atau silabus, 2.
dapat mengelola materi yang akan diajarkan, 3.
terampil menggunakan metode yang dapat meningkatkan motivasi belajar siswa,
4. dapat memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar,
5. guru dapat melakukan evaluasi hasil belajar, dan
6. terampil mengatur strategi belajar terarah yaitu mengembangkan strategi
yang dapat meningkatkan hubungan sosial agar siswa mampu mengoptimalkan interaksi sosialnya.
Selain guru kelas, pelaksanaan pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus harus melibatkan guru pembimbing khusus GPK. Guru pembimbing khusus
untuk menangani anak dengan problem belajar sebaiknya memperoleh pendidikan khusus dalam bidang pendidikan luar biasa Munawir Yusuf, 2005:
126. Atau sekurang-kurangnya mereka mendapatkan pelatihan khusus yang memadai tentang pendidikan bagi anak dengan problem belajar. Ada Sembilan
peranan guru pembimbing khusus bagi anak dengan hambatan belajar Munawir Yusuf, 2005: 126, yakni sebagai berikut.
1. menyusun rancangan program identifikasi, asesmen, dan pembelajaran
anak dengan kesulitan belajar,
49 2.
berpartisipasi dalam penjaringan, asesmen, dan evalausi, 3.
berkonsultasi dengan para ahli yang terkait psikolog, dokter dan menginterpretasikan laporan para ahli tersebut,
4. menyelenggarakan tes, baik tes formal maupun tes informal,
5. berpartisipasi dalam penyusunan program pendidikan individual,
6. melaksanakan program pendidikan individual,
7. menyelenggarakan pertemuan dan wawancara dengan orangtua,
8. bekerjasama dengan guru regular atau guru khusus untuk memahami
anak dan menyediakan pembelajaran yang efektif, dan 9.
membantu anak dalam mengembangkan pemahaman diri dan memperoleh harapan untuk berhasil serta keyakinan mengatasi
hambatan yang dimilikinya.
Untuk optimalisasi peran GPK, adapun tugas yang direkomendasikan berdasarkan model pelatihan pendidikan inklusif Kemendiknas, 2010 dalam
Brahma Aditya, 2011: 41, yakni sebagai berikut. 1.
menyusun instrument assesmen akademik bersama dengan guru kelas, 2.
membangun system koordinasi antara guru, pihak sekolah, dan orang tua siswa berkesulitan belajar,
3. melaksanakan pendampingan anak berkesulitan belajar pada kegiatan
pembelajaran bersama dengan guru kelas, 4.
memberikan bantuan layanan khusus bagi siswa berkesulitan belajar di kelas regular,
5. memberikan bimbingan secara berkesinambungan dan membuat catatan
khusus tentang perkmebangan siswa berkesulitan belajarselama mengikuti pembelajaran, serta
6. memberikan bantuan pada guru kelas agar mereka dapat memberikan
layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus. Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat ditegaskan bahwa guru kelas dan
GPK memiliki peranan yang berbeda dalam pelaksanaan pembelajaran akomodatif. Guru kelas berperan sebagai actor utama dalam pelaksanaan
pembelajaran, mulai dari perumusan tujuan, penentuan materi, penerapan metode, pembuatan media, bahkan pelaksanaan evaluasi belajar. Dalam
pelaksanaan peran tersebut tentu saja, guru kelas harus berkolaborasi dengan
50 GPK. Pendapat para ahli di atas menjelaskan secara rinci bahwa peran GPK
yakni untuk mendampingi guru regular dalam perencanaan maupun pelaksanaan pembelajaran, bukan untuk menggantikan tugas mengajarnya.
Penelitian awal yang telah dilakukan oleh peneliti di SD Negeri Giwangan menunjukkan bahwa sebagian besar GPK belum melaksanakan perannya secara
optimal. GPK di sekolah tersebut lebih menekankan pada pelaksanaan pendampingan siswa dan mengabaikan tugas dalam pendampingan guru kelas.
Peran pendampingan GPK merupakan elemen penting dalam meningkatkan kapasitas guru regular. Oleh karena itu, selain menjadi pendamping siswa GPK
dihara pkan dapat menjadi “konsultan” bagi guru reguler. Sebaliknya,
optimalisasi manfaat pendampingan GPK dapat ditingkatkan jika peran GPK dikembangkan menjadi “peran konsultan” dan pelatih bagi guru-guru reguler.
Adapun kompetensi yang harus dikuasai oleh guru guru kelas maupun GPK dalam menangani anak berkesulitan belajar yaitu yang berkaitan dengan
kompetensi teknis dan kompetensi konsultatif-kolaboratif Munawir Yusuf, 2005: 127, yaitu sebagai berikut.
1. memahami berbagai teori tentang problem belajar,
2. memahami berbagai tes yang terkait dengan problem belajar,
3. terampil dalam melaksanakan assesmen dan evaluasi, serta
4. terampil dalam mengajarkan Bahasa ujaran lisan, Bahasa tulis,
membaca, berhitung, mengelola perilaku, dan terampil dalam memberikan pelajaran prevokasional dan vokasional.
Sedangkan kompetensi konsultatif kolaboratif lebih mengarah pada kemampuan guru dalam menjalin hubungan atau kerjasama dengan semua orang
51 yang terlibat dalam pelaksanaan pembelajaran akomodatif bagi siswa
berkesulitan belajar matematika. Munawir Yusuf 2005: 127 menyebutkan bahwa orang yang terlibat dalam upaya memberikan bantuan kepada siswa
tersebut ialah kepala sekolah, tim ahli dokter, psikolog, konselor, dan sebagainya, serta orang tua.
Terdapat empat prinsip konsultasi kolaboratif, yakni sharing, rasa hormat, komunikasi yang jelas, dan pengumpulan informasi yang cocok Idol West
dalam Parwoto, 2007: 123. Sedangkan pendapat lain menyatakan bahwa prinsip konsultasi kolaboratif terdiri atas tujuan umum, komunikasi terbuka dan jelas,
kejelasan tanggung jawab, menanggulangi konflik, dan waktu dan fasilitas yang cukup Mulyono Abdurrahman, 2010: 104.
Pelaksanaan konsultatif kolaboratif antara guru kelas dan guru reguler bersama tim ahli dan kepala sekolah dilakukan dalam rangka menentukan
masalah siswa, memilih dan merekomendasikan tindakan, merencanakan dan mengimplementasikan program pembelajaran, serta melakukan evaluasi hasil
intervensi Rufaida Aristya Choerunnisa, 2014: 51. Pelaksanaan konsultatif kolaboratif antara guru kelas dan guru reguler bersama tim ahli dan kepala
sekolah dilakukan dalam rangka menentukan masalah siswa, memilih dan merekomendasikan tindakan, merencanakan dan mengimplementasikan program
pembelajaran, serta melakukan evaluasi hasil intervensi Rufaida Aristya Choerunnisa, 2014: 51. Peran guru dan tenaga profesional praktisi atau ahli
52 secara garis besar dijelaskan dalam tabel di bawah ini Medina dalam Parwoto,
2007: 118. Tabel 1. Peran Guru dan Tenaga Profesional dalam Pembelajaran Anak
berkebutuhan Khusus
Guru Tenaga Profesional
Manajemen Kelas
Merencanakan jadwal mingguan Membantu merencanakan dan
menyelesaikan berbagai aktivitaspelajaran Merencanakan aktivitas pembelajaran
untuk individu dan kelas Membuat alat bantu pembelajaran
Merencanakan sentra belajar Membantu pengadaan atau copy materi
Bertanggung jawab untuk semua siswa dalam waktu pelajaran
Menyediakan supervisi bila terjadi situasi emergensi
Partisipasi dalam menyusun jadwal guru di sekolah
Partisipasi dalam jadwal tugas alat bantu sekolah
Mengatur jadwal untuk setiap siswa yang berkaitan dengan layanan
Mendampingi individu atau kelompok kecil ke lokasi lain dalam sekolah
Asesmen
Menilai semua siswa dari segi kebutuhan secara berkelanjutan
Membantu monitoring dan penyekoran tes Tanggung jawab mengumpulkan
dan merekam data siswa Membantu dalam menilai tugastes, dan
perekaman Administrasi tes
Membantu dengan mencatat dalam tabel kemajuan perilaku siswa
Pembelajaran
Memperkenalkan materi baru Membantu dengan pengajaran Mengajar
kelompok kecil, individu dan kelas lanjutan untuk kelompok kecil atau
individual
Mengajar kelompok kecil, individu dan kelas
Membantu memberi dukungan pengajaran kelompok yang besar sebagai sesuai
kebutuhan
Manajemen Perilaku
Merencanakan strategi untuk manajeman perilaku baik untuk kelas
maupun individu Membantu mengimplementasikan strategi
manajeman perilaku yang dilakukan guru, menggunakan teknik yang sama
Orang Tua
Bertemu dengan orang tua Membantu kontak dengan orang tua
melalui telepon atau dalam bentuk tertulis Berinisiatif menyelenggarakan
konferensi Mendampingi guru dalam konferensi
dengan orang tua jika memungkinkan Menentukan jadwal PPI
Membantu penyelenggaraan PPI
Sumber: Parwoto, 2007: 118
53
F. Penelitian Relevan