PENGARUH QUANTUM LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SD NEGERI GIWANGAN YOGYAKARTA.

(1)

i

PENGARUH QUANTUM LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SD NEGERI GIWANGAN

YOGYAKARTA

TUGAS AKHIR SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan

Oleh:

Arrohman Nur Karim NIM 13108244059

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

ii

PENGARUH QUANTUM LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SD NEGERI GIWANGAN

YOGYAKARTA Oleh:

Arrohman Nur Karim NIM 13108244059

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Quantum Learning terhadap hasil belajar matematika siswa kelas V SD Negeri Giwangan Yogyakarta.

Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dan desain penelitian ini adalah Quasi Experiment Design dengan rancangan Nonequivalent Control Group Design. Variabel penelitian ini terdiri dari variabel bebas yaitu Quantum Learning dan variabel terikat yaitu hasil belajar Matematika siswa kelas V. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD Negeri Giwangan yang berjumlah 62 siswa yang terbagi dalam dua kelas yaitu kelas VA sebagai kelompok eksperimen yang berjumlah 31 siswa dan kelas VB sebagai kelompok kontrol yang berjumlah 31 siswa. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah tes dan observasi. Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan statistic deskriptif yaitu membandingkan nilai rata-rata.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh positif Quantum Learning terhadap hasil belajar Matematika siswa kelas V SD Negeri Giwangan Yogyakarta. Hal ini dibuktikan dengan adanya perbedaan nilai rata-rata post-test pada kelompok eksperimen sebesar 83,06 lebih tinggi dari nilai rata-rata post-test pada kelompok kontrol sebesar 75,81. Selisih nilai rata-rata post-test pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sebesar 7,25. Hal tersebut juga didukung oleh perbedaan peningkatan rata-rata nilai pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, yaitu 26,45 > 19,68, dapat dikatakan bahwa kelompok eksperimen memiliki perubahan yang lebih tinggi daripada kelompok kontrol. Maka disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang positif Quantum Learning terhadap hasil belajar Matematika siswa kelas V SD Negeri Giwangan Yogyakarta.


(3)

iii

THE INFLUENCE OF QUANTUM LEARNING TOWARDS MATHEMATICS LEARNING ACHIEVEMENT AT FIFTH GRADE STUDENTS OF SD

NEGERI GIWANGAN YOGYAKARTA By:

Arrohman Nur Karim NIM 13108244059

ABSTRACT

The research aims to find out the influence of Quantum Learning towards mathematics learning achievement at fifth grade students of SD Negeri Giwangan Yogyakarta.

The type of this research was quasi-experimental design in form of nonequivalent control group design. The independent variable of this research was

quantum learning, whereas the dependent variable was fifth grade students’

mathematics learning achievement. The population of this research were all of fifth grade students in SD Negeri Giwangan consisted of 62 students which then divided in two classes that were class VA as the experimental group that consists of 31 students, and class VB as the control group that consists of 31 students. The data collection techniques were test and observation. The data were analysed by using descriptive statistics that very compared the average value.

The result shows that there is a positive influence of Quantum Learning towards mathematics learning achievement at fifth grade students of SD Negeri Giwangan Yogyakarta. This is evidenced by the difference in post-test average value in the experimental group (83.06) which is higher than the average post-test value in the control group (75.81). The difference between the post-test average in the experimental and control group is 7.25. This is also supported by the difference in the average value of the experimental group and the control group, between 26.45>19.68, it can be said that the experimental group has bigger difference than the control group. Hence, it can be concluded that there is a positive influence of Quantum Learning towards mathematics learning achievement at fifth grade students of SD Negeri Giwangan Yogyakarta.


(4)

(5)

(6)

(7)

vii MOTTO

“Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai (dari segala urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain). Dan

hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap.” (Terjemahan QS. Al-Insyirah: 6-8)

Memulai dengan penuh keyakinan, menjalankan dengan penuh keikhlasan, menyelesaikan dengan penuh kebahagiaan


(8)

viii

PERSEMBAHAN

Dengan mengucap syukur alhamdulillah atas rahmat Allah SWT, karya ini kupersembahkan kepada:

1. Kedua orang tuaku, Bapak dan Ibu yang selalu mendoakanku dan memberikan dukungan semangat.

2. Kakak-kakak dan Adik-adikku yang selalu mendoakanku dan memberikan dukungan.

3. Almamater Universitas Negeri Yogyakarta. 4. Agama, nusa, dan bangsa.


(9)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan karunia-Nya, Tugas Akhir Skripsi dalam rangka untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan dengan judul “Pengaruh Quantum Learning terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V SD Negeri Giwangan Yogyakarta” dapat disusun sesuai dengan harapan. Tugas Akhir Skripsi ini dapat diselesaikan tidak lepas dari bantuan dan kerjasama dengan pihak lain. Berkenaan dengan hal tersebut, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Bapak Drs. Purwono PA, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing TAS yang telah memberikan semangat, dorongan, dan bimbingan selama penyusunan Tugas Akhir Skripsi ini.

2. Bapak Drs. Purwono PA, M.Pd. selaku ketua penguji, Bapak Ali Mahmudi, M.Pd. selaku penguji utama dan Bapak P. Sarjiman, M.Pd. selaku sekretaris penguji yang sudah memberikan koreksi perbaikan secara komprehensif terhadap Tugas Akhir Skripsi ini.

3. Bapak Drs. Suparlan, M.Pd.I. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar beserta dosen dan staf yang telah memberikan bantuan dan fasilitas selama proses penyusunan pra proposal sampai dengan selesainya TAS ini.

4. Bapak Dr. Haryanto, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan yang telah memberikan persetujuan pelaksanaan Tugas Akhir Skripsi ini.

5. Bapak Prof. Dr. Sutrisna Wibawa, M.Pd. selaku Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan untuk menuntut ilmu sehingga penyelesaian Tugas Akhir Skripsi ini berjalan baik.

6. Bapak Robo Heruyanto, S.Pd. selaku Kepala SD Negeri Mlati 1 yang telah memberikan ijin untuk melakukan uji coba instrument penelitian.

7. Ibu Siyam Mardini, M. Pd. selaku Kepala SD Negeri Giwangan yang telah memberikan ijin melaksanakan penelitian.


(10)

x

8. Guru kelas VA dan VB SD Negeri Giwangan, Bapak Rian Okta Rahmana, S.Pd. dan Ibu Any Wahyu Kurniati, S.Pd. yang telah memberi bantuan dan memperlancar pengambilan data selama proses penelitian.

9. Siswa-siswi kelas VA dan VB SD Negeri Giwangan yang telah bersedia membantu terlaksananya penelitian.

10. Kedua orangtuaku, keluargaku serta sahabat-sahabatku yang selalu memberikan dukungan, bantuan, dan doa hingga terselesaikannya Tugas Akhir Skripsi ini.

11. Teman-teman Kelas D PGSD FIP UNY angkatan 2013 yang telah memberi semangat, dukungan dan motivasi dalam penyusunan Tugas Akhir Skripsi ini. 12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan di sini atas bantuan dan perhatiannya

selama penyusunan Tugas Akhir Skripsi ini.

Semoga Allah SWT memberikan balasan kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan kepada penulis dan Tugas Akhir Skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca atau pihak lain yang membutuhkannya.

Yogyakarta, 11 Juli 2017 Penulis

Arrohman Nur Karim NIM 13108244059


(11)

xi DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

SURAT PERNYATAAN ... iv

LEMBAR PERSETUJUAN ... v

HALAMAN PENGESAHAN ... vi

MOTTO ... vii

PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Batasan Masalah ... 7

D. Rumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Tentang Pembelajaran Matematika ... 10

1. Pengertian Matematika... 10

2. Tujuan Matematika ... 12

3. Hasil Belajar Matematika ... 13

a. Pengertian Hasil Belajar ... 13

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 16

B. Karakteristik Siswa Kelas V Sekolah Dasar ... 17

C. Kajian Tentang Quantum Learning ... 19

1. Pengertian Quantum Learning ... 19

2. Karakteristik Umum Quantum Learning ... 22

3. Asas Utama Quantum Learning ... 23

4. Prinsip-Prinsip Quantum Learning ... 24

5. Aspek-Aspek Quantum Learning ... 25

6. Kerangka Rancangan Belajar Quantum Learning ... 27

7. Manfaat Kelebihan dan Kekurangan Quantum Learning .... 30

8. Quantum Learning pada mata pelajaran Matematika ... 31

D. Hasil Penelitian yang Relevan ... 32

E. Kerangka Berpikir ... 33

F. Perumusan Hipotesis ... 34


(12)

xii BAB III METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian ... 37

B. Setting Penelitian ... 40

C. Populasi Penelitian ... 40

D. Teknik Pengumpulan Data ... 41

E. Instrumen Penelitian ... 42

F. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 48

G. Teknik Analisis Data ... 52

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 55

B. Deskripsi Data Hasil Penelititan ... 56

1. Data Hasil Observasi Kelompok Eksperimen dan Kontrol.. 56

2. Data Hasil Belajar Siswa ... 61

3. Perbandingan Nilai Rata-Rata Pre-test dan Post-test Kelompok Eksperimen dengan Kontrol ... 68

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 71

D. Keterbatasan Penelitian ... 75

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 77

B. Saran ... 77

DAFTAR PUSTAKA ... 79


(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Kisi-Kisi Instrumen Tes Sebelum Uji Coba ... 43

Tabel 2. Kisi-Kisi Instrumen Tes Setelah Uji Coba ... 44

Tabel 3. Kisi-Kisi Lembar Observasi Guru untuk Kelompok Eksperimen ... 45

Tabel 4. Kisi-Kisi Lembar Observasi Guru untuk Kelompok Kontrol .... 46

Tabel 5. Kisi-Kisi Lembar Observasi Aktivitas Siswa Kelompok Eksperimen ... 47

Tabel 6. Kisi-Kisi Lembar Observasi Aktivitas Siswa Kelompok Kontrol ... 48

Tabel 7. Hasil Uji Validitas Instrumen ... 50

Tabel 8. Interpretasi Nilai r ... 52

Tabel 9. Kriteria Keberhasilan Treatment ... 56

Tabel 10. Hasil Observasi Aktivitas Guru dalam pembelajaran Kelompok Ekperimen ... 57

Tabel 11. Hasil Observasi Aktivitas Siswa dalam pembelajaran Kelompok Ekperimen ... 58

Tabel 12. Hasil Observasi Aktivitas Guru dalam pembelajaran Kelompok Kontrol... 59

Tabel 13. Hasil Observasi Aktivitas Siswa dalam pembelajaran Kelompok Kontrol... 60

Tabel 14. Data Distribusi Frekuensi Hasil Pre-test Kelompok Eksperimen ... 61

Tabel 15. Hasil Statistik Pre-test Kelompok Eksperimen ... 63

Tabel 16. Data Distribusi Frekuensi Hasil Pre-test Kelompok Kontrol ... 63

Tabel 17. Hasil Statistik Pre-test Kelompok Kontrol ... 65

Tabel 18. Data Distribusi Frekuensi Hasil Post-test Kelompok Eksperimen ... 66

Tabel 19. Hasil Statistik Post-test Kelompok Eksperimen ... 67

Tabel 20. Data Distribusi Frekuensi Hasil Post-test Kelompok Kontrol ... 68


(14)

xiv

Tabel 22. Kriteria Penilaian Hasil Belajar... 69 Tabel 23. Nilai Rata-Rata Pre-test dan Post-test

Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 70 Tabel 24. Perbandingan Nilai Rata-Rata Pre-test dan Post-test


(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Bagan Kerangka Berpikir Penelitian ... 34

Gambar 2. Rancangan Nonequivalent Control Group Design ... 38

Gambar 3. Diagram Hasil Pre-test Kelompok Eksperimen ... 62

Gambar 4. Diagram Hasil Pre-test Kelompok Kontrol ... 64

Gambar 5. Diagram Hasil Post-test Kelompok Eksperimen ... 66

Gambar 6. Diagram Hasil Post-test Kelompok Kontrol ... 68

Gambar 7. Diagram Perbandingan Nilai Rata-Rata Pre-test dan Post-test Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 70


(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Soal dan Kunci Jawaban Instrumen Tes Sebelum Uji

Coba ... 82

Lampiran 2. Data Hasil Uji Coba Instrumen Tes... 92

Lampiran 3. Hasil Uji Validitas Instrumen ... 93

Lampiran 4. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ... 95

Lampiran 5. Soal dan Kunci Jawaban Instrumen Tes Setelah Uji Coba ... 98

Lampiran 6. Jadwal Pelaksanaan Penelitian ... 105

Lampiran 7. Data Hasil Pre-test Kelompok Eksperimen ... 106

Lampiran 8. Data Hasil Pre-test Kelompok Kontrol ... 107

Lampiran 9. Data Hasil Post-test Kelompok Eksperimen ... 108

Lampiran 10. Data Hasil Post-test Kelompok Kontrol ... 109

Lampiran 11. Hasil Pretest-Posttest pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 110

Lampiran 12. Hasil Analisis Data ... 111

Lampiran 13. Data Hasil Observasi Aktivitas Guru Kelas Eksperimen ... 114

Lampiran 14. Data Hasil Observasi Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen ... 117

Lampiran 15. Data Hasil Observasi Aktivitas Guru Kelas Kontrol ... 120

Lampiran 16. Data Hasil Observasi Aktivitas Siswa Kelas Kontrol ... 123

Lampiran 17. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Eksperimen ... 126

Lampiran 18. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Kontrol... 159

Lampiran 19. Dokumentasi Kelompok Eksperimen ... 186

Lampiran 20. Dokumentasi Kelompok Kontrol... 191


(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Matematika merupakan suatu mata pelajaran yang diajarkan pada setiap jenjang pendidikan mulai dari Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), bahkan sampai Perguruan Tinggi. Di era globalisasi seperti sekarang ini, penguasaan terhadap matematika merupakan suatu keharusan bagi anak usia dini, karena matematika selain sebagai dasar untuk menguasai sains dan teknologi, dengan belajar matematika kita dapat mengembangkan kemampuan berpikir secara logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, yang sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.

Banyak orang yang memandang matematika sebagai bidang studi yang sulit. Meskipun demikian, semua orang harus mempelajarinya karena ilmu matematika merupakan sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari, seperti halnya bahasa, membaca dan menulis. Kesulitan matematika harus diatasi sedini mungkin, kalau tidak ingin menghadapi banyak masalah, sebab hampir semua bidang studi memerlukan matematika. Oleh karena itu, pembelajaran matematika di Sekolah Dasar perlu perhatian yang khusus dari berbagai pihak yang terkait, karena pada jenjang ini penguasaan matematika yang dimiliki siswa akan menjadi pondasi ilmu yang akan mereka pelajari pada jenjang berikutnya serta diperlukan untuk penguasaan dan penciptaan teknologi di masa depan.

Salah satu tujuan pembelajaran matematika di sekolah adalah untuk membekali siswa kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif


(18)

2

dalam memecahkan suatu masalah. Sesuai pendapat Subarinah (2006:1) bahwa tujuan pembelajaran matematika adalah membentuk pola pikir orang yang mempelajarinya menjadi pola pikir matematis yang sistematis, logis, kritis, dan penuh kecermatan. Agar tujuan tersebut tercapai, seyogyanya dalam melaksanakan proses pembelajaran guru mampu menciptakan pembelajaran yang menyenangkan, mengaktifkan siswa, dan mengurangi dominasinya dalam pembelajaran.

Proses pembelajaran sering disebut kegiatan belajar siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran ini dapat dilihat dari hasil belajar yang diperoleh oleh siswa. Hasil belajar merupakan salah satu tujuan dari proses pembelajaran. Hasil belajar merupakan hal yang sangat penting dalam proses belajar karena dapat dijadikan petunjuk untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan siswa dalam belajar. Menurut Jihad & Haris (2013:15) hasil belajar adalah perubahan tingkah laku siswa secara nyata setelah dilakukan proses belajar sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam belajar. Perubahan tingkah laku ini meliputi kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor. Menurut Anitah, et al. (2009: 2.7) hasil belajar dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor dalam diri siswa sendiri (intern) dan faktor dari luar diri siswa (ekstern). Berdasarkan pendapat tersebut, tinggi rendahnya hasil belajar siswa dapat dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan efektif tidaknya proses pembelajaran.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan peneliti, hasil belajar matematika di SDN Giwangan kelas V masih tergolong rendah. Sebagai gambaran rendahnya hasil belajar Matematika kelas V terlihat pada hasil ulangan tengah semester ganjil tahun ajaran 2016/2017. Hasil ulangan tengah semester dari


(19)

3

jumlah siswa kelas V belum mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum) yaitu sebesar 70. Secara keseluruhan hasil Ujian Tengah Semester ganjil kelas V baik dari kelas VA dan kelas VB, menyatakan bahwa nilai tertinggi ujian semester ganjil matematika SDN Giwangan kelas V adalah 86, nilai terendahnya adalah 10, sedangkan rata-ratanya adalah 37,23. Jumlah siswa yang mencapai nilai KKM hanya 6 siswa dari jumlah siswa keseluruhan baik kelas VA dan VB adalah 62 siswa. Dengan keadaan perolehan hasil belajar yang demikian, maka dapat dikatakan bahwa hasil belajar siswa kelas V SDN Giwangan masih rendah.

Rendahnya hasil belajar matematika siswa kelas V SDN Giwangan disebabkan karena dalam proses pembelajaran masih berpusat pada guru atau teacher centered. Guru masih sering menggunakan pembelajaran konvensional dalam proses pembelajaran Matematika. Pembelajaran konvensional yang dimaksud dalam proses pembelajaran Matematika guru masih menerapkan pembelajaran monoton seperti menggunakan metode ceramah, tanya jawab, diskusi, penugasan, dan hanya berpegang pada buku-buku paket siswa. Dalam hal ini guru cenderung aktif menyampaikan materi sedangkan siswa pasif, sehingga mengakibatkan siswa menjadi kurang berperan aktif dalam pembelajaran dan kurang merasakan manfaat dari apa yang dipelajarinya serta suasana pembelajaran menjadi tidak menarik dan membosankan sehingga berdampak pada hasil belajar siswa. Selain itu, hasil wawancara beberapa siswa kelas V menyatakan bahwa para siswa menganggap matematika merupakan pelajaran yang sulit dipahami karena banyak sekali rumus dan konsepnya sulit dimengerti sehingga tidak sedikit siswa


(20)

4

yang enggan dan takut untuk belajar matematika. Hal ini mengakibatkan hasil belajar matematika rendah tidak sesuai yang diharapkan.

Melihat kenyataan tersebut, maka dalam proses pembelajaran khususnya pada mata pelajaran matematika perlu diterapkan metode pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa, membuat suasana pembelajaran berlangsung menyenangkan dan dapat meningkatkan tingkat pemahaman siswa terhadap materi. Sehingga jika ketiga hal tersebut dapat terlaksana, diharapkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran matematika juga akan meningkat. Quantum Learning dapat diterapkan guru dalam pembelajaran matematika agar proses pembelajaran menyenangkan, siswa menjadi aktif dan tidak merasa bosan dengan materi pelajaran yang disampaikan.

Quantum Learning merupakan salah satu alternatif pembaharuan pembelajaran yang memadukan semua faktor yang terlibat dalam proses pembelajaran untuk menciptakan pembelajaran yang efektif dengan suasana kelas yang nyaman, menyenangkan dan bergairah. Faktor belajar tersebut meliputi pengaturan suasana kelas yang nyaman, penciptaan hubungan antara guru dan siswa, dan pelaksanaan proses pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan dan karakteristik siswa.

Quantum Learning merupakan model pembelajaran yang membiasakan belajar menyenangkan sehingga dapat meningkatkan minat belajar siswa dan pada akhirnya siswa dapat meningkatkan hasil belajar secara menyeluruh (Huda, 2015: 192). Menurut DePorter & Hernacki (2006: 15) Quantum Learning merupakan Seperangkat metode dan falsafah belajar yang terbukti efektif di sekolah dan bisnis


(21)

5

untuk semua umur tipe orang dan segala usia. Melalui Quantum learning siswa akan diajak belajar dalam suasana yang lebih nyaman dan menyenangkan, terciptanya hubungan harmonis antara guru dan siswa akibat dari interaksi, siswa akan lebih bebas dalam menemukan berbagai pengalaman baru dalam belajarnya sehingga dapat meningkatkan pemahaman terhadap materi dan hasil belajar siswa. Menurut DePorter & Hernacki (2006: 13) belajar dengan menggunakan Quantum Learning akan memberikan manfaat yaitu: 1) bersikap positif, 2) meningkatkan motivasi, 3) keterampilan seumur hidup, 4) kepercayaan diri dan 5) sukses atau hasil belajar yang meningkat.

Dengan kerangka rancangan Quantum Learning yang dikenal dengan istilah TANDUR, proses pembelajaran ini menempatkan siswa menjadi subjek yang aktif baik fisik maupun mental dalam mempelajari matematika. Siswa diberi kesempatan untuk memahami konsep-konsep matematika dengan benar dengan melalui pengalaman sendiri dengan bantuan alat peraga atau benda konkret sehingga menemukan sebuah konsep matematika. Melalui pengalaman nyata ini, konsep yang dikuasai siswa dapat bertahan lama. Selain itu Quantum Learning dapat menumbuhkan rasa ingin tahu siswa terhadap materi pelajaran. Proses pembelajaran yang diberikan kepada siswa pun menarik dan bervariasi, sehingga siswa tidak merasa bosan, termotivasi dan menarik perhatian siswa dalam menerima materi pelajaran. Di sisi lain, lingkungan belajar yang nyaman dan menyenangkan juga dapat membuat suasana kelas menjadi kondusif sehingga diharapkan siswa dapat belajar dengan nyaman dan dapat memahami materi yang diajarkan dengan mudah serta dapat meningkatkan hasil yang optimal.


(22)

6

Hal tersebut sesuai dengan karakteristik siswa kelas tinggi yang pada umumnya berada pada operasional konkret masih menggunakan benda konkret untuk menemukan sebuah konsep yang bersifat abstrak, memliki rasa ingin tahu, suka membentuk kelompok, serta mengaitkan dengan kehidupan sehari-hari. Dengan demikian siswa dalam menerima materi tidak merasa dipaksakan sehingga senang mengikuti pembelajaran. Dalam pelaksanaannya, TANDUR ini harus mengacu pada prinsip dan asas landasan Quantum Learning dengan memperhatikan karakteristik belajar siswa, penggunaan alat peraga, penciptaan suasana lingkungan kelas yang kondusif dan efektif sehingga dapat menciptakan hasil belajar yang optimal.

Berdasarkan uraian diatas, dengan menyadari akan manfaat Quantum Learning serta melihat kenyataan bahwa guru kelas V SD Negeri Giwangan belum menggunakan Quantum Learning dalam pembelajaran Matematika. Maka perlu kiranya diadakan penelitian untuk mengetahui pengaruh Quantum Learning terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika. Oleh karena itu, peneliti terdorong untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Quantum Learning Terhadap Hasil Belajar Matematika pada Siswa Kelas V SDN Giwangan Yogyakarta”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Masih rendahnya tingkat capaian hasil belajar matematika siswa kelas V SDN Giwangan.


(23)

7

2. Persepsi negatif siswa yang memandang mata pelajaran Matematika sebagai mata pelajaran yang tidak menyenangkan dan sulit dipahami.

3. Proses pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher centered), dimana guru masih menggunakan metode ceramah, tanya jawab, diskusi, penugasan, dan hanya berpegang pada buku-buku paket siswa sehingga siswa cenderung pasif dalam pembelajaran.

4. Guru kelas V SD Negeri Giwangan belum menggunakan Quantum Learning dalam pembelajaran Matematika

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang ditemukan, maka peneliti membatasi permasalahan, yaitu pada pengaruh Quantum Learning terhadap hasil belajar Matematika siswa kelas V SD Negeri Giwangan Yogyakarta. Adapun hasil belajar Matematika siswa dibatasi pada hasil belajar ranah kognitif pada materi jaring-jaring bangun ruang.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah: “Apakah terdapat pengaruh positif Quantum Learning terhadap hasil belajar Matematika siswa kelas V SD Negeri Giwangan Yogyakarta?”.

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui positif pengaruh Quantum Learning terhadap hasil belajar Matematika siswa kelas V SD Negeri Giwangan Yogyakarta.


(24)

8 F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Secara teoritis

a. Untuk menambah wawasan pengetahuan mengenai Quantum Learning, terutama penerapannya dalam mata pelajaran Matematika.

b. Membimbing peserta didik untuk dapat meningkatkan kemampuan berpikir, menumbuhkan minat belajar dan kreativitas serta memecahkan berbagai masalah dalam kehidupan sehari-hari.

2. Secara praktis a. Bagi siswa

1) Membantu siswa agar dapat mengatasi masalah dalam pembelajaran.

2) Membantu siswa memahami materi yang diajarkan, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar mereka.

b. Bagi guru

1) Menambah wawasan, pengetahuan dan memberikan motivasi bagi guru serta sebagai masukan dalam memilih metode pembelajaran yang tepat dalam pembelajaran Matematika di SD.

2) Memberikan informasi kepada guru dalam merencanakan proses pembelajaran yang menyenangkan menggunakan Quantum Learning.

3) Memberikan pengetahuan kepada guru mengenai seberapa jauh pengaruh Quantum Learning terhadap hasil belajar Matematika.


(25)

9 c. Bagi sekolah

1) Sebagai masukan dalam usaha peningkatan kualitas dan kinerja guru dalam pembelajaran Matematika di SD.

2) Sebagai masukan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran dengan menyediakan fasilitas yang lengkap di Sekolah.

d. Bagi peneliti

1) Bagi peneliti dapat menambah wawasan tentang metode pembelajaran matematika di SD.


(26)

10 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Tentang Pembelajaran Matematika 1. Pengertian Matematika

Matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang menjadi suatu alat untuk mempelajari ilmu-ilmu yang lain. Oleh karena itu penguasaan konsep-konsep dasar matematika harus dikuasai siswa sejak dini agar kelak siswa terampil dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Banyak definisi tentang matematika, ada yang mendefinisikan bahwa matematika adalah ilmu pasti, ada yang menyatakan bahwa matematika merupakan bagian dari ilmu pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi, ada yang mendefinisikan matematika sebagai ilmu pengetahuan tentang penalaran logis dan masalah-masalah yang berhubungan dengan bilangan, dan ada juga yang menyatakan bahwa matematika adalah ilmu pengetahuan tentang kuantitas dan ruang (Prihandoko, 2006:6). Dapat dikatakan bahwa matematika merupakan ilmu pengetahuan tentang penalaran logis dan masalah-masalah yang berhubungan dengan bilangan, jumlah, dan keadaan isi suatu benda.

Johnson dan Rising (Subarinah, 2006: 1) mengemukakan bahwa matematika merupakan pola berfikir, pola mengorganisasikan pembuktian logik, pengetahuan struktur yang terorganisasi memuat sifat-sifat, teori-teori, dibuat secara deduktif berdasarkan unsur yang tidak didefinisikan, aksioma, sifat atau teori yang telah dibuktikan kebenarannya. Prihandoko (2006: 9) mengemukakan bahwa hakekat matematika berkenaan dengan struktur-struktur, hubungan-hubungan dan


(27)

konsep-11

konsep abstrak yang dikembangkan menurut aturan yang logis. Disisi lain Subarinah (2006: 1) mengatakan matematika merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari struktur yang abstrak dan pola hubungan yang ada di dalamnya. Ini berarti bahwa belajar matematika pada hakikatnya adalah belajar konsep, struktur konsep dan mencari hubungan antar konsep dan strukturnya menurut aturan yang logis.

Selain itu, Subarinah (2006: 1) mengemukakan bahwa matematika mempunyai manfaat dapat membentuk pola pikir orang yang mempelajarinya menjadi pola piki matematis yang sistematis, logis, kritis dengan penuh kecermatan. Selanjutnya Kline (Subarinah, 2006: 1) mengatakan bahwa matematika bukan pengetahuan tersendiri yang dapat sempurna karena dirinya, akan tetapi keberadaannya untuk membantu manusia dalam memahami dan menguasai permasalahan sosial, ekonomi dan alam. Maka dalam hal ini matematika dapat digunakan sebagai alat untuk menjawab sebuah permasalah dalam kehidupan sehari-hari.

Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa matematika adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari konsep yang abstrak dan pola hubungan yang ada didalamnya, yang membutuhkan kecermatan dalam mempelajarinya sebagai alat atau sarana berpikir sistematis, logis, dan kritis dengan menggunakan pola pikir matematika untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari.


(28)

12 2. Tujuan Pembelajaran Matematika

Tujuan pembelajaran matematika merupakan sesuatu yang diharapkan dari kegiatan pembelajaran matematika yang telah dilaksanakan. Prihandoko (2006: 5) mengemukakan tujuan pembelajaran matematika di sekolah dasar adalah memberikan bekal yang cukup bagi siswa untuk menghadapi materi-materi matematika pada tingkat pendidikan lanjutan. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (2006: 11) disebutkan mata pelajaran matematika bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut.

a. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.

b. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat melakukan manipulasi matematika dalam generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan persyaratan matematika.

c. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

d. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel diagram atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

e. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika serta sikap ulet dan percaya diri dalam memecahkan masalah

Sedangkan Wakiman (2001: 4) mengemukakan bahwa tujuan pengajaran matematika di Sekolah Dasar dibagi menjadi dua tujuan sebagai berikut.

a. Tujuan umum, dalam tujuan umum matematika SD bertujuan agar siswa sanggup menghadapi perubahan keadaan, dapat menggunakan matematika dan pola pikir matematika.

b. Tujuan khusus, dalam tujuan khusus matetaika SD bertujuan menumbuhkan dan mengembangkan, keterampilan berhitung, menumbuhkan kemampuan siswa yang dapat dialihgunakan, mengembangkan kemampuan dasar matematika sebagai bekal belajar di SMP, dan membentuk sikap logis, kritis, kreatif, cermat serta disiplin.


(29)

13

Menurut Heruman (2007: 2) tujuan pembelajaran matematika di SD adalah untuk melatih siswa agar terampil dalam menggunakan berbagai konsep matematika dalam kehidupan sehari-hari. Depdiknas (Prihandoko, 2006: 21) menguraikan bahwa tujuan pembelajaran matematika adalah melatih dan menumbuhkan cara berfikir sistematis, logis, kritis, kreatif, dan konsisten, serta mengembangkan sikap gigih dan percaya diri dalam menyelesaikan masalah.

Dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran matematika adalah melatih siswa agar terampil dalam menggunakan konsep matematika dengan menumbuhkan cara berfikir sistematis, logis, kritis, kreatif, dan konsisten untuk menghadapi materi-materi matematika pada tingkat lanjut, serta mengembangkan sikap gigih dan percaya diri dalam menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari.

3. Hasil Belajar Matematika a. Pengertian Hasil Belajar

Belajar merupakan kegiatan interaksi manusia dengan lingkungannya untuk mendapatkan perubahan perilaku. Menurut Aunurrahman (2010: 36) belajar merupakan interaksi individu dengan lingkungannya. Sejalan dengan itu Winkel dalam Purwanto (2010: 39) mengemukakan bahwa belajar merupakan suatu aktivitas mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungannya, yang menghasilkan sejumlah perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Sedangkan menurut Slameto (2003: 2) adalah suatu proses yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh perubahan


(30)

14

tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Belajar dilakukan untuk mengusahakan adanya perubahan pada individu yang belajar. Perubahan itu merupakan perolehan dari proses belajar yang menjadi hasil belajar. Berhasil atau tidaknya suatu proses belajar yang dilakukan siswa dapat diketahui dari hasil belajar yang diperolehnya. Djamarah (2002: 131) mengemukakan hasil belajar adalah perubahan yang terjadi sebagai akibat dari kegiatan belajar yang telah dilakukan oleh individu. Sedangkan menurut Jihad & Haris (2013: 15) hasil belajar adalah perubahan tingkah laku siswa secara nyata setelah dilakukan proses belajar sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam belajar. Sejalan dengan itu Purwanto (2010: 46) mengatakan hasil belajar adalah perubahan perilaku peserta didik akibat belajar. Perubahan perilaku disebabkan karena dia mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses belajar mengajar. Pencapaian itu didasarkan atas tujuan pengajaran yang telah disiapkan. Hasil itu dapat berupa perubahan dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Menurut Benjamin Bloom (Sagala, 2010: 157) hasil belajar siswa berada pada beberapa aspek yaitu;

1) Aspek kognitif

Berhubungan dengan segala upaya dan pemikiran siswa yang berhubungan dengan aktivitas otak. Aspek kognitif meliputi:

a) Pengetahuan/ ingatan (knowledge)

Aspek ini mengacu pada kemampuan mengenal dan mengingat materi yang telah dipelajari dari yang sederhana sampai pada hal-hal yang sukar.

b) Pemahaman (comprehension)

Mengacu pada kemampuan untuk mengerti dan memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui atau diingat dan memaknai arti dari bahan atau materi yang dipelajari.


(31)

15 c) Penerapan (application)

Aspek ini mengacu pada kemampuan menerapkan pengetahuan atau menggunakan ide-ide umum, metode, prinsip, rumus dan teori untuk memecahkan persoalan.

d) Analisis (analysis)

Mengacu pada kemampuan untuk mengkaji dan menguraikan sesuatu bahan dan keadaan ke dalam bagian-bagian yang lebih spesifik.

e) Sintesis (synthesis)

Aspek ini mengacu pada kemampuan memadukan berbagai konsep untuk membentuk suatu pola atau struktur baru.

f) Evaluasi (evaluation)

Aspek ini mengacu pada kemampuan memberikan pertimbangan atau penilaian terhadap peristiwa atau gejala berdasarkan patokan atau norma-norma tertentu.

2) Aspek afektif

Berkaitan dengan aspek perasaan, nilai, sikap, dan minat siswa yang akan tampak pada tingkah laku siswa. domain afektif meliputi penerimaan (receiving), pemberian respon (responding), penghargaan (valuing), pengorganisasian (organization), dan karakterisasi (characterization). 3) Aspek psikomotorik

Aspek yang berkaitan dengan ketrampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Aspek psikomotorik meliputi kemampuan persepsi (perception), kesiapan (set), respon terbimbimbing (guided response), mekanisme (mechanical response), respon yang kompleks (complex response) adaptasi (adjustment), dan originasi.

Berdasarkan paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan sesuatu yang diperoleh setelah mengalami proses belajar dengan adanya perubahan tingkah laku yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor pada pembelajar. Hasil belajar matematika dalam penelitian ini dibatasi oleh peneliti pada aspek kognitif. Aspek kognitif menunjukkan kemampuan berfikir yang ditunjukkan pada hasil belajar siswa. Pada penelitian ini, peneliti membatasi aspek kognitif siswa pada tingkat pengetahuan (C1), pemahaman (C2), dan penerapan (C3). Ketiga aspek kognitif tersebut selanjutnya diterapkan dalam soal yang berfungsi sebagai instrumen penelitian hasil belajar.


(32)

16

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Hasil belajar sebagai hasil perolehan akibat dari proses belajar sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Anitah (2009: 2.7) faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu faktor dalam diri siswa sendiri (intern) dan faktor dari luar diri siswa (ekstern).

Berdasarkan pendapat di atas dapat dijelaskan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah sebagai berikut:

1) Faktor Intern

Faktor Intern adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa yang berpengaruh terhadap hasil belajar diantaranya yaitu kecakapan, minat, bakat, usaha, motivasi, perhatian, kelemahan, dan kesehatan, serta kebiasaan siswa. Minat dan kecakapan merupakan salah satu faktor penting. Minat belajar harus di munculkan lebih awal, karena berkaitan dengan seberapa besar individu itu merasa suka atau tidak suka dengan pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru dan terhadap suatu materi yang dipelajari siswa. Sedangkan kecakapan pada umumnya setiap individu berbeda-beda. Kecakapan tersebut dapat dikelompokkan berdasarkan kecepatan belajar yaitu sangat cepat, cepat, sedang, dan lambat. Kemampuan siswa dalam kemampuan penerimaan harus diperhatikan, misanya proses pemahamannya harus cara perantara visual, verbal, dan atau harus menggunakan alat peraga atau media.


(33)

17 2) Faktor Ekstern

Faktor ekstern adalah faktor yang berasal dari luar diri siswa yang mempengaruhi hasil belajar siswa diantaranya yaitu lingkungan fisik dan non fisik (termasuk suasana kelas dalam belajar, seperti riang gembira, menyenangkan), lingkungan sosial budaya, lingkungan keluarga, program sekolah (termasuk dukungan komite sekolah), guru, pelaksanaan pembelajaran, dan teman sekolah. Faktor guru merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar, karena guru sebagai manajer atau sutradara dalam pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas.

B. Karakteristik Siswa Kelas V Sekolah Dasar

Siswa Sekolah Dasar (SD) di Indonesia pada umumnya berada pada usia sekitar 6-12 tahun. Masa usia SD merupakan masa kanak-kanak akhir yang ditandai dengan mulainya anak masuk SD, dan dimulainya sejarah baru dalam kehidupannya yang kelak akan mengubah sikap-sikap dan tingkah lakunya. Masa ini sering disebut masa sekolah dan pada masa ini siswa sudah matang untuk belajar atau sekolah. Pada masa ini anak telah mengalami perkembangan-perkembangan yang membantu anak untuk dapat menerima bahan dalam setiap kegiatan yang dilakukan oleh gurunya.

Menurut Izzaty,et al.(2008:114) Masa kanak-kanak akhir dibagi menjadi dua fase, yaitu masa kanak-kanak rendah SD dan masa kanak-kanak tinggi SD.

1. Masa kanak-kanak rendah SD, yaitu usia 6 atau 7 tahun sampai umur 9 atau 10 tahun, biasanya mereka duduk di kelas 1, 2 dan 3. Beberapa ciri-ciri anak pada masa ini, yaitu (a) adanya hubungan positif yang tinggi antara keadaan jasmani


(34)

18

dengan prestasi, (b) adanya kecenderungan suka memuji diri sendiri, (c) apabila tidak dapat menyelesaikan suatu tugas, maka tugas itu dianggap tidak penting, (d) suka membanding-bandingkan dirinya dengan anak yang lain (f) suka meremehkan orang lain.

2. Masa kanak-kanak tinggi SD, yaitu usia 9 atau 10 sampai 12 atau 13 tahun, biasanya mereka duduk di kelas 4, 5 dan 6. Beberapa ciri-ciri anak-anak pada masa ini, yaitu (a) adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret, hal ini menimbulkan adanya kecenderungan untuk membandingkan pekerjaan-pekerjaan yang praktis, (b) ingin mengetahui, ingin belajar dan amat realistic (c) menjelang akhir masa ini telah ada minat kepada hal-hal dan mata pelajaran-pelajaran khusus, (d) pada masa ini, anak memandang nilai (angka rapor) sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi sekolah, (e) Anak-anak suka membentuk kelompok sebaya atau peergroup untuk bermain bersama, mereka membuat peraturan sendiri dalam kelompoknya.

Menurut Piaget (Subarinah, 2006: 2-3) Perkembangan kognitif anak dapat dibedakan antara beberapa tahap sejalan dengan usianya, yaitu:

1. Tahap sensorimotorik (0-2 tahun), 2. Tahap praoperasional (2-7 tahun),

3. Tahap operasional konkret (7-11 tahun), dan 4. Tahap operasi formal (11tahun ke atas)

Siswa yang berada pada kelas V dapat digolongkan ke dalam kelompok kelas tinggi, yang pada umumnya memiliki usia 9 – 12 tahun atau duduk di kelas 4 – 6. Siswa kelas V Sekolah Dasar berkisar antara usia 10 tahun atau 11 tahun, karena


(35)

19

pada umumnya anak Indonesia mulai masuk Sekolah Dasar pada usia 6-7 tahun dan waktu belajar di Sekolah Dasar selama 6 tahun.

Berdasarkan tahapan perkembangan kognitif menurut Piaget diatas, siswa kelas V Sekolah Dasar masuk pada tahap operasional konkret. Piaget dalam Izzaty, et al. (2013: 104 – 105) mengutarakan bahwa siswa yang berada pada usia 7–12 tahun berada pada tahap operasional konkret dimana konsep yang semula samar-samar dan tidak jelas menjadi lebih konkret, mampu memecahkan masalah-masalah aktual dan konkret dalam kehidupan sehari-hari, mampu berpikir logis. Selain itu dalam tahap operasional konkret anak sudah mampu mengklarifikasikan dan mengurutkan suatu benda berdasarkan ciri-ciri suatu objek.

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat diperoleh kesimpulan bahwa siswa kelas V Sekolah Dasar termasuk dalam kelas tinggi dan berada pada tahap operasional konkret. Pada masa ini siswa sudah berpikir logis dan abstrak namun masih menggunakan benda konkret untuk menemukan sebuah konsep yang bersifat abstrak, memiliki rasa ingin tahu, ingin belajar, realistis, berminat pada mata pelajaran tertentu, suka membentuk kelompok, serta memecahkan masalah di kehidupan sehari-hari.

C. Kajian Tentang Quantum Learning 1. Pengertian Quantum Learning

DePorter & Hernacki (2006: 14) mengemukakan bahwa Quantum Learning merupakan seperangkat metode dan falsafah belajar yang telah terbukti efektif di sekolah dan bisnis bekerja untuk semua tipe orang, dan segala usia. Quantum Learning didefinisikan sebagai “interaksi-interaksi yang mengubah energi menjadi


(36)

20

cahaya”. Semua kehidupan adalah energi. Rumus yang terkenal dalam fisika kuantum adalah Massa kali kecepatan cahaya kuadrat sama dengan Energi. Atau sudah biasa dikenal dengan E=mc2. Tubuh kita secara fisik adalah materi. Sebagai pelajar, tujuan kita adalah meraih sebanyak mungkin cahaya; interaksi, hubungan, inspirasi agar menghasilkan energi cahaya yang melejitkan potensinya (DePorter & Hernacki, 2006: 14).

Menurut DePorter & Hernacki (2006: 14), Quantum Learning berakar dari upaya Dr. Georgi Lozanov. Beliau adalah seorang pendidik berkebangsaan Bulgaria yang bereksperimen dengan apa yang disebutnya sebagai “suggestology” dan “sugestopedia”. Prinsipnya bahwa sugesti dapat mempengaruhi hasil belajar, dan setiap detil apapun memberikan sugesti positif ataupun negatif. Beberapa teknik yang dapat digunakan untuk memberikan sugesti positif adalah dengan menempatkan peserta didik secara nyaman, memasang musik latar di dalam kelas, meningkatkan partisipasi individu, menggunakan poster-poster besar untuk memberikan kesan besar sambil menonjolkan informasi dan menyediakan pendidik yang terlatih dengan baik dalam seni pengajaran sugestif.

Istilah lain dari “suggestology” dan “suggestopedia” adalah “pemercepatan belajar” (accelerated learning). Pemercepatan belajar didefinisikan sebagai “memungkinkan siswa untuk belajar dengan kecepatan yang mengesankan, dengan upaya yang normal, dan dibarengi kegembiraan”. Cara ini menyatukan unsur-unsur yang secara sekilas tampak tidak mempunyai persamaan: hiburan, permainan, warna, cara berfikir positif, kebugaran fisik, dan kesehatan emosional. Namun semua unsur itu bekerja sama untuk menghasilkan pengalaman belajar yang efektif.


(37)

21

Selain itu Quantum Learning mencakup aspek-aspek penting dalam program neurolinguistik (NLP), yaitu suatu penelitian tentang bagaimana otak mengatur informasi. Program NLP ini meneliti hubungan antara Bahasa dan perilaku dan dapat digunakan untuk menciptakan jalinan pengertian antara siswa dan guru (DePorter & Hernacki 2006: 14).

Quantum Learning merupakan gabungan antara sugestologi, teknik pemercepatan belajar, dan teori NLP serta teori, keyakinan dan metode dari DePorter. Quantum Learning juga menggunakan konsep-konsep kunci dari berbagi teori dan strategi belajar lain: 1) Teori otak kanan/kiri, 2) Teori otak triune (3 in 1), 3) Pilihan modalitas (visual, auditorial, dan kinetik), 4) Teori kecerdasan ganda, 5) Pendidikan holistic (menyeluruh) Belajar berdasarkan pengalaman, 6) Belajar dengan symbol (metaphoric learning), 7) Simulasi permainan. Jadi maksud dari ke delapan kunci strategi Quantum Learning adalah menggabungkan kegiatan yang secara seimbang antara bekerja dan bermain, dengan kecepatan yang mengesankan dan dibarengi dengan kegiatan yang menggembirakan serta efektif digunakan oleh semua umur.

Quantum Learning pertama kali di terapkan di Supercamp. Menggunakan kurikulum yang secara harmonis dan merupakan kombinasi dari tiga unsur, ketrampilan akademis, prestasi fisik, dan ketrampilan hidup. Sedangkan yang mendasarinya adalah filsafat dasar dimana belajar dapat dan harus menyenangkan, karena belajar adalah kegiatan seumur hidup yang dapat dilakukan dengan menyenangkan dan berhasil. Lingkungan fisik juga menentukan proses belajar, seperti memperindah taman, seni, musik dan ruangan harus terasa pas untuk


(38)

22

kegiatan pembelajaran yang optimal (DePorter & Hernacki, 2006: 8). Dapat dikatakan Quantum Learning ini menawarkan kiat-kiat yang dapat menjadikan belajar itu menyenangkan sehingga diperoleh semangat baru dalam belajar. Dengan merasa belajar itu menyenangkan, maka minat belajarpun bertambah sehingga mengakibatkan hasil belajar akan lebih meningkat.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Quantum Learning merupakan suatu proses pembelajaran yang memadukan sugesti positif dan interaksi dengan lingkungan belajar yang menyenangkan dan bermakna untuk menumbuhkan minat, motivasi dan keaktifan dalam mengikuti proses belajar sehingga dapat memaksimalkan potensi dan hasil belajar siswa. Quantum Learning memberdayakan seluruh unsur yang ada dalam proses pembelajaran yang mencakup petunjuk-petunjuk untuk menciptakan lingkungan belajar yang baik, menyampaikan materi pembelajaran, memahami cara siswa menyerap informasi yang disampaikan dalam proses pembelajaran.

2. Karakteristik Umum Quantum Learning

Menurut Sugiyanto (2010: 73-78) Quantum Learning memiliki beberapa karakteristik umum, diantaranya sebagai berikut.

a. Berpangkal pada psikologi kognitif. b. Besifat humanistis dan kontruktivistis.

c. Memusatkan perhatian pada interaksi yang bermutu dan bermakna.

d. Menekankan pada pemercepatan pembelajaran dengan taraf keberhasilan yang tinggi.


(39)

23

f. Menekankan pada kebermaknaan dan kebermututan proses pembelajaran. g. Memiliki model yang memadukan konteks dan isi pembelajaran.

h. Memusatkan perhatian pada pembentukan keterampilan akademis, ketrampilan hidup dan prestasi fisikal atau material.

i. Menempatkan nilai dan keyakinan sebagai bagian penting proses pembelajaran.

j. Mengutamakan keberagaman dan kebebasan.

k. Mengintegrasikan totalitas tubuh dan pikiran dalam proses pembelajaran. 3. Asas Utama Quantum Learning

Asas utama dari Quantum Learning adalah “Bawalah Dunia Mereka ke Dunia Kita dan Antarkan Dunia Kita ke Dunia Mereka” (DePorter, 2005: 6). Konsep ini mengandung konsekuensi bahwa langkah pertama yang harus dilakukan guru dalam pelaksanaan pembelajaran adalah membangun jembatan autentik memasuki kehidupan dunia atau siswa. Memahami dunia dan kehidupan anak merupakan bentuk izin para guru untuk memimpin, menuntun dan memudahkan perjalanan siswa menuju kesadaran dan ilmu pengetahuan yang lebih luas. Caranya dengan mengaitkan apa yang telah diajarkan dengan sebuah peristiwa, pikiran atau perasaan yang diperoleh dari kehidupan rumah, sosial, atletik, musik, seni, rekreasi, atau akademis mereka. Setelah kaitan ini terbentuk, guru dapat membawa mereka ke dalam dunianya serta memberi pemahaman akan misi dunia itu. Sehingga siswa dapat membawa apa yang mereka pelajari ke dalam dunianya dan menerapkannya pada situasi baru.


(40)

24 4. Prinsip-Prinsip Quantum Learning

Selain asas utama di atas yang telah dipaparkan, Quantum Learning juga memiliki 5 prinsip sebagai berikut (De Porter, 2005: 7).

a. Segalanya berbicara

Segala sesuatu yang berada di lingkungan sekitar dapat berbicara sehingga dapat digunakan dalam pembelajaran yang diberikan. Segala dari lingkungan kelas hingga bahasa tubuh, ataupun kertas yang dibagikan, hingga rancangan pembelajaran. Semua itu dapat mengirimkan pesan tentang belajar.

b. Segalanya bertujuan

Segala yang terjadi dan segala yang sudah dipersiapkan dalam pembelajaran tentunya mempunyai suatu tujuan. Sumber dan fasilitas yang terlibat dalam setiap pembelajaran pada prinsipnya untuk membantu perubahan perilaku kognitif, afektif dan psikomotor.

c. Pengalaman sebelum pemberian nama

Otak selalu berkembang pesat dengan adanya ransangan kompleks yang akan menggerakkan rasa ingin tahu. Oleh karena itu, proses belajar yang baik terjadi ketika siswa telah mengalami sebelum mereka memperoleh nama yang mereka pelajari. Sehingga dalam pembelajaran Quantum Learning ini, berikan suatu pengalaman kepada siswa agar siswa menggerakkan rasa ingin tahunya serta dapat memperoleh suatu makna dalam proses pembelajaran yang diberikan.

d. Akui setiap usaha

Menghargai usaha siswa sekecil apapun karena belajar mengandung resiko. Belajar berarti melangkah keluar dari kenyamanan. Pada saat siswa mengambil


(41)

25

langkah ini, mereka patut mendapat pengakuan atas kecakapan dan kepercayaan diri mereka. Pengakuan ini penting agar siswa dapat menumbuhkan semangat belajar dan selalu berani melangkah ke langkah berikutnya dalam pembelajaran. e. Jika layak dipelajari, maka layak pula dirayakan

Setiap usaha dan hasil yang diperoleh dalam pembelajaran pantas untuk dirayakan. Perayaan memberikan umpan balik dan motivasi mengenai kemajuan dan meningkatkan hasil belajar berikutnya.

5. Aspek-Aspek Quantum Learning

Adapun aspek-aspek yang dapat diterapkan dalam Quantum Learning adalah sebagai berikut (Huda, 2015: 193-195)

a. Kekuatan Ambak

Tumbuhkan minat dengan memuaskan “Apakah Manfaatnya BagiKu” (AMBAK), dan manfaatkan kehidupan belajar. Ambak adalah motivasi yang didapat dari pemilihan secara mental antara manfaat dan akibat-akibat suatu keputusan. Motivasi sangat diperlukan dalam belajar, karena dengan adanya motivasi maka keinginan untuk belajar akan selalu ada. Pada langkah ini siswa akan diberi motivasi oleh guru dengan memberi penjelasan tentang manfaat apa yang diperoleh setelah mempelajari suatu materi.

b. Penataan Lingkungan Belajar

Seperti telah diungkapkan, bahwa Quantum Learning mementingkan adanya lingkungan belajar yang kondusif bagi pembelajar, maka dalam proses pembelajaran diperlukan penataan lingkungan belajar yang dapat membuat siswa betah dalam mengikuti pembelajaran. Dengan penataan lingkungan belajar yang


(42)

26

aman dan tepat sehingga menumbuhkan konsentrasi belajar siswa yang baik serta dapat menanggulangi kebosanan dalam diri siswa.

c. Memupuk sikap juara

Memupuk sikap juara perlu dilakukan untuk lebih memacu dalam belajar siswa. Seorang guru hendaknya jangan segan memberikan pujian pada siswa yang telah berhasil dalam belajarnya, tetapi jangan pula mencemooh siswa yang belum mampu menguasai materi. Dengan memupuk sikap juara ini, siswa akan meras lebih dihargai.

d. Bebaskan gaya belajarnya

Ada beberapa macam gaya belajar yang dimiliki oleh siswa, gaya belajar tersebut yaitu: visual, auditorial, dan kinestetik. Dalam Quantum Learning guru hendaknya memberikan kebebasan dalam belajar pada siswanya dan jangan terpaku pada satu gaya belajar saja. Pemberian instruksi yang tepat dan sesuai dengan gaya belajar peserta didik, tentunya akan berpengaruh pada keberhasilan pencapaian tujuan peserta didik tersebut.

e. Membiasakan mencatat

Belajar akan benar-benar dipahami sebagai aktifitas kreasi ketika siswa tidak hanya bisa menerima, melainkan bisa mengungkapkan kembali apa yang didapatkan menggunakan bahasa yang diungkapkan sesuai dengan gaya bahasa siswa itu sendiri. Hal tersebut dapat dilakukan dengan memberikan simbol-simbol atau gambar yang mudah dimengerti oleh peserta didik itu sendiri, simbol-simbol tersebut dapat berupa tulisan.


(43)

27 f. Membiasakan membaca

Salah satu aktifitas yang cukup penting adalah membaca. Karena dengan membaca akan menambah perbendaharaan kata atau kosa kata pemahaman, dan menambah wawasan daya ingat. Seorang guru hendaknya membiasakan siswa untuk membaca, baik buku pelajaran maupun buku-buku yang lain.

g. Menjadikan anak lebih kreatif

Siswa yang kreatif adalah siswa yang ingin tau, suka mencoba dan senang bermain. Dengan adanya sikap kreatif yang baik siswa akan mampu menghasilkan ide-ide yang segar dalam belajarnya.

h. Melatih kekuatan memori anak

Kekuatan memori sangat diperlukan dalam belajar anak, sehingga anak perlu dilatih untuk mendapatkan kekuatan memori yang baik

6. Kerangka Rancangan Belajar Quantum Learning

Aspek-aspek di atas dapat diterapkan dengan baik dalam proses pembelajaran jika dilaksanakan menggunakan kerangka rancangan belajar Quantum Learning yang dikenal dengan istilah TANDUR. Menurut DePorter (Sa’ud, 2009: 129) TANDUR merupakan akronim dari Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan yang mempunyai makna sebagai berikut.

a. Tumbuhkan

Pemberian apersepsi untuk memberikan motivasi siswa terhadap pembelajaran, sejak awal kegiatan siswa telah termotivasi untuk belajar dan memahami Apa Manfaatnya Bagiku (AMBAK). Tumbuhkan disini berperan sangat penting karena guru dengan usahanya menyertakan siswa dalam pikiran dan


(44)

28

emosinya sehingga akan terjalin kemampuan saling memahami. Prinsip Tumbuhkan adalah Membawa dunia mereka (peserta didik) ke dunia kita (pendidik) dengan cara memikat, membuat siswa menjadi tertarik dan penasaran akan materi yang akan diajarkan. Pada saat awal pembelajaran guru harus menciptakan pembelajaran yang menyenangkan, sarana, tujuan yang jelas dan bermakna untuk siswa agar menimbulkn rasa ingin tahu dalam diri anak. Strategi yang digunakan tidaklah harus dengan menggunakan tanya jawab dan menuliskan tujuan pembelajaran di papan tulis tetapi dapat menggunakan media yang menarik atau cerita pendek. Ketika perhatian sudah bisa direbut oleh guru maka penyampaian materi akan sangat mudah untuk dilakukan.

b. Alami

Arahkan siswa untuk mendapatkan pengalaman langsung mengenai materi yang dipelajari baik melalui percobaan, maupun praktek langsung. Dimaksudkan untuk memberikan pengalaman belajar secara langsung yang dapat memberikan manfaat terhadap pengetahuan yang dibangun siswa. Ketika siswa diberikan pengalaman belajar secara langsung siswa akan terus mengingatnya sehingga menimbulkan hasrat alami otak untuk menjelajah. Guru dapat mencari cara agar siswa memahami informasi, mencari permainan dan kegiatan yang memfasilitasi siswa untuk belajar.

c. Namai

Namai dimaksudkan untuk mengajarkan konsep, melatih keterampilan berpikir dan strategi belajar dengan membuat siswa menjadi penasaran dan menimbulkan pertanyaan mengenai pengalaman untuk memberikan identitas,


(45)

29

menguatkan dan mendefinisikan. Pendidik harus menyediakan kata kunci, konsep, model, rumus, strategi, dan metode lainnya. Kadang ketika siswa hanya diberi penjelasan materi mereka menjadi bingung dan merasa tidak belajar. Strategi dalam menerapkan konsep ini dapat menggunakan alat bantu, susunan gambar, warna, kertas tulus dan yang lainnya.

d. Demonstrasi

Demonstrasi adalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan bahwa siswa tahu dan menunjukkan tingkat pemahaman terhadap materi yang dipelajari. Strategi yang dapat dilakukan adalah menyusun laporan, membuat presentasi dengan powerpoint, menganalisis data, melakukan gerakan tangan, kaki, gerakan tubuh bersama secara harmonis, dan lain-lain. Guru dapat memahami tahap ini dengan cara apa siswa dapat memperagakan tingkat kecakapan siswa dengan pengetahuan yang baru. Semakin banyak kita memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan demonstrasi semakin memberikan pemahaman terhadap materi yang diberikan.

e. Ulangi

Beri kesempatan kepada siswa untuk mengulangi apa yang telah dipelajari siswa, sehingga setiap siswa merasakan langsung dimana kesulitan akhirnya datang kesuksesan, kami bisa bahwa kami memang bisa. Dilakukan dengan cara mereview secara umum terhadap proses belajar dikelas. Guru dapat mencari cara terbaik bagi siswa untuk mengulang pelajaran dan cara setiap siswa akan mendapatkan kesempatan untuk mengulang. Strategi untuk mengimplementasikan yaitu bisa dengan membuat isian atau dapat melakukan pertanyaan–pertanyaan post tes.


(46)

30 f. Rayakan

Rayakan adalah pengakuan terhadap hasil kerja siswa dengan maksud untuk menghormati usaha dan ketekunan mereka yang memberikan rasa kepuasan dan kegembiraan. Dengan begitu siswa akan lebih bersemangat dalam kegiatan belajar selanjutnya. Strategi yang dapat digunakan adalah dengan pujian bernyanyi bersama, pesta kelas, memberikan tepukan.

7. Manfaat, Kelebihan dan Kekurangan Quantum Learning

Ada beberapa manfaat Quantum Learning menurut DePorter & Hernacki (2006: 13), antara lain yaitu:

a. bersikap positif

b. meningkatkan motivasi c. keterampilan seumur hidup d. kepercayaan diri dan

e. sukses atau hasil belajar yang meningkat

Terdapat kelebihan dan kekurangan dari Quantum Learning Menurut Shoimin (2016: 145-147), adapun kelebihannya antara lain yaitu:

a. Membimbing peserta didik kearah berpikir yang sama dalam satu saluran pikiran yang sama.

b. Quantum Learning lebih melibatkan siswa, saat proses pembelajaran perhatian murid dapat dipusatkan kepada hal-hal yang dianggap penting oleh guru sehingga hal yang penting itu dapat diamati secara teliti.

c. Karena gerakan dan proses dipertunjukkan maka tidak memerlukan keterangan-keterangan yang banyak.


(47)

31

d. Proses pembelajaran menjadi lebih nyaman dan menyenangkan.

e. Siswa dirangsang untuk aktif mengamati, menyesuaikan antara teori dengan kenyataan, dan dapat mencoba melakukannya sendiri.

f. Guru terbiasa untuk berpikir kreatif setiap harinya, karena Quantum Learning membutuhkan kreativitas dari seorang guru untuk merangsang keinginan bawaan siswa untuk belajar.

g. Pelajaran yang diberikan oleh guru mudah diterima atau dimengerti oleh siswa. Sedangkan kekurangan dari Quantum Learning antara lain yaitu:

a. Memerlukan kesiapan dan perencanaan yang matang disamping memerlukan waktu yang cukup panjang, yang mungkin terpaksa mengambil waktu atau jam pelajaran lain.

b. Fasilitas seperti peralatan, tempat, dan biaya yang memadai tidak selalu tersedia dengan baik.

c. Adanya perayaan untuk menghormati usaha seseorang siswa, baik berupa tepuk tangan, jentikan jari, nyanyian, dll., dapat mengganggu kelas lain. d. Banyak memakan waktu dalam hal persiapan.

e. Model ini memerlukan keterampilan guru secara khusus

f. Agar belajar dengan model pembelajaran ini mendapatkan hal yang baik diperlukan ketelitian dan kesabaran.

8. Quantum Learning pada mata pelajaran Matematika

Quantum Learning pada pembelajaran Matematika dapat dilakukan dengan menerapkan aspek-aspek Quantum Learning dalam proses pembelajaran, menerapkan kerangka, prinsip dan asas Quantum Learning, dengan memperhatikan


(48)

32

karakteristik belajar siswa SD. Hal ini semua perlu diterapkan dan dilaksanakan untuk menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan kondusif. Sesuai dengan karakteristik siswa SD yaitu berada pada tahap perkembangan operasional konkret, maka dalam menerapkan Quantum Learning perlu menggunakan benda-benda nyata atau konkret yang sesuai dengan materi dengan tujuan mempermudah siswa dalam menerima materi atau konsep matematika yang disampaikan oleh guru.

Quantum Learning kepada siswa diharapkan mampu menimbulkan minat belajar kepada siswa. Jadi siswa yang sebelumnya kurang semangat untuk belajar Matematika menjadi semangat dalam belajar Matematika melalui pembelajaran yang nyaman dan menyenangkan. Peserta didik juga bisa mendapatkan gambaran belajar yang jelas lewat pembelajaran Quantum Learning tersebut, karena Quantum Learning memberikan contoh-contoh yang kongkrit terhadap mata pelajaran yang diterangkan. Dan hal ini juga diharapkan peserta didik dapat meningkat daya ingatnya, serta juga tidak timbul kesalahpahaman terhadap materi yang diterangkan. Kemudian diharapkan efektivitas belajar peserta didik dapat meningkat sehingga dampaknya hasil belajar peserta didik dapat meningkat dengan baik daripada sebelumnya.

D. Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian Qomariah (2014) dengan judul “Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar IPA Menggunakan Model Quantum Learning pada Siswa Kelas IV SD Negeri 2 Karanganyar Boyolali”. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa penggunaan model Quantum Learning dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA untuk kelas IV SD Negeri 2 Karanganyar Boyolali. Rata-rata aktivitas


(49)

33

belajar siswa pada siklus I sebesar 64 % meningkat menjadi 84% pada siklus II. Sedangkan hasil belajar siswa dari tes sebelum tindakan sebesar 60,18 meningkat menjadi 63,39 pada siklus I, kemudian pada siklus II meningkat menjadi 76,07. Berdasarkan penelitian relevan di atas dapat disimpulkan bahwa penerapan Model Quantum Learning dapat memberikan pengaruh positif terhadap hasil belajar Matematika.

E. Kerangka Pikir

Dalam pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar hendaknya guru menggunakan alternative pembelajaran yang berpusat pada siswa yaitu suatu pembelajaran yang menyenangkan dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat aktif serta lebih memahami materi pelajaran. Salah satu alternatif pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar adalah Quantum Learning. Quantum Learning dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan lebih bermakna bagi siswa sehingga siswa dapat memperoleh hasil belajar yang baik. Dengan menumbuhkan minat dan motivasi siswa sehingga siswa dapat terlibat aktif dalam pembelajaran matematika serta terciptanya suasana pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna, hal ini akan berpengaruh terhadap hasil belajar matematika siswa.

Berdasarkan uraian di atas proses pembelajaran Matematika yang menggunakan Quantum Learning akan berpengaruh positif terhadap hasil belajar Matematika siswa. Berikut adalah bagan kerangka berpikir penelitian ini yang ditunjukkan pada gambar 1.


(50)

34

Gambar 1. Bagan Kerangka Berpikir Penilitian. F. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian teori dan kerangka pikir yang telah diungkapkan di atas, maka hipotesis penelitian ini adalah terdapat pengaruh positif Quantum Learning terhadap hasil belajar Matematika siswa kelas V SDN Giwangan Yogyakarta. G. Definisi Operasional

1. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah suatu hasil yang diperoleh oleh siswa sebagai usaha yang dilakukan selama kegiatan belajar. Pada penelitian ini hasil belajar siswa diperoleh melalui tes dengan mengandung ranah kognitif, yang dinyatakan dengan skala 1-100, tujuannya untuk mengukur kemampuan akademis siswa pada mata pelajaran matematika.

2. Quantum Learning

Quantum Learning merupakan suatu proses pembelajaran yang memadukan sugesti positif dan interaksi dengan lingkungan belajar yang menyenangkan dan bermakna untuk menumbuhkan minat, motivasi dan keaktifan dalam mengikuti proses belajar sehingga dapat memaksimalkan potensi dan hasil belajar siswa dengan menerapkan kerangka Quantum Learning yang dikenal dengan istilah “TANDUR” yaitu tumbuhkan, alami, namai, demonstrasikan, ulangi, rayakan hasil yang diperoleh siswa dalam kegiatan pembelajaran. Langkah-langkah menggunakan konsep TANDUR adalah sebagai berikut:

Pembelajaran Matematika

Hasil Belajar Matematika Quantum


(51)

35 e. Tumbuhkan

Guru memberikan motivasi agar siswa mengikuti pembelajaran dengan semangat. Kemudian guru melakukan apersepsi yang berkaitan dengan materi dan memberi tahu apa manfaat bagiku (AMBAK), siswa mendengarkan, aktif memberi respon terhadap apa yang dikemukakan oleh guru. Disaat kegiatan diskusi guru menghidup music agar siswa merasa nyaman dalam belajar. Ini dilakukan untuk menciptakan perhatian siswa dan rasa nyaman dalam belajar.

f. Alami

Guru menjelaskan materi dan memberi contoh penggunaan media. siswa diminta mengalami langsung dengan mencoba menggunakan alat peraga atau media. Siswa membentuk sebuah kelompok diskusi mengerjakan tugas sesuai dengan petunjuk dalam LKS.

g. Namai

Siswa diminta memberikan nama materi pelajaran dan menyimpulkan konsep dari kegiatan yang telah ia lakukan seperti mencoba menggunakan alat peraga atau media, susunan gambar, warna, kertas, tulus dan yang lainnya. Guru juga harus menyediakan kata kunci, konsep, model, rumus, strategi, dan metode lainnya. h. Demontrasikan

Siswa diberi kesempatan mempresentasikan hasil karyanya atau hasil diskusi di depan kelas menunjukkan kepada siswa lainnya.

i. Ulangi

Siswa mengulangi atau membuat kesimpulan dari apa yang telah ia pelajari dengan dibimbing oleh guru serta dapat memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada


(52)

36

siswa agar siswa paham dengan materi yang telah diajarkan. Siswa mengerjakan soal latihan atau soal evaluasi untuk mengetahui sejauh mana pemahamannya terhadap materi.

j. Rayakan

Siswa bersama guru mengapresiasikan suatu keberhasilan dengan berbagai cara seperti reward, tepuk tangan, bernyanyi, acungan jempol, yel-yel dan lain-lain.


(53)

37 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian ini termasuk penelitian eksperimen. Menurut Sugiyono (2015: 107) penelitian eksperimen merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh atau sebab akibat dari perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan. Maka penelitian ini dilakukan untuk mencari ada tidaknya pengaruh dengan cara melakukan perlakukan khusu dan perlakuan biasa dengan cara membandingkan hasilnya.

Objek penelitian atau variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat. Arikunto (2006: 118) mengungkapkan bahwa variabel penelitian adalah objek penelitian atau apa saja yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Dalam penelitian ini yang merupakan variabel bebas adalah Quantum Learning (X) dan variabel terikatnya adalah hasil belajar Matematika (Y).

Desain penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian (Nazir, 2005: 84). Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasi Experimental Design dengan rancangan Nonequivalent Kontrol Group Design. Pada desain ini terdapat dua kelompok yaitu kelompok ekperimen dan kelompok kontrol, namun kelompok kontrol pada desain ini tidak dapat mengontrol sepenuhnya variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan ekperimen, karena pada kenyataannya sulitnya mendapatkan kelompok kontrol yang digunakan untuk penelitian. Pada Quasi Experimental Design dengan rancangan Nonequivalent Kontrol Group Design ini kelompok


(54)

38

eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random (Sugiyono, 2015: 108-116).

Adapun gambar mengenai rancangan Nonequivalent Kontrol Group Design dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 2. Rancangan Nonequivalent Kontrol Group Design Keterangan:

O1 : Pre-test kelompok eksperimen O2 : Post-test kelompok eksperimen

X : Perlakuaan dengan menggunakan Quantum Learning O3 : Pre-test kelompok kontrol

O4 : Post-test kelompok kontrol (Sugiyono, 2015: 116)

Berdasarkan gambar di atas penelitian ini menggunakan dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kedua kelompok sama-sama diberikan pre-test dan post-test, tetapi diberi perlakuan berbeda. Pada kelompok eksperimen diberi perlakuan dengan menggunakan Quantum Learning, sedangkan pada kelompok kontrol diberi perlakuan seperti keadaan biasanya.

O

1 X

O

2


(55)

39

Tahap-tahap yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Pre-test (Tes Awal)

Pada tahap ini, Pre-test diberikan pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen sebelum diberi perlakuan (treatment) untuk mengetahui kemampuan awal kedua kelas tersebut. Apabila hasil tes awal yang diberikan menunjukkan hasil yang tidak jauh berbeda antara keduanya, maka dapat dilanjutkan ke tahap berikutnya, yaitu pemberian perlakuan (treatment).

2. Treatment (Pemberian Perlakuan)

Pada tahap ini, Treatment (Pemberian perlakuan) diberikan pada kedua kelompok sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun oleh peneliti. Pada kelompok eksperimen diberi perlakuan dengan menggunakan Quantum Learning, sedangkan pada kelompok kontrol diberi perlakuan dengan menggunakan pembelajaran konvensional dengan metode ceramah, tanya jawab, diskusi, dan penugasan.

3. Post-test (Tes Akhir)

Pada tahap ini, Post-test (tes akhir) dilakukan untuk mengetahui pemberian perlakuan yang dilakukan terhadap kelompok eksperimen. Post-test ini diberikan kepada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan soal yang sama dengan tes awal. Hasil post-test digunakan oleh peneliti untuk dibandingkan dengan hasil pre-test yang didapatkan pada tes awal sebelum mendapatkan perlakuan (treatment).


(56)

40 B. Setting Penelitian

1. Tempat Penelitian

Tempat penelitian adalah tempat diamana proses studi yang digunakan untuk memperoleh pemecahan masalah penelitian berlangsung (Sukardi, 2007: 53). Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Giwangan yang terletak di Kelurahan Giwangan, Kecamatan Umbulharjo, Kota Yogyakarta, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester II Tahun Ajaran 2016/2017, yaitu pada bulan Maret 2017.

C. Populasi Penelitian

Menurut Sugiyono (2015: 117) populasi penelitian adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian di tarik kesimpulannya. Populasi bukan sekedar jumlah obyek/subyek yang hendak dikaji, tetapi meliputi seluruh karakteristik yang dimilliki oleh obyek/subyek tersebut. Arikunto (2010: 134) mengemukakan bahwa apabila subjek penelitian kurang dari 100, lebih baik diambil semua, sehingga dalam penelitian ini merupakan penelitian populasi karena jumlah populasi kurang dari 100.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD Negeri Giwangan tahun pelajaran 2016/2017 yang berjumlah 62 siswa dan dibagi menjadi dua kelas yaitu V A dan V B. Kelas V A berjumlah 31 siswa dan kelas V B berjumlah 31 siswa. Kedua kelas memiliki kondisi dan kemampuan yang sama,


(57)

41

maka dalam pemilihan kelompok kontrol peneliti melakukan pengundian, sehingga didapat kelas VA sebagai kelompok eksperimen dan kelas VB sebagai kelompok kontrol.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya. Sugiyono (2015: 308) mengemukakan bahwa teknik pengumpulan data merupakan hal utama dalam penelitian karena tujuan utama penelitian adalah mendapatkan data. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes dan observasi.

1. Tes

Menurut Subana, et al. (2000: 28) tes adalah serangkaian pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Tes digunakan peneliti untuk mengungkapkan hasil belajar siswa pada ranah kognitif, dalam hal ini pengusaan terhadap materi matematika sebelum dan sesudah diberi perlakuan.

Tes dalam penelitian ini dilakukan dua kali, yaitu tes awal (pre-test) yang dilakukan diawal sebelum diberi perlakuan dan tes akhir (post-test) yang dilakukan di akhir setelah diberi perlakuan. Teknik ini dipilih karena tes merupakan cara yang paling tepat untuk mengungkapkan pengaruh perlakuan Quantum Learning pada mata pelajaran Matematika terhadap hasil belajar siswa.

2. Observasi

Menurut Sukmadinata (2013: 220) observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan


(58)

42

terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Pada penelitian ini, observasi dilakukan untuk mengamati proses pembelajaran, apakah sudah sesuai dengan rancangan yang telah direncanakan oleh peneliti atau berbeda dengan rancangan yang telah dibuat. Observasi dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung menggunakan lembar observasi sebagai instrumen penelitian.

E. Instrumen Penelitian

Menurut Sugiyono (2015: 148) instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Jadi instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk mengukur dan mengumpulkan data atau tentang keadaan subjek yang diteliti. Penelitian ini menggunakan dua macam instrumen untuk mengumpulkan data yaitu tes dan observasi.

1. Tes

Pada penelitian ini, Instrumen tes digunakan untuk memperoleh data mengenai kemampuan siswa dalam memahami materi pembelajaran dari awal sebelum diberi perlakuan dan setelah diberi perlakuan. Instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes objektif dalam bentuk pilihan ganda berupa soal tes jenis pilihan ganda. Pilihan ganda dipilih guna untuk mempermudah dalam pemberian skor penilaian. Sebelum soal tes disusun, terlebih dahulu menyusun kisi-kisi soal yang disesuaikan dengan materi pembelajaran dan yang nantinya diujikan terlebih dahulu sebelum digunakan untuk penelitian. Adapun kisi-kisi intrumen tes sebelum uji coba dan setelah uji coba dapat dilihat pada tabel 1 dan 2.


(59)

43

Tabel 1. Kisi-Kisi Instrumen Tes Sebelum Uji Coba Standar

Kompetensi

Kompetensi Dasar

Indikator Nomor

Soal Jumlah Soal 6. Memahami sifat-sifat bangun dan hubungan antar bangun 6.3 Menentuk an jaring-jaring berbagai bangun ruang sederhana

6.3.1 Menentukan jaring- jaring bangun ruang kubus dan balok

1,2,3,4 ,7,8,9, 12

8

6.3.2 Membuat jaring-jaring bangun ruang kubus dan balok

5,6,10, 11

4

6.3.3 Menentukan jaring- jaring bangun ruang prisma dan limas

13,14, 15,17, 18

5

6.3.4 Membuat jaring-jaring bangun ruang prisma dan limas

16,19, 20,21

4

6.3.5 Menentukan jaring- jaring bangun ruang kerucut dan tabung

22,23, 26,27

4

6.3.6 Membuat jaring-jaring bangun ruang kerucut dan tabung

24,25, 28,29, 30

5


(60)

44

Tabel 2. Kisi-Kisi Instrumen Tes Setelah Uji Coba Standar

Kompetensi

Kompetensi Dasar

Indikator Nomor

Soal Jumlah Soal 6. Memahami sifat-sifat bangun dan hubungan antar bangun 6.4 Menentuk an jaring-jaring berbagai bangun ruang sederhana

6.3.1 Menentukan jaring- jaring bangun ruang kubus dan balok

1,2,5,8 4

6.3.2 Membuat jaring-jaring bangun ruang kubus dan balok

3,4,6,7 4

6.3.3 Menentukan jaring- jaring bangun ruang prisma dan limas

9,11 2

6.3.4 Membuat jaring-jaring bangun ruang prisma dan limas

10,12, 13

3

6.3.5 Menentukan jaring- jaring bangun ruang kerucut dan tabung

14,16, 17

3

6.3.6 Membuat jaring-jaring bangun ruang kerucut dan tabung

15,18, 19,20

4

Jumlah 20

2. Lembar Observasi

Lembar observasi digunakan untuk mengamati dan mengetahui bagaimana keterlaksanaan proses pembelajaran dengan menggunakan Quantum Learning berlangsung. Selain itu juga lembar observasi digunakan untuk mengetahui aktivitas siswa dalam mengikuti proses pembelajaran Matematika. Instrumen observasi yang dipakai adalah check list. Adapun kisi-kisi instrumen observasi guru dan siswa sebagai berikut.


(61)

45

Tabel 3. Kisi-Kisi Lembar Observasi Guru untuk Kelompok Eksperimen Kegiatan

Pembelajaran Aspek yang Diamati

Kegiatan Pendahuluan

Tumbuhkan

Guru memotivasi siswa. Guru melakukan apersepsi

Guru menjelaskan apa manfaat mempelajari materi yang akan diajarkan (AMBAK)

Guru menginformasikan tujuan pembelajaran

Guru memutarkan musik untuk menumbuhkan rasa nyaman dalam belajar

Kegiatan Inti Alami

Guru menunjukkan media benda konkret berbentuk bangun ruang kepada siswa

Guru meminta siswa mencoba atau menggunakan media benda konkret untuk mendapatkan pengalaman nyata dan baru di depan kelas

Guru menjelaskan materi matematika kepada siswa

Guru meminta siswa membentuk kelompok dan melakukan diskusi Namai

Guru membimbing siswa dalam mengerjakan LKS agar mendapatkan pengetahuan yang benar mengenai materi matematika Demontrasikan

Guru meminta siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok dengan menunjukkan hasil temuannya.

Kegiatan Penutup

Ulangi

Guru memberikan kesempatan siswa yang ingin bertanya mengenai materi yang belum dipahami

Guru melibatkan siswa dalam menyimpulakan materi yang telah dipelajari hari ini

Guru memberikan soal latihan atau evaluasi Rayakan

Guru mengapresiasi kepada siswa atas keberhasilan dan kerja keras mereka


(62)

46

Tabel 4. Kisi-Kisi Lembar Observasi Guru untuk Kelompok Kontrol Kegiatan

Pembelajaran Aspek yang Diamati

Kegiatan Pendahuluan

Guru memotivasi siswa Guru melakukan apersepsi.

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. Kegiatan Inti Guru menggunakan media

Guru memberi kesempatan siswa menggunakan media di depan kelas

Guru menjelaskan materi matematika kepada siswa.

Guru bertanya jawab dengan siswa mengenai materi matematika yang dipelajari.

Guru mengarahkan siswa membentuk kelompok untuk diskusi Guru membimbing siswa melakukan diskusi

Guru membahas bersama hasil diskusi

Guru memberi kesempatan siswa menanyakan hal-hal yang kurang dipahami

Kegiatan Penutup

Guru mengajak siswa dalam menyimpulkan materi pembelajaran. Guru melaksanakan evaluasi.


(63)

47

Tabel 5. Kisi-Kisi Lembar Observasi Siswa untuk Kelompok Eksperimen Kegiatan

Pembelajaran Aspek yang Diamati

Kegiatan Pendahuluan

Tumbuhkan

Siswa mengikuti pembelajaran dengan semangat Siswa menanggapi apersepsi dengan antusias

Siswa mengetahui apa manfaat mempelajari materi yang akan diajarkan (AMBAK)

Siswa merasa nyaman dalam belajar karena adanya music pengiring belajar

Kegiatan Inti Alami

Siswa mengamati media benda konkret berbentuk bangun ruang yang diperlihatkan guru

Siswa mencoba atau menggunakan media benda konkret untuk mendapatkan pengalaman nyata dan baru di depan kelas

Siswa menyimak guru menjelaskan materi matematika Siswa membentuk kelompok dan melakukan diskusi Namai

Siswa mengerjakan LKS agar mendapatkan pengetahuan yang benar mengenai materi matematika dengan membuat sebuah laporan hasil temuannya dalam kegiatan kelompok

Demontrasikan

Siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok dengan menunjukkan hasil temuannya.

Kegiatan Penutup

Ulangi

Siswa bertanya mengenai materi yang belum dipahami

Siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari hari ini dengan bimbingan guru

Siswa mengerjakan soal evaluasi Rayakan

Siswa mengapresiasi atas keberhasilan dan kerja keras mereka dengan benyanyi, tepuk tangan, dll


(64)

48

Tabel 6. Kisi-Kisi Lembar Observasi Siswa untuk Kelompok Kontrol Kegiatan

Pembelajaran Aspek yang Diamati

Kegiatan Pendahuluan

Siswa mengikuti pembelajaran dengan semangat Siswa merespon apersepsi dengan antusias

Siswa memperhatikan tujuan pembelajaran yang disampaikan oleh guru.

Kegiatan Inti Siswa diberi kesempatan menggunakan media di depan kelas Siswa memperhatikan guru menjelaskan materi matematika

Siswa terlibat aktif dalam tanya jawab mengenai materi matematika yang dipelajari.

Siswa membentuk kelompok diskusi Siswa terlibat aktif dalam diskusi. Siswa mempresentasikan hasil diskusi

Siswa menanggapi atau menanyakan hal-hal yang kurang dipahami Kegiatan

Penutup

Siswa dapat menyimpulkan materi pembelajaran. Siswa mengerjakan soal evaluasi

F. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen 1. Uji Validitas Instrumen

Arikunto (2006: 168) mengemukakan bahwa validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau keshahihan sesuatu instrumen. Valid berarti instrumen tersebut mampu mengukur apa yang seharusnya diukur. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan validitas internal yang terdiri atas validitas isi dan validitas konstruk. Validitas isi merupakan pengujian validitas atas isinya untuk memastikan apakah isi instrumen yang dibuat mengukur secara tepat keadaan yang ingin diukur. Sedangkan Validitas konstruk merupakan pengujian validitas melalui konsultasi kepada ahli (expert judgement) (Sugiyono, 2015: 175). Instrumen tes diuji tingkat validitasnya dengan pengujian validitas konstruk terlebih dahulu, baru setelah itu pengujian validitas isi. Pertama instrumen yang


(65)

49

telah dibuat oleh peneliti di konsultasikan kepada ahli (expert judgement). Selanjutkan instrumen diujicobakan di sekolah dasar yang berbeda yang memiliki karakteristik yang sama dengan subyek yang digunakan untuk penelitian. Setelah instrument diujicobakan dan telah mendapatkan data, kemudian data dihitung menggunakan rumus korelasi Product Moment dengan rumus sebagai berikut.

� = � ∑ − ∑ ∑

√{� ∑ − ∑ } {� ∑ − ∑ }

Keterangan:

� = korelasi antara variabel X dengan Y N = Jumlah individu

∑ = jumlah hasil kali variabel X dan Y ∑ = Jumlah nilai variabel X

∑ = Jumlah nilai variabel Y

∑ = Jumlah kuadrat nilai variabel X ∑ = Jumlah kuadrat nilai variabel Y

(∑ = Jumlah kuadrat nilai variabel X dikuadratkan (∑Y = Jumlah kuadrat nilai variabel Y dikuadratkan (Arikunto, 2006: 170)

Dalam menentukan valid dan tidaknya item digunakan taraf signifikan 5%. Hasil perhitungan (� ) dibandingkan dengan nilai r tabel. Apabila nilai � lebih besar atau sama dengan nilai r tabel maka butir dikatakan valid. Jika nilai � lebih kecil daripada nilai r tabel, maka butir dikatakan tidak valid. Proses perhitungan validitas ini dibantu dengan menggunakan program SPSS 16 for windows. Setelah


(1)

193

Gambar 5. Siswa menuliskan hasil diskusi kelompok


(2)

194 Lampiran 21. Surat Penelitian


(3)

195


(4)

196 Surat Permohonan Ijin dari Fakultas


(5)

197


(6)

198 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian


Dokumen yang terkait

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN DAN MINAT BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SD NEGERI 1 PEUREULAK.

0 1 35

PENERAPAN METODE QUANTUM LEARNING UNTUKMENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA Penerapan Metode Quantum Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD Negeri Tajungsari 02 Kecamatan Tlogowungu Tahun 2013/2014.

0 2 18

PENGARUH METODE QUANTUM TEACHING DAN QUANTUM LEARNING TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PENGARUH METODE QUANTUM TEACHING DAN QUANTUM LEARNING TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI AKTIVITAS BELAJAR SISWA ( Pada Siswa Kelas III SD Negeri 2

0 1 24

KEEFEKTIFAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TIME TOKEN TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS V SD NEGERI SAMIRONO YOGYAKARTA.

0 3 211

PENGARUH PENGGUNAAN APLIKASI HANACARAKA TERHADAP HASIL BELAJAR AKSARA JAWA MAPEL BAHASA JAWA KELAS 4 SD NEGERI GIWANGAN YOGYAKARTA.

0 4 148

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA AKOMODATIF PADA SISWA BERKESULITAN BELAJAR MATEMATIKA DI SD INKLUSI NEGERI GIWANGAN YOGYAKARTA.

0 1 219

PENGARUH KECERDASAN EMOSI TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V DI SD NEGERI REJOWINANGUN I YOGYAKARTA.

0 0 123

PENGARUH BERMAIN SEPAKBOLA EMPAT GAWANG TERHADAP TINGKAT KEBUGARAN KARDIORESPIRASI SISWA KELAS V SD NEGERI GIWANGAN TEGALTURI YOGYAKARTA.

0 0 80

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR PKn SISWA KELAS V SD

0 1 7

PENGARUH PENDEKATAN REALISTIK TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SD NEGERI 1 BOJONGSARI

0 0 12