Menurut Notoatmodjo 2003, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin banyak bahan, materi, atau pengetahuan yang diperoleh
untuk mencapai perubahan tingkah laku yang baik. Hal ini dapat disebabkan responden dengan pendidikan perguruan tinggi
mempunyai pengetahuan tentang kesehatan, cara berfikir lebih baik dibandingkan dengan responden berpendidikan SD. Sehingga responden dengan pendidikan
tinggi lebih memiliki mekanisme koping berfokus pada masalah. Hasil penelitian ini sesjalan dengan pendapat Flokman dan Lazarus
1985 dalam jurnal Wyllistik noerma sijingga 2010, dalam penelitianya menyimpulkan bahwa subjek dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi
cendrung menggunakan PFC dalam mengatasi masalah mereka. Seseorang yang semakin tinggi pendidikan yang semakin tinggi akan semakin tinggi pula
kompleksitas kognitifnya, demikian pula sebaliknya, hal ini memiliki efek besar terhadap sikap,konsepsi cara berfikir dan tingkah laku individu yang selanjutnya
berpengaruh terhadap strategi copingnya.
2. Nyeri Pada Kala 1 Fase Aktif
Rasa nyeri pada persalinan adalah manifestasi dari adanya kontraksi pemendekan otot rahim. Kontraksi inilah yang menimbulkan rasa sakit pada
pinggang, daerah perut dan menjalar kearah paha. Kontraksi ini menyebabkan adanya pembukaan mulut rahim serviks. Dengan adanya pembukaan servik
inilah akan menjadi persalinan. Rasa nyeri yang dialami selama persalinan bersifat unik pada setiap ibu Perry B0bak, 2004 dalam Andarmoyo, 2013.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa lebih dari setengah 61,8 responden mengalami intensitas nyeri yang berat, kurang dari seperempat 20,6
Universitas Sumatera Utara
responden mengalami intensitas nyeri sedang diikuti dengan 17,6 responden mengalami intensitas nyeri ringan.
Menurut Muhiman 1996, terdapat hubungan yang sangat erat antara besar pembukaan mulut rahim dengan intensitas nyeri semakin membuka semakin
nyeri. Hal ini sesuai dengan pendapat Mahdi, A 2009 dalam Maryunani, 2010
yang menjelaskan bahwa nyeri pada kala 1 terutama ditimbulkan oleh stimulus yang dihantarkan melalui saraf pada leher rahim serviks dan rahimuterus bagian
bawah. Nyeri ini merupakan nyeri viseral yang berasal dari kontraksi uterus dan aneksa. Intensitas nyeri berhubungan dengan kekuatan kontraksi dan tekanan yang
ditimbulkan. Nyeri akan bertambah dengan adanya kontraksi isometrik pada iterus yang melawan hambatan oleh leher rahimuterus dan perineum. Kontraksi uterus
yang kuat merupakan sumber nyeri yang kuatberat.
3. Mekanisme Koping Kala 1 Fase Aktif
Menurut Keliat 1999, Koping adalah cara yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah, menyesuaikan diri dengan perubahan, respon terhadap
situasi yang mengancam. Upaya individu dalam menyelesaikan masalah dapat berupa perubahan cara berfikir kognitif, perubahan prilaku atau perubahan
lingkungan yang bertujuan untuk menyelesaikan stres yang dihadapi. Hal ini sesuai dengan penelian EbataMoons, 1989 dalam Santrock,
2003 mengatakan bahwa seseorang dalam kondisi tertekan lebih sering menggunkan koping berfokus pada masalah untuk mengatasi masalah.
Universitas Sumatera Utara
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa responden lebih sering menggunakan mekanisme koping berfokus pada masalah dengan mean 7.71 dan
SD 1.467 dari pada berfokus pada emosi walaupun dengan perbedaan yang sedikit. Hal ini menunjukkan bahwa responden memiliki kemampuan yang tinggi
untuk mengatasi nyeri persalinan kala 1 fase aktif dengan countiousness kehati- hatian, action, negosiasi, confrontative coping, seeking social support, planfull
problem solving. Hal ini merupakan bentuk strategi koping berfokus pada masalah.
Responden yang memiliki mekanisme koping berfokus pada emosi dengan mean 7.65 dan SD 1.323. Hal ini menunjukkan bahwa responden memiliki
kemampuan yang tinggi untuk mengatasi nyeri persalinan kala 1fase aktif dengan self-control, positive reapprasial, accepting responsibillity, escapeavoidance. Hal
ini merupakan bentuk strategi koping berfokus pada emosi. Menurut Lazarus dan Flokman,1984 dalam Nasir 2011, Individu
cendrung untuk menggunakan problem-focused coping dalam menghadapi masalah-masalah yang menurut mereka dapat dikontrolnya. Sebaliknya, individu
cenderung menggunakan emotion-focused coping dalam menghadapi masalah- masalah yang menurutnya sulit untuk dikontrol.
4. Hubungan Mekanisme Koping Dengan Nyeri Persalinan Kala 1 Fase Aktif