1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pola relasi gender pada keluarga etnis Tionghoa dalam
melaksanakan program KB? 2.
Bagaimana pemenuhan hak reproduksi perempuan etnis Tionghoa dalam berKB?
I.3. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pola relasi gender etnis Tionghoa dalam berKB.
2. Untuk mengetahui bagaimana pemenuhan hak reproduksi perempuan
dalam berKB.
I.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi peneliti, maupun orang lain dan khususnya untuk institusi pendidikan. Adapun manfaat yang diharapkan dari
penelitian ini adalah : 1.
Manfaat praktis : Bagi BKKBN dan Dinas kesehatan, dari hasil penelitian ini diharapkan
dapat menjadi masukan dalam membuat kebijakan yang berkaitan dengan pelayanan KB Khususnya didaerah penelitian.
2. Manfaat Teoritis :
Bagi institusi pendidikan, penelitian ini diharapakan dapat menambah materi bacaan, khususnya pada Ilmu Sosiologi Gender.
Universitas Sumatera Utara
I.5. Kerangka Teori 1.5.1. Teori Relasi Kekuasaan
Dalam masalah gender, teori sosial-konflik terkadang diidentikkan dengan teori Marx, karena begitu kuatnya pengaruh Marx di dalamnya. Marx yang kemudian
dilengkapi oleh F. Engels, mengemukakan suatu gagasan menarik bahwa perbedaan dan ketimpangan gender antara laki-laki dan perempuan tidak disebabkan oleh
perbedaan biologis, tetapi merupakan bagian dari penindasan kelas yang berkuasa dalam relasi produksi yang diterapkan dalam konsep keluarga. Hubungan laki-laki
dan perempuan suami-isteri tidak ubahnya dengan hubungan ploretar dan borjuis, hamba dan tuan, atau pemeras dan yang diperas dikutip dari
http:sofyansjaf.ipb.ac.id20100609memahami-akar-dan-ragam-teorikonflik
Keluarga, menurut teori ini, bukan sebuah kesatuan yang normatif harmonis dan seimbang, melainkan lebih dilihat sebagai sebuah sistem yang penuh konflik
yang menganggap bahwa keragaman biologis dapat dipakai untuk melegitimasi relasi sosial yang operatif. Keragaman biologis yang menciptakan peran gender dianggap
konstruksi budaya, sosialisasi kapitalisme, atau patriarkat. Dalam rumah tangga, suami adalah pihak yang mendominasi. Suami merupakan pemimpin atas istri dan
anak – anak, namun rupanya kekuasaan ini tidak selalu dimanfaatkan dengan benar. Demi mempertahankan kekuasaannya, suami dapat melakukanm intimidasi terhadap
pada tanggal 1632011 pukul 09.58 WIB. Dengan kata lain, ketimpangan peran gender
dalam masyarakat bukan karena kodrat dari Tuhan, tetapi karena konstruksi masyarakat. Teori ini selanjutnya dikembangkan oleh para pengikut Marx seperti F.
Engels, R. Dahrendorf, dan Randall Collins.
Universitas Sumatera Utara
istri. Lewat konflik – konflik kecil suami dapat menjalankan aksi kekerasan terhadap istrinya hanya demi menunjukkan kepada istri bahwa sang suamilah yang berkuasa
dikutip darihttp:sofyansjaf.ipb.ac.id20100609memahami-akar-dan-ragam- teorikonflik pada tanggal 1632011 pukul 09.58 WIB
1.5.2. Hak Reproduksi Perempuan
Pemikiran mengenai hak-hak reproduksi wanita merupakan perkembangan dari konsep hak asasi manusia. Konsep hak asasi manusia itu sendiri dibagi dalam
dua ide dasar, pertama bahwa setiap manusia lahir dengan hak-hak individu yang terus melekat dengannya. Kedua, bahwa hak-hak tiap manusia hanya dapat dijamin
dengan ditekankannya kewajiban masyarakat dan negara untuk memastikan kebebasan dan kesempatan dari anggota-anggotannya untuk memperoleh dan
melaksanakan kebebasan asasinya tersebut. Selain bergulir dari hak asasi manusia, konsep hak reproduksi juga berkembang sebagai bentuk reaksi terhadap berbagai
pandangan yang membahas hubungan laju pertumbuhan penduduk dengan tingkat kesejahteraan masyarakat. Dalam cukup banyak kasus, kebijakan dalam hal
pengendalian pertumbuhan penduduk berhubungan dengan pelanggaran hak asasi manusia, khususnya hak reproduksi wanita. Sehingga dalam pembuatan kebijakan
program harus disesuaikan dengan perspektif hak reproduksi wanita dikutip dari http:lip4.bkkbn.go.Id pada tanggal 1222011 pukul 09:0.
Saat ini isu kedudukan dan posisi sosial dalam masyarakat masih menomorsatukan kepentingan dan persfektif pria. Keharusan untuk menggunakan
kontasepsi masih ditangan wanita, pengasuhan anak yang menjadi tanggung jawab
Universitas Sumatera Utara
pihak wanita. Adanya marjinalisasi kepentingan wanita, dan tindak kekerasan terhadap wanita.
Beberapa hal yang membuktikan tidak dihormatinya integritas tubuh dan hak- hak wanita untuk mengelola, mengatur dan mengendalikan aspek reproduksi sendiri
diantaranya: a.
Pendekatan kuantitatif menyebabkan direkrutnya sebanyak mungkin wanita sebagai pengguna kontrasepsi, menjadi suatu pendekatan yang
secara sengaja tidak diarahkan pada pemberdayaan dan pengembangan kesadaran masyarakat
b. Tidak adanya upaya untuk menyediakan pilihan kontrasepsi yang
memadai, yang menyebabkan wanita mau tidak mau menggunakan kontrasepsi yang mungkin tidak sesuai dengan kondisinya dengan
berbagai efek samping yang merugikan wanita c.
Tidak adanya upaya untuk memperhatikan dan menyediakan kualitas pelayanan yang baik, mulai dari tidak diberikannya informasi yang
lengkap dan akurat tentang metode kontrasepsi sampai pada tidak adanya pelayanan bagi pengguna untuk menangani masalah yang
timbuldikutipdarihttp:lip4.bkkbn.go.Idmodforumdiscuss.php?d=117
Untuk itulah perlu kebijakan kependudukan yang sungguh-sungguh bertujuan untuk tercapainya kondisi reproduksi sehat bagi pria dan wanita sebagai subjek.
bukan kebijakan yang mengejar target kuantitatif untuk pengendalian laju pertumbuhan penduduk. Upaya memberikan perhatian kepada masalah hak asasi
pada tanggal 1222011 pukul 09:0.
Universitas Sumatera Utara
manusia termasuk pula didalamnya hak reproduksi wanita, sangat perlu mensosialisasikan pandangan social entitlement yaitu bahwa negara memiliki
kewajiban dan tanggung jawab untuk memastikan dihapuskannya diskriminasi terhadap wanita.
1.5.3. Etnis Tionghoa
Gender merupakan seperangkat peran yang dikenakan pada jenis kelamin seseorang. Pada gender ini sangat dipengaruhi oleh tingkat sosial, usia serta
latarbelakang budaya etnis Yulia Cleves,1996 dalam http:staff.undip.ac.Idtanggal 2072011, pukul 09.30 WIB. Gender di lingkungan masyarakat Tionghoa secara
umum terkait dengan konsep pemikiran mereka tentang alam semesta. Konsep alam dalam budaya Tionghoa adalah menyatunya unsur ‘Yang” dan “Yin”. “Yang”
merupakan simbol dari kekuatan, keperkasaan, keaktifan, cahaya siang, panas, matahari, arah selatan. Sedangkan Yin ini merupakan simbol dari segala hal yang
bersifat pasif, dingin, gelap malam, bulan, arah utara, yang semuanya merupakan sifat-sifat dasar wanita. Berdasarkan konsep “Yang” dan “Yin” ini, jelas tampak telah
ada pemisahan sifat dan peran anatara sifat laki-laki dan wanita. Pengaruh budaya dan tradisi yang hidup dalam masyarakat Tionghoa juga
mempengaruhi peran gender mereka. Kepercayaan dan ajaran moral Taoisme dan Confucianisme telah mengajarkan keharmonisan hubungan-hubungan antara anggota-
anggota keluarga dan hubungan-hubungan dalam masyarakat. Taisme mengajar hubungan-hubungan yang harmonis antara orang tua dan anak, suami dan istri, raja
dan rakyat, saudara yang lebih tua dan saudara yang lebih muda. Confucianisme juga mengatur hubungan-hubungan sosial secara harminis, antara pemerintah dengan para
Universitas Sumatera Utara
menteri dan rakyat, ayah dengan anak laki-laki, saudara laki-laki tertua dengan yang lebih muda, suami dengan istri dan teman dengan istri.
Dari ajaran Taoisme dan Confucianisme terlihat jelas bahwa kedudukan wanita Tionghoa mempunyai derajat yang sama dengan anggota keluarga yang lain.
Namun yang mempengaruhi peran gender dalam masyarakat Tionghoa adalah bahwa dalam Confucianisme menganut sistem patrilineal. Kedudukan ayah dan anak laki-
laki sangat penting dalam keluarga. Anak laki-laki tertua akan menggantikan keudukan ayahnya bila ayahnya meninggal
dikutip dari sumber http:staff.undip.ac.idsastraindrahti20090723kehidupanwanitadilingkunganmas
yarakatcina
Bila dasar-dasar hubungan-hubungan sosial seperti dalam ajaran Tao dan Confucius dijalankan, khususnya yang berkaitan dengan kehidupan keluarga, maka
dapat dipastikan bahwa hubungan dengan masyarakat luas juga baik
pada tanggal 2072011 pukul 09.30 WIB.Dalam keluarga warisan hanya diberikan kepada anak laki-laki saja, dan anak laki-laki tertua yang
mendapatkan warisan yang paling banyak.
http:staff.undip.ac.idsastraindrahti20090723kehidupanwanitadilingkunga nmasyarakatcinapada tanggal 2072011 pukul 09.30 WIB.Keluarga merupakan
lembaga yang sangat penting, karena pada hakekatnya keluarga merupakan tempat kelahiran manusia. Penghormatan terhadap keluarga ini juga terkait dengan etik
bahwa laki-laki harus menghormati istrinya sebagai orang yang melahirkan manusia. Walaupun demikian, bila istri tidak dapat melahirkan anak laki-laki, maka
suaminya boleh menikah lagi.
Universitas Sumatera Utara
Lambang penghormatan terhadap wanita Tionghoa dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Tionghoa yaitu dilaksakannya pemujaan terhadap
Dewi Kuan Yin yang menjadi lambang kasih sayang. Dari fakta-fakta yang hidup dalam masyarakat Tionghoa, maka dapat dikatakan bahwa di satu sisi wanita tampak
mempunyai kedudukan yang sama dengan laki-laki tetapi di satu sisi lain sebagai pelengkap untuk bisa memperkuat kedudukan laki-laki melalui sistem kekerabatan
patrilineal dikutip dari http:staff.undip.ac.idpada tanggal 2072011 pukul 09.30.
1.6. Definisi Konsep
1. Relasi Gender adalah hubungan interaksi suami dan istri dalam rumah
tangga yang dipengaruhi oleh posisi tawar dan konstruksi sosial yang melekat pada diri mereka.
2. Hak Reproduksi yaitu:
a. Hak semua pasangan dan individual untuk memutuskan dan
bertanggung jawab terhadap jumlah, jeda dan waktu untuk mempunyai anak serta hak atas informasi yang berkaitan dengan hal
tersebut; b.
Hak untuk mendapatkan kehidupan seksual dan kesehatan reproduksi yang terbaik serta hak untuk mendapatkan pelayanan dan informasi
agar hal tersebut dapat terwujud; dan c.
Hak untuk membuat keputusan yang berkenaan dengan reproduksi yang bebas dari diskriminasi, pemaksaan dan kekerasan dikutip
darihttp:www.anak-ibu.companduankualitas-kesehatan-ibupada tanggal 09022011 pukul 02:15.
Universitas Sumatera Utara
3. KB Keluarga Berencana adalah progam pemerintah dalam masalah
kependudukan melalui alat kontrasepsi pada suami atau istri dalam sebuah keluarga.
4. Etnis Tionghoa adalah sebutan untuk orang pribumi keturunan etnis Cina
yang berada di Indonesia.
1.7. Defenisi Operasional