Pengaruh Proporsi Komisaris Independen, Ukuran Komite Audit, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Siklus Konversi Kas (Cash Conversion Cycle)

(1)

PENGARUH PROPORSI KOMISARIS INDEPENDEN,

UKURAN KOMITE AUDIT, DAN UKURAN PERUSAHAAN

TERHADAP SIKLUS KONVERSI KAS (CASH CONVERSION

CYCLE)

(Studi Empiris pada Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013-2015)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi

Disusun Oleh:

Muthia Rahmadani Sadono

1112082000026

Program Studi Akuntansi

Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta


(2)

Pengaruh Dewan Komisaris Independen, Komite Audit dan Ukuran Perusahaan Terhadap Siklus Konversi Kas

(Studi Empiris pada Perusahaan Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2013-2015)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh:

Muthia Rahmadani Sadono NIM : 1112082000026

Di Bawah Bimbingan :

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1437 H/2016 M


(3)

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF

Hari ini Kamis Tanggal Sembilan Bulan Juni Tahun Dua Ribu Enam Belas telah dilakukan Ujian Komprehensif atas mahasiswa/i:

1. Nama : Muthia Rahmadani Sadono

2. NIM : 1112082000026

3. Jurusan : Akuntansi

4. Judul Skripsi :“Pengaruh Proporsi Komisaris Independen, Ukuran Komite Audit dan Ukuran Perusahaan Terhadap Siklus Konversi Kas”

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses Ujian Komprehensif, maka diputuskan bahwa mahasiswa/i tersebut di atas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 09 Juni 2016

1. Dr. Rini, Ak., CA.

NIP 19760315 200501 2 002

2. Fitri Yani Jalil, SE., M.sc.


(4)

Hari ini Senin, 19 September 2016 telah dilaksanakan Ujian Skripsi atas mahasiswa/i:

1. Nama : Muthia Rahmadani Sadono

2. NIM : 1112082000026

3. Jurusan : Akuntansi

4. Judul Skripsi :“Pengaruh Proporsi Komisaris Independen, Ukuran Komite Audit dan Ukuran Perusahaan Terhadap Siklus Konversi Kas”

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama Ujian Skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa/i tersebut di atas dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 19 September 2016

1. Hepi Prayudiawan, SE.,MM.,Ak.,CA.

NIP 19720516 200901 1 006

2. Yusro Rahma, SE.,M.Si.

NIP 19800506 200801 2 016

3. Ismawati Haribowo, SE.,M.Si.


(5)

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Yang bertanda tangan di bawah ini

Nama : Muthia Rahmadani Sadono NIM : 1112082000026

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Jurusan : Akuntansi

Dengan ini menyatakan bahwadalam penulisan skripsi ini, saya:

1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan mempertanggungjawabkan.

2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah orang lain.

3. Tidak menggunakan karya ilmiah orang lain tanpa menggunakan sumber asli atau tanpa menyebut pemilik karya.

4. Mengerjakan sendiri karya ilmiah ini dan mampu bertanggungjawab atas karya ini.

Kalau dikemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya dan telah melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan di atas, maka saya siap untuk dikenakan sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS DIRI

1. Nama Lengkap : Muthia Rahmadani Sadono 2. Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 23 Pebruari 1994

3. Alamat : KPP IPB Baranang Siang 4, Blok D No. 17, RT 02 RW 10, Kelurahan Tanah Baru, Kecamatan Bogor Utara, Bogor 16154

4. Telepon : 085692221213

5. Email : rahmadani_muthia@yahoo.com

II. PENDIDIKAN

No. Nama Sekolah Tahun Ajaran

1. TK Islam Insani 1999-2000

2. SDN Papandayan 1 2000-2006

3. SMP Negeri 2 Bogor 2006-2009

4. SMA Negeri 3 Bogor 2009-2012

5. S1 Ekonomi Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2012-2016

III. PENGALAMAN ORGANISASI

1. Panitia Orientasi Pengenalan Akademik Mahasiswa/i UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2014

2. Panitia Acara GALAKSI (Gebyar Lomba Akuntansi) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2014

IV. DATA KELUARGA

No. Keterangan Nama

1. Ayah Dwi Sadono

2. Ibu Rohati


(7)

THE INFLUENCE OF INDEPENDENT COMMISSIONER, AUDIT COMMITTEE AND FIRM SIZE TO CASH CONVERSION CYCLE

ABSTRACT

This research aims to analyze and get empirical evidence about the effect of independent commissioner, audit committee and firm size on cash conversion cycle. Independent commissioner was measured by proportion of independent commissioner to board of commissioner, audit committee was measured by size of audit committee, and firm size was measured by logaritma natural of total revenue (LnTR).Sample of this research wereconsumer goods industry companies which were listed in Indonesia Stock Exchange (IDX) during 2013-2015 period. The number of manufacturing companies in this study were 33 companies with 3 years observation that acquired by using purposive sampling method..Hypothesis in this research were tested by multiple regression model. The results of this research showed that independent commissioner and audit committee not significantly influence on cash conversion cycle. In the other hand, firm size had significant negatively influence on cash conversion cycle.

Keywords: independent commissioner, audit committee, firm size and cash conversion cycle


(8)

PENGARUH KOMISARIS INDEPENDEN, KOMITE AUDIT DAN

UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP SIKLUS KONVERSI KAS (CASH

CONVERSION CYCLE)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mendapatkan bukti empiris tentang pengaruh dewan komisaris independen, komite audit, dan ukuran perusahaan terhadap siklus konversi kas. Dewan komisaris independen diukur dengan menghitung proporsi dewan komisaris independen terhadap jumlah anggota dewan komisaris, komite audit diukur dengan skor efektivitas komite audit, dan ukuran perusahaan diukur dengan logaritma nartural total revenue

(LnTR). Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2013-2015. Jumlah perusahaan manufaktur yang dijadikan sampel penelitian ini adalah 35 perusahaan selama 3 tahun dengan menggunakan metode purposive sampling. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan metode regresi berganda. Hasil penelitian menunjukan bahwa komisaris independen dan komite audit tidak memiliki pengaruh secara signifikan terhadap siklus konversi kas. Sedangkan ukuran perusahaan memiliki pengaruh signifikan terhadap siklus konversi kas. Kata kunci: dewan komisaris independen, komite audit, ukuran perusahaan, dan


(9)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat, rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik. Shalawat serta Salam senantiasa dicurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing umatnya menuju jalan kebenaran, beserta seluruh keluarga, sahabat, dan para pengikutnya sampai akhir zaman.

Penulis menyadari bahwa selama penulisan skripsi ini tidak sedikit hambatan dan kesulitan yang ditemui. Namun berkat kerja keras, bimbingan, masukan-masukan yang positif, do’a dan dorongan dari berbagai pihak, segala macam kendala yang dihadapi dapat diatasi. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan terimakasih yang setulusnya kepada:

1. Keluarga tercinta Ayahanda Dwi Sadono dan Ibunda Rohati yang tak hentinya mendoakan, melimpahkan kasih sayang serta memberikan dukungan moril dan materil. Adik Mughit Khairy yang selalu mendoakan dan mendorong penulis untuk tetap semangat dalam mengejar dan meraih cita-cita. Semoga kita selalu berada dalam lindungan-Nya.

2. Seluruh anggota keluarga besar yang selalu mendoakan dan memberikan dukungan untuk kesuksesan penulis.

3. Bapak Dr. Arief Mufraini, Lc., M.Si., Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Yessi Fitri, SE., Ak., M.Si., Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Bapak Hepi Prayudiawan, SE., Ak., CA., MM., Sekretaris Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan selaku dosen pembimbing akademik yang selalu meluangkan waktu


(10)

untuk memberikan motivasi, nasihat dan saran dalam menjalani perkuliahan.

6. Ibu Yusro Rahma, SE., M.Si., selaku dosen pembimbing skripsi yang telah bersedia meluangkan waktu serta tak pernah lelah memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini.

7. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan bimbingan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan. In sya Allah ilmu yang telah Ibu dan Bapak berikan dapat bermanfaat dan diberikan keberkahan dari Allah SWT. 8. Seluruh Staf Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

yang telah membantu dalam berbagai kegiatan akademik.

9. Sahabat-sahabatku semasa sekolah Anastasia, Annisa Trianadewi, Ellin Handayani, Enno Elis Amalia, Denasta Oktafira, Dini Megasari, Ghina Waniar, Hilda Nursadiah, Karina Demante, Kartika Nurfadillah, Nurul Afiifah Ghifari, Rahmawati Putri, Ratna Wulansari, Satya Nur Aisha, Sevira, Siti Nurlaela, Syakina Oktaviani, Verissa Rana Khansa, Yulia Zahra, dan Zata Yumni yang selalu mendoakan kelancaran penulis dalam mengerjakan skripsi, tempat berbagi cerita, meluangkan waktunya untuk penulis, dan yang selalu membuat saya rindu kota tempat saya tinggal. Semoga hubungan silaturahmi kita selalu baik dan sukses untuk kita semua. 10. Sahabatku tersayang Aninditia Hardianti, Desi Trisnawati, Haifa Najib,

Inayah Ats’tsaqafiyah, Laila Ramadiana, Lidiyna Khoirul Fatih, Nova Yulianti, Opi Widiyanti, Rini Dwi Anggraini, dan Tasya Chasanah Marpid yang selalu memberikan masukan positif, semangat, motivasi dan menjadi tempat berbagi cerita selama menjalani perkuliahan. Semoga kita diberi kesuksesan dan tetap terjalin hubungan silaturahim yang baik diantara kita. 11. Teman-teman “Bolang Akuntansi 2012” yang sudah mendoakan, memberi

semangat, dan juga tempat berbagi keseruan semasa kuliah.

12. Teman-teman seperjuangan Jurusan Akuntansi Angkatan Tahun 2012, terkhusus teman-teman kelas A. Terimakasih untuk semangat dan


(11)

kebersamaannya. Semoga tetap terjalin hubungan silaturahim yang baik diantara kita.

13. Teman-teman KKN Parahita 2015 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Terimakasih untuk semangat dan kebersamaannya. Semoga tetap terjalin hubungan silaturahim yang baik diantara kita.

Ucapan terimakasih juga ditujukan kepada semua pihak yang namanya tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Semoga bantuan, bimbingan, dukungan, motivasi dan do’a yang telah diberikan dapat menjadi pintu datangnya ridho dan kasih sayang Allah SWT di dunia dan di akhirat. Aamiin yaa robbal’alamin.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa betapapun penulis telah berusaha untuk menyusun skripsi ini dengan sebaik-baiknya, namun masih terdapat berbagai kekurangan dan kelemahan. Karena itu kritik dan saran dari pembaca akan penulis terima dengan hati terbuka. Penulis berharap skipsi ini dapat membawa manfaat yang sebesar-besarnya bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Jakarta, 9 September 2016 Penulis,


(12)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ... ii

PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ... iii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ... iv

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ... v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vi

ABSTRACT ... vii

ABSTRAK ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Perumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penulisan ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 12

A. Tinjauan Literatur ... 12

1. Teori Keagenan ... 12

2. Manajemen Modal Kerja ... 14

a. Pengertian Manajemen Modal Kerja ... 14

b. Jenis Manajemen Modal Kerja ... 14

c. Konsep Manajemen Modal Kerja ... 16


(13)

f. Siklus Konversi Kas ... 19

3. Dewan Komisaris Independen ... 24

4. Komite Audit ... 28

5. Ukuran Perusahaan ... 31

B. Keterkaitan Antar Variabel dan Perumusan Hipotesis ... 32

1. Proporsi Dewan Komisaris Independen dengan Siklus Konversi Kas ... 32

2. Efektivitas Komite Audit dengan Siklus Konversi Kas ... 33

3. Ukuran Perusahaan dengan Siklus Konversi Kas ... 34

C. Penelitian Sebelumnya ... 34

D. Kerangka Pemikiran ... 38

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 40

A. Ruang Lingkup Penelitian ... 40

B. Metode Penentuan Sampel ... 40

C. Metode Pengumpulan Data ... 41

D. Metode Analisis Data ... 42

1. Satatistik Deskriptif ... 42

2. Uji Asumsi Klasik ... 43

a. Uji Normalitas ... 43

b. Uji Multikolinieritas ... 43

c. Uji Heterokedastisitas ... 44

d. Uji Autokorelasi ... 45

3. Analisis Regresi ... 45

4. Uji Statistik ... 46

a. Koefisien Determinasi ... 46

b. Uji Signifikansi Simultan ... 47

c. Uji Signifikansi Parameter Individual ... 48

E. Operasional Variabel Penelitian ... 48

1. Variabel Dependen ... 48

2. Variabel Independen ... 50

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 54

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ... 54

1. Deskripsi Objek Penelitian ... 54

2. Deskripsi Sampel Penelitian ... 54

B. Analisis dan Pembahasan ... 56

1. Hasil Uji Statistik Deskriptif ... 56

2. Hasil Uji Asumsi Klasik ... 59

a. Uji Normalitas ... 59

b. Uji Multikolonieritas ... 62


(14)

d. Uji Autokorelasi ... 66

3. Uji Koefisien Determinasi ... 66

4. Pengujian Hipotesis dan Pembahasan ... 68

a. Uji Signifikansi Simultan ... 68

b. Uji Signifikansi Parameter Individual ... 69

BAB V PENUTUP ... 74

A. Kesimpulan ... 74

B. Saran ... 75


(15)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 : Penelitian-penelitian Terdahulu ... 35

Tabel 3.1 : Operasional Variabel ... 53

Tabel 4.1 : Proses Seleksi Sampel ... 55

Tabel 4.2 : Statistik Deskriptif ... 57

Tabel 4.3 : Hasil Uji Normalitas Sebelum Pengurangan Data Outlier ... 60

Tabel 4.4 : Hasil Uji Normalitas Setelah Pengurangan Data Outlier ... 61

Tabel 4.5 : Hasil Uji Multikolonieritas ... 62

Tabel 4.6 : Ringkasan Hasil Uji Multikolonieritas ... 63

Tabel 4.7 : Uji Glejser ... 65

Tabel 4.8 : Hasil Uji Heterokedastisitas ... 65

Tabel 4.9 : Hasil Uji Autokorelasi ... 66

Tabel 4.10 : Hasil Uji Koefisien Determinasi ... 67

Tabel 4.11 : Hasil Uji Signifikansi Simultan ... 68

Tabel 4.12 : Uji Signifikansi Parameter Individual ... 69


(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 : Skema Kerangka Pemikiran ... 39 Gambar 4.1 : Hasil Uji Heterokedastisitas dengan Grafik Scatterplot... 64


(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Daftar Nama Perusahaan Industri Barang Konsumsi ... 81

Lampiran 2 : Daftar Pertanyaan Skoring Efektifitas Komite Audit ... 82

Lampiran 3 : Hasil Siklus Konversi Kas ... 87

Lampiran 4 : Hasi Proporsi Dewan Komisaris Independen ... 89

Lampiran 5 : Hasil Efektivitas Komite Audit ... 91

Lampiran 6 : Hasil Logaritma Natural Total Revenue Ukuran Perusahaan ... 93


(18)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Era globalisasi yang telah berkembang sampai saat ini memberikan peluang bagi perekonomian dunia. Setiap negara memiliki kesempatan untuk mengembangkan perekonomian negaranya agar mampu bersaing dalam pasar dunia termasuk Indonesia. Peluang tersebut digunakan oleh perusahaan-perusahaan di Indonesia untuk mengembangkan usahanya. Perusahaan dikatakan berhasil apabila memiliki manajemen yang mampu memprediksi kemungkinan di masa mendatang baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Selain itu juga mampu menghadapi persaingan ketat dengan pesaing bisnis lainnya. Pada dasarnya pendirian suatu perusahaan didasari oleh suatu tujuan. Dimana tujuan suatu perusahaan ialah untuk menghasilkan laba, meningkatkan pertumbuhan perusahaan, memaksimalkan nilai perusahaan, dan mensejahterakan para pemegang saham. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan manajemen yang efektif dan efisien.

Pada umumnya kinerja perusahaan dikaitkan dengan pencapaian laba perusahaan dimana manajer dituntut untuk mampu mengelola modalnya dengan efektif dan efisien. Manajer bertanggung jawab untuk membuat suatu keputusan berinvestasi dan kebijakan keuangan perusahaan. Di samping itu, perilaku pengambil keputusan dipengaruhi oleh kepentingan dalam memperoleh sumber daya organisasi untuk


(19)

melaksanakan tugasnya maupun kepentingan pribadinya yang menyangkut kepentingan materiil (imbalan) dan non-materiil (penghargaan) (Ishak dan Arief, 2015:13). Pengambilan keputusan oleh manajer keuangan pada dasarnya terkonsentrasi pada tiga hal, yaitu struktur modal, penganggaran modal dan manajemen modal kerja. Modal kerja atau working capital

merupakan suatu aktiva lancar yang digunakan dalam operasi perusahaan. Setiap manajer harus merencanakan berapa besar aktiva lancar yang harus dimiliki perusahaan setiap bulan bahkan tahun dan darimana aktiva lancar tersebut harus dibiayai (Sri Ambarwati, 2010:111).

Setiawan (2015) mengemukakan dalam tulisannya pada satu situs berita online mengenai masalah kesulitan keuangan yang dialami perusahaan elektronik asal Jepang, Sharp. Dimana Sharp dinilai telah mengalami kerugian terus menerus akibat penjualan yang terus menurun sehingga mengalami kesulitan keuangan. Pada tahun 2015 triwulan ketiga laba operasi perusahaan menurun hingga 86 persen. Kesalahan manajemen dalam mengelola modal kerja yang tidak optimal dinilai sebagai salah satu faktor yang mengakibatkan penurunan pada penjualan, sehingga persediaan masih banyak yang tidak habis terjual. Kasus kesulitan keuangan juga dialami pada oleh perusahaan besar Amerika pada tahun 2001 lalu yaitu Enron. Dimana Enron telah melakukan kecurangan pada laporan keuangannya sehingga ikut menyeret kantor akuntan ternama yaitu Andersen. Kesuksesan Enron ternyata hanya topeng yang menutupi keadaan yang sebenarnya dialami oleh perusahaan besar tersebut. Enron


(20)

memiliki utang yang luar biasa dan aset perusahaan yang sangat minim yang mengakibatkan pada kebangkrutan. Dari dua kasus di atas terdapat salah satu faktor penyebab perusahaan mengalami pailit yaitu manajemen yang tidak efisien yang dapat menyebabkan ketidakseimbangan antara modal, utang dan piutang.

Penyediaan modal kerja yang cukup merupakan upaya manajemen yang strategis, dimana setiap perusahaan mengupayakan penyediaan modal kerja yang cukup agar aktivitasnya berjalan dengan lancar. Tersedianya modal kerja yang berlebihan mengakibatkan modal kerja tersebut tidak produktif, sebaliknya jika kurang tersedianya modal kerja dapat mengakibatkan perusahaan kesulitan dalam menjalankan aktivitasnya (Joko dan Husnul, 2007). Penetapan besarnya modal kerja yang dibutuhkan perusahaan berbeda-beda, salah satunya tergantung pada jenis perusahaan dan besar kecilnya perusahaan itu sendiri. Kebijakan perusahaan dalam mengelola jumlah modal kerja secara tepat akan menghasilkan keuntungan yang benar-benar diharapkan oleh perusahaan sedangkan akibat pengelolaan modal yang kurang tepat akan mengakibatkan kerugian (Beny dan Minamita, 2012).

Dalam modal kerja atau secara terminologi sering disebut sebagai manajemen modal kerja (Sri Ambarwati, 2010:111) terdapat satu komponen penting yaitu kas atau setara kas karena merupakan aset perusahaan yang paling likuid atau mudah dicairkan. Kas dibutuhkan perusahaan dalam membiayai aktivitasnya sehari-hari. Seperti pembelian


(21)

persediaan, pembayaran utang usaha, pembayaran gaji karyawan dan pembayaran dividen untuk para pemegang saham. Karena itulah pengelolaan kas yang efektif dan efisien sangat penting bagi kelancaran kegiatan perusahaan. Karena kas merupakan komponen penting dalam pengelolaan modal kerja maka ukuran manajemen modal kerja yang paling komprehensif adalah cash conversion cycle (CCC) atau juga disebut siklus konversi kas (Deelof, 2003).

Menurut Gill dan Biger (2013) dalam John et al. (2015) komponen dari cash conversion cycle terdiri dari days sales outstanding (DSO) atau periode penerimaan piutang dari hasil penjualan, days payable outstanding

(DPO) atau periode penangguhan utang, dan days sales inventory (DSI) atau periode konversi persediaan. Cash conversion cycle digunakan untuk mengukur berapa lama perusahaan dapat mengumpulkan kas yang berasal dari hasil kegiatan operasi perusahaan yaitu dimulai dari pembeliaan bahan baku atau persediaan, melakukan proses produksi lalu menjualnya sampai dengan penagihan penjualan atas barang jadi yang pada akhirnya mempengaruhi jumlah dana yang diperlukan perusahaan untuk disimpan pada current assets (Edman dan Ita, 2009).

Siklus konversi kas dapat digunakan untuk mengetahui kebijakan apa yang akan diambil oleh manajemen dalam pengelolaan kas perusahaan, apakah dengan mempercepat periode penagihan piutangnya atau dengan menahan pembayaran utangnya. Semakin kecil nilai cash conversion cycle maka dapat diartikan semakin efektif pula manajemen


(22)

dalam pengelolaan kasnya (Uyar, 2009). Sebaliknya, jika perusahaan memiliki siklus konversi kas yang lama dapat mengakibatkan penurunan keuntungan dikarenakan pengelolaan modal kerja yang tidak efektif (Iva dan Indira, 2013).

Dalam pengelolaan arus kas perusahaan biasanya pihak manajemen lebih banyak memiliki informasi mengenai keuangan perusahaan dibanding pemegang saham sehingga menyebabkan terjadinya asimetri informasi antara manajer dengan pemegang saham/investor, selain itu dimana manajemen juga bertindak sebagai pengambil keputusan. Manajemen perusahaan pasti lebih menginginkan pendapatan yang tinggi atau menguntungkannya dengan cara meningkatkan kinerjanya. Salah satu tindakan yang sering diambil yaitu lebih memilih untuk mengalokasikan kas ke investasi daripada membagikan dividen kepada para pemegang saham terlebih lagi kepada pemegang saham minoritas. Sedangkan di lain pihak, pemegang saham menginginkan agar mendapatkan keuntungan yang besar dari pembagian dividen. Masalah yang dapat ditimbulkan dari pemisahan fungsi kepemilikan dan pengelolaan serta perbedaan kepentingan inilah disebut dengan agency problem.

Teori keagenan menyebutkan bahwa utang yaitu salah satu komponen dari siklus konversi kas adalah salah satu mekanisme bagi

shareholder untuk meminimumkan agency problem dengan manajer. Dimana perusahaan yang memiliki tingkat utang yang lebih besar memiliki tanggung jawab lebih besar kepada para kreditor dan pemegang


(23)

saham untuk mengungkapkan informasi lebih luas mengenai perusahaan. Sehingga manajemen pun akan berhati-hati dalam membuat keputusan pengelolaan kasnya.

Adanya alasan tersebut maka perusahaan perlu menerapkan

corporate governance untuk memberikan informasi yang simetris antara kedua belah pihak, karena penerapan corporate governance yang baik dapat mengurangi adanya asimetri informasi karena perusahaan akan memberikan lebih banyak informasi yang dapat mengurangi asimetri informasi tersebut. Dalam penelitian ini corporate governance diproksikan dengan proporsi komisaris independen dan ukuran komite audit. Dengan proporsi komisaris independen dan banyaknya anggota komite audit dalam perusahaan diharapkan periode cash conversion cycle dapat menjadi lebih singkat dan keputusan yang diambil oleh pihak manajemen dapat memberikan keuntungan bagi semua pemegang saham tidak terkecuali pemegang saham minoritas (Debora, 2012).

Penelitian yang dilakukan oleh John et al. (2015:87) menyatakan bahwa adanya CEO tenure, CEO duality, komisaris independen dan ukuran komite audit berpengaruh negatif terhadap cash conversion cycle

yang artinya semakin banyak anggotanya maka akan mempersingkat waktu persediaan tersimpan di dalam gudang dan juga mempersingkat waktu periode cash conversion cycle untuk perusahaan manufaktur di Amerika yang terdaftar dalam Bursa Efek New York. Penelitian ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Gill dan Biger (2013) bahwa


(24)

CEO tenure, CEO duality, dan ukuran komite audit yang merupakan proksi dari corporate governance dapat mempengaruhi efisensi manajemen modal kerja dimana cash conversion cycle adalah sebagai salah satu proksinya.

Achchuthan dan Kajananthan (2013) mengemukakan bahwa praktik corporate governance yang diproksikan sebagai proporsi komisaris independen, jumlah komite audit, dan jumlah kehadiran rapat tidak berpengaruh signifikan terhadap efisiensi manajemen modal kerja yang salah satu proksinya juga merupakan cash conversion cycle, kecuali untuk proksi struktur kepemimpinan dewan berpengaruh signifikan terhadap efisiensi manajemen modal kerja.

Selanjutnya penelitian mengenai hubungan ukuran perusahaan dengan cash conversion cycle dijelaskan dalam penelitian yang dilakukan oleh Moss dan Stine (1993) menyatakan bahwa ukuran perusahaan memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap panjangnya periode siklus konversi kas. Selanjutnya menurut Eljelly (2004) ukuran perusahaan akan mempengaruhi periode siklus konversi kas. Penelitian Edman dan Ita (2009) menyatakan bahwa ukuran perusahaan berhubungan negatif dengan

cash conversion cycle. Hal ini berarti bahwa jangka waktu cash conversion cycle yang pendek dimiliki oleh perusahaan yang besar, sementara perusahaan kecil, memiliki jangka waktu cash conversion cycle

yang lebih panjang. Penelitian ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan Muneeb dan Kashif (2012) dimana perusahaan besar lebih


(25)

efisien dalam mengelola manajemen modal kerjanya yang mengakibatkan siklus konversi kasnya pun lebih singkat dibandingkan dengan perusahaan kecil, hasil tersebut sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Farrah et al. (2016:297) menyatakan bahwa perusahaan kecil di Malaysia kurang efisien dalam mengelola modal kerjanya.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Adisti (2012) tidak ditemukan adanya pengaruh ukuran perusahaan terhadap kebutuhan modal kerja. Hal ini menunjukkan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap manajemen modal kerja yang termasuk di dalamnya adalah cash conversion cycle. Temuan ini mengindikasi, perusahaan yang memiliki ukuran besar maupun kecil memiliki kesempatan yang sama untuk dapat menjalankan pengelolaan modal kerja yang efisien. Hal ini dapat disebabkan a) kebijakan manajemen modal kerja yang terdiri dari piutang usaha, persediaan, dan utang usaha dipengaruhi oleh berbagai aspek yang berbeda antara perusahaan dan b) pengaruh perusahaan kecil yang berada dalam satu grup dapat menyebabkan posisi perusahaan kecil dapat memiliki keuntungan yang hampir serupa dengan perusahaan yang besar yang tidak berada di dalam pengaruh satu grup.

Siklus konversi kas menarik untuk diteliti karena periode dari siklus konversi kas akan menggambarkan bagaimana kemampuan manajemen dalam mengelola modal kerjanya dimana akan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Berdasarkan uraian di atas, maka menarik bagi peneliti untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh


(26)

Proporsi Komisaris Independen, Ukuran Komite Audit, dan Ukuran

Perusahaan Terhadap Siklus Konversi Kas (Cash Conversion Cycle)

(Studi Empiris pada Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di

Bursa Efek Indonesia Periode 2013-2015)”. B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan permasalahan yang hendak diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah proporsi komisaris independen berpengaruh secara signifikan terhadap siklus konversi kas (cash conversion cycle)?

2. Apakah ukuran komite audit berpengaruh secara signifikan terhadap siklus konversi kas (cash conversion cycle)?

3. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap siklus konversi kas (cash conversion cycle)?

4. Apakah proporsi komisaris independen, ukuran komite audit, dan ukuran perusahaan berpengaruh simultan terhadap siklus konversi kas

(cash conversion cycle)? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk menemukan bukti empiris atas hal-hal sebagai berikut ini:

a. Pengaruh proporsi komisaris independen terhadap siklus konversi kas (cash conversion cycle).


(27)

b. Pengaruh ukuran komite audit terhadap siklus konversi kas (cash conversion cycle).

c. Pengaruh ukuran perusahaan terhadap siklus konversi kas (cash conversion cycle).

d. Pengaruh simultan proporsi komisaris independen, ukuran komite audit, dan ukuran perusahaan terhadap siklus konversi kas (cash conversion cycle).

2. Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi: a. Manfaat Teoritis

1) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis, sekurang-kurangnya dapat berguna sebagai sumbangan pemikiran bagi dunia pendidikan.

b. Manfaat Praktis 1) Ilmu Pengetahuan

Penelitian ini berguna untuk memberikan wawasan dalam ilmu pengetahuan khususnya di bidang akuntansi.

2) Akademisi

Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk melengkapi penelitian penelitian terdahulu dan berguna sebagai referensi dan rujukan bagi penelitian selanjutnya.


(28)

3) Perusahaan

Penelitian ini diharapkan juga dapat memberi masukan bermanfaat bagi perusahaan mengenai mekanisme tata kelola perusahaan yang lebih baik diterapkan dalam perusahaan agar

cash conversion cycle dapat berjalan dengan efektif. 4) Investor

Penelitian diharpakan dapat berguna bagi para investor aka pentingnya pengetahuan tentang mekanisme corporate governance yang nantinya akan berpengaruh pada kemampuan perusahaan dalam melakukan kegiatan operasional yang digambarkan dengan periode cash conversion cycle yang dimiliki perusahaan. Dengan mengetahui kondisi perusahaan secara lebih jelas, maka kualitas pengambilan keputusan investor iharapkan akan menjadi lebih baik.

5) Regulator

Sebagai bahan pertimbangan kepada regulator yaitu Bapepam-LK, untuk meningkatkan penerapan good corporate governance dengan membuat an memperbaiki peraturan yang mendukung untuk penerapan good corporate governance pada perusahaan terbukaserta menjadi bahan pertimbangan dalam meningkatkan pengawasan.


(29)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Literatur

1. Teori Keagenan (Agency Problem)

Teori yang digunakan adalah Teori Keagenan (Agency Theory). Jensen dan Meckling (1976) mendefinisikan hubungan agensi sebagai suatu kontrak di bawah satu atau lebih principal yang melibatkan

agent untuk melaksanakan beberapa layanan bagi mereka dengan melakukan pendelegasian wewenang pengambilan keputusan kepada agent. Principal maupun agent diasumsikan sebagai orang ekonomi rasional dan semata-mata termotivasi oleh kepentingan pribadi.

Principal mendelegasikan pembuatan keputusan mengenai perusahaan kepada manajer atau agent.

Tujuan utama teori keagenan (agency theory) adalah untuk menjelaskan bagaimana pihak-pihak yang melakukan hubungan kontrak dapat mendesain kontrak yang tujuannya untuk meminimalisasi cost sebagai dampak adanya informasi yang tidak simetris dan kondisi ketidakpastian.

Godfrey et al (2010) membagi biaya keagenan dalam tiga jenis biaya yaitu:


(30)

1) Biaya monitoring

Biaya yang ditujukan untuk mengawasi perilaku agen. Prinsipal melakukan pengukuran, pengamatan dan pengendalian atas perilaku agen.

2) Biaya perikatan (Bonding Cost)

Biaya yang dikeluarkan oleh agen dalam rangka mematuhi dan mengimplementasikan mekanisme kontrak yang menjamin bahwa agen akan bertindak sejalan dengan kepentingan prinsipal.

3) Residual Loss

Biaya yang masih dapat timbul ketika tindakan yang dilakukan agen berbeda dengan apa yang seharusnya dilakukan untuk memenuhi kepentingan prinsipal walaupun biaya terkait pengawasan dan perikatan sudah dilakukan. Masalah keagenan terjadi apabila konflik kepentingan yang terjadi antara prinsipal dan agen menyebabkan kerugian pada sisi prinsipal. Secara teori, masalah keagenan dapat dieliminasi dengan kontrak lengkap yang menjelaskan sikap-sikap yang perlu diambil setiap pihak pada kondisi tertentu di masa depan (Chrisman et al.,2012). Selain menggunakan kontrak tersebut, masalah keagenan dapat dieliminasi dengan membentuk pihak independen untuk melakukan pengawasan.


(31)

Pembentukan pihak independen yang melakukan pengawasan efektif terhadap manajemen inilah yang menjadi dasar pembentukan struktur tata kelola perusahaan. Struktur tata kelola yang efektif akan meningkatkan baik kualitas maupun kuantitas pengungkapan informasi perusahaan dan menjadi salah satu mekanisme untuk mengatasi masalah agensi (Sun et al., 2012).

2. Manajemen Modal Kerja

a. Pengertian Manajemen Modal Kerja

Pengelolaan (manajemen) modal kerja merupakan pengelolaan keuangan jangka pendek karena menyangkut aset lancar dan kewajiban lancar sebagai pendanaan aset lancar tersebut. Modal kerja diukur dengan modal kerja bersih (net working capital) yaitu selisih antara aset lancar dengan kewajiban lancar. Maka seringkali net working capital diartikan sebagai kebijakan keuangan jangka pendek. Kebijakan keuangan jangka pendek melibatkan kas masuk (cash inflow) dan kas keluar (cash outflow) yang terjadi dalam satu tahun (Ross et al., 2010). Manajemen modal kerja mencakup penetapan kebijakan modal kerja dan pelaksanaan kebijakan tersebut dalam operasi sehari-hari (Bringham dan Houston, 2004).

b. Jenis Manajemen Modal Kerja

Kebutuhan untuk pengelolaan modal kerja perusahaan ditentukan oleh aktivitas produksi yang dilakukan oleh perusahaan. Apabila kapasitas produksi berubah maka modal kerja yang


(32)

dibutuhkan juga mengalami perubahan. Menurut WB. Taylor dan Bambang Riyanto (1995) modal kerja dibedakan menjadi:

1) Modal Kerja Permanen

Adalah modal kerja yang harus ada dalam perusahaan untuk memenuhi kebutuhan konsumen berupa barang jadi. Modal kerja permanen dibedakan menjadi:

a) Modal kerja primer

Adalah modal kerja minimal yang harus dimiliki perusahaan agar dapat terus beroperasi.

b) Modal kerja normal

Adalah modal kerja yang harus ada dalam perusahaan agar dapat beroperasi dalam kapasitas normal.

2) Modal Kerja Variabel

Adalah modal kerja yang selalu berubah proporsional dengan perubahan kapasitas produksi. Modal kerja ini terdiri dari:

a) Modal Kerja Musiman

Modal kerja yang berubah sesuai perubahan musim/permintaan misalnya permintaan yang besar pada waktu hari raya.

b) Modal Kerja Siklis


(33)

c) Modal Kerja Darurat

Modal kerja yang berubah sesuai keadaan yang terjadi di luar kemampuan perusahaan.

c. Konsep Manajemen Modal Kerja

Seperti yang dikutip dalam Bambang Riyanto (1995) ada tiga konsep modal kerja, yaitu:

1) Modal Kerja Kuantitatif

Modal kerja menurut konsep ini adalah keseluruhan elemen aktiva lancar, sehingga disebut modal kerja bruto karena tidak memperhatikan utang jangka panjang pendeknya. Misal: kas, efek, piutang, dan persediaan.

2) Modal Kerja Kualitatif

Modal kerja dalam konsep ini adalah elemen aktiva lancar dikurangi seluruh utang jangka pendek yang harus dibayar perusahaan.

3) Modal Kerja Fungsional

Modal kerja menurut konsep ini adalah dana yang digunakan perusahaan dalam mencapai laba. Misal: kas, piutang dagang, persediaan barang dagang, penyusutan mesin, penyusutan bangunan dan gedung, sedangkan efek baru menjadi modal kerja jika sudah terjual.


(34)

d. Tujuan Manajemen Modal Kerja

Adapun tujuan dari manajemen modal kerja bagi perusahaan adalah sebagai berikut:

1) Modal kerja digunakan untuk memenuhi kebutuhan likuiditas perusahaan, artinya likuiditas perusahaan sangat tergantung kepada manajemen modal kerja.

2) Dengan modal kerja yang cukup perusahaan memiliki kemampuan untuk memenuhi kewajiban pada waktunya. Pemenuhan kewajiban jangka pendek yang sudah jatuh tempo dan segera harus dibayarkan secara tepat waktu merupakan ukuran keberhasilan manajemen modal kerja. 3) Memungkinkan perusahaan untuk memiliki cadangan modal

kerja untuk memenuhi permintaan produk atau jasa yang dihasilkan perusahaan untuk memenuhi kebutuhan pelanggannya.

4) Guna memaksimalkan penggunaan aktiva lancar untuk meningkatkan penjualan dan laba.

5) Perusahaan mampu melindungi diri apabila terjadi krisis ekonomi yang menyebabkan turunnya nilai aktiva lancar.

Tujuan di atas akan dapat tercapai apabila modal kerja perusahaan dapat dikelola secara baik dan benar sesuai dengan prinsip manajemen modal kerja.


(35)

e. Perhitungan Manajemen Modal Kerja

Dalam penelitian Hofmann dan Kotzab (2010), manajemen modal kerja terbagi menjadi dua sudut pandang, yaitu dalam sudut pandang moneter (monetary-based) dan waktu (time-based):

1) Working Capital Monetary-Based

Sudut pandang monetary-based pada pengelolaan modal kerja melihat satuan monetary. Pengelolaan modal kerja memiliki berbagai perhitungan yang mendeskripsikan monetary-based, antara lain:

a) Modal Kerja Bersih (Net Working Capital).

Menurut Ross et al. (2010:28), perhitungan net working capital (NWC) adalah sebagai berikut:

Net Working Capital (WCR) = Crrent Assets Current Liability

b) Kebutuhan Modal Kerja (Working Capital Requirement-WCR) dan Net Liquid Balance-NLB. Shulman dan Cox (1985) membagi perhitungan net working capital menjadi working capital requirement

(WCR) dan net liquid balance (NLB) untuk analisis evaluasi pengelolaan modal kerja dan kemampuan meningkatkan dan megalokasikan modal (capital). Hawawini et al. (1986) mengatakan evaluasi yang dilakukan dengan menggunakan indikator ini


(36)

menghasilkan analisis yag lebih baik dari pada indikator tradisional net working capital. Berikut adalah formula perhitungan WCR dan NLB (Chiou dkk., 2006:253):

Working Capital Requirement (WCR) = [(account receivables + inventories) – (account payable + other payable)]

Net Liquid Balance (NLB) = [(cash and cash

equvalents + short-term investment) (short-erm debt + commercial paper payable + long-term debt a year term)]

2) Working Capital Time-Based atau Cash Conversion Cycle

Sudut pandang time-based pada pengelolaan modal kerja bertujuan untuk menghilangkan waktu yang tidak memberi nilai tambah. Perhitungan ini disebut juga cash conversion cycle (Emery dkk., 2007).

f. Siklus Konversi Kas (Cash Conversion Cycle)

Konsep siklus kas diperkenalkan oleh Lawrence J. Gitman pada tahun 1974. Siklus konversi kas merupakan pengukuran dinamis terhadap manajemen likuiditas berjalan (Jose et al., 1996). Siklus konversi kas (cash conversion cycle) merupakan lamanya waktu yang dibutuhkan oleh perusahaan dalam mengelola kas sebagai modal kerja sebelum nantinya kas tersebut kembali ketika


(37)

terjadi pembayaran oleh pelanggan atas barang atau jasa yang telah diberikan (Hutchison et al., 2007). Perhitungan ini menyangkut bagaimana suatu perusahaan mengusahakan agar pengeluaran kas terpegunakan sesuai waktunya. Jika waktu yang digunakan lebih singkat maka semakin efisien dan begitu pula sebaliknya, karena jika perusahaan gagal untuk mengelola modal kerjanya maka perusaaan memerlukan pendanaan tambahan untuk dapat melunasi kewajiban jangka pendeknya (Bhutto et al., 2011). Cash conversion cycle terdiri dari tiga komponen, yaitu:

1) Periode Perputaran Piutang (Days of Sales Outstanding-DSO) Penjualan secara kredit merupakan hal yang umumnya dilakukan oleh perusahaan kepada pelanggannya utnuk memperbesar volume penjualan, karena mempermudah pelanggan dalam melakukan pembayaran. Hasil penjualan tersebut tidak segera menghasilkan penerimaan kas, melainkan menimbulkan piutang terlebih dahulu sebelum jatuh tempo pelanggan melunasi pembayarannya. Semakin besar proporsi dan jumlah penjualan kredit maka akan meningkat pula piutang usaha perusahaan, dengan catatan bahwa pelanggan tidak mengubah kebiasaan mereka dalam melunasi piutang tesebut. Jumlah piutang dari perusahaan pada waktu tertentu dipengaruhi oleh faktor volume penjualan secara kredit dan


(38)

periode rata-rata antara penjualan dan pengumpulan piutang (Suad, 1997).

Secara garis besar ada tiga tujuan perusahaan dalam mengelola piutang, yaitu untuk meningkatkan volume

penjualan, meningkatkan profit, dan bersaing dengan kompetitor (Ross, 2008). Periode perputaran piutang adalah rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk mengkonversi piutang perusahaan menjadi kas, yaitu untuk menerima kas setelah menjadi penjualan. Periode ini dihitung dengan membagi piutang dengan rata-rata penjualan kredit perhari.

DSO = � �

/3

2) Periode Perputaran Persediaan (Days of Sales in Inventory-DSI)

Persediaan merupakan komponen dari aset lancar yang mungkin sangat diperhatikan oleh perusahaan manufaktur karena memiliki pengaruh terhadap laba perusahaan dan pada umumnya persediaan merupakan aset terbesar setelah harta. Periode perputaran persediaan adalah waktu yang dibutuhkan untuk mengkonversi bahan baku menjadi barang jadi dan kemudian menjual barang tersebut. Semakin rendah periode konversi persediaan semakin tinggi profitabilitas perusahaan. Periode ini dihitung dengan membagi persediaan dengan harga pokok penjualan perhari.


(39)

DSI = �

� /3

3) Periode Perputaran Utang (Days of Payables Outstanding-DPO)

Utang lancar merupakan kewajiban perusahaan kepada supplier yang jadwal pelunasannya dilakukan dalam jangka waktu tertentu dan juga pembayaran atas jasa tenaga kerja yang dilakukan setiap suatu periode tertentu juga (Uyar, 2009). Periode penangguhan utang adalah rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk membeli bahan baku dan tenaga kerja serta pembayarannya. Periode ini dihitung dengan membagi jumlah utang lancar dengan jumlah harga pokok penjualan perhari.

DPO = � �

� /3

Dalam bentuk persamaan yang paling sederhana menggabungkan tiga komponen di atas, dimana semuanya terukur dalam satuan hari, sebagaimana yang dituliskan oleh Keown, dkk. (2001:492) cash conversion cycle dihitung dengan rumus sebagai berikut:

CCC = DSO + DSI – DPO

Perusahaan harus mempersingkat periode CCC tanpa mengganggu operasional sehari-hari untuk meningkatkan profit. Tujuan dari manajemen modal kerja adalah cash conversion cycle


(40)

mereka sendiri sebelum mereka menerima pembayaran dari hasil penjualan, sedangkan hasil CCC yang negatif mengindikasikan perusahaan telah menerima pelunasan piutang dari pelanggannya namun tagihan dari supplier perusahaan tempat mereka membeli bahan baku atau persediaan belum dibayarkan karena belum jatuh tempo pada waktunya (Hutchison dkk., 2007). Menurut Uyar (2009) siklus konversi kas dapat dipercepat dengan cara:

1) Mengurangi periode konversi persediaan

Hal ini dapat dilakukan dengan memperoses dan menjual barang secara lebih cepat. Manajer perusahaan harus memastikan bahwa sistem persediaan telah berjalan dengan efektif dan efisien seperti proses pemesanan dan pengelolaan material.

2) Mengurangi periode penerimaan piutang

Manajer harus memastikan bahwa perusahaan sudah menjalankan prosedur terhadap piutang secara efektif sehingga dapat mempercepat proses penagihan dan perusahaan tidak mengalami masalah likuiditas. Sebagai salah satu contoh perusahaan dapat menerapkan sistem diskon dalam jangka waktu tertentu agar pelanggan dapat dengan cepat membayar pelunasannya.


(41)

3) Memperpanjang periode penangguhan utang usaha

Perusahaan dianjurkan untuk berusaha memperlambat pembayaran yang dilakukan kepada supplier. Kemampuan perusahaan untuk lebih dulu melakukan penagihan kas dari piutang daripada melakukan pengeluaran kas untuk pembayaran utang merupakan salah satu strategi meningkatkan pertumbuhan perusahaan (Padachi, 2006)

3. Dewan Komisaris Independen

Berdasarkan UU Perseroan Terbatas No.40 Tahun 2007 menyatakan bahwa dewan komisaris terdiri atas satu orang atau lebih.

Forum for Corporate Governance Indonesia (FCGI, 2000), dewan komisaris merupakan salah satu unsur terpenting dari corporate governance yang memiliki tanggung jawab menjamin pelaksanaan strategi perusahaan berjalan sesuai tujuan, mengawasi manajemen dalam mengelola perusahaan serta mewajibkan terlaksananya akuntabilitas.

Berdasarkan pedoman Good Corporate Governance di Indonesia tahun 2010, komposisi atau jumlah komisaris independen tidak ditentukan dalam jumlah tertentu namun demikian jumlah atau komposisi komisaris independen harus dapat menjamin agar mekanisme pengawasan berjalan secara efektif dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Adapun kriteria yang ditetapkan yaitu


(42)

salah satu dari komisaris independen harus mempunyai latar belakang akuntansi atau keuangan.

Meskipun Pedoman Good Corporate Governance tidak menentukan jumlah komisaris independen, dalam Peraturan Bapepam-LK, emiten atau perusahaan publik wajib memiliki sekurang-kurangnya satu orang komisaris independen sedangkan Bursa Efek Indonesia mewajibkan sekurang-kurangnya 30% dari dewan komisaris adalah komisaris independen. Kriteria komisaris independen secara rinci diatur dalam peraturan Bapepam-LK yaitu:

a. Berasal dari luar emten atau Perusahaan Publik.

b. Tidak mempunyai saham emiten atau Perusahaan Publik baik langsung maupun tidak langsung.

c. Tidak mempunyai hubungan sfiliasi dengan Komisaris, Direksi, dan Pemegang Saham Utama Emiten atau Perusahaan Publik. d. Tidak mempunyai hubungan usaha dengan emiten atau Perusahaan

Publik baik langsung maupun tidak langsung.

Untuk menjamin pelaksanaan GCG diperlukan anggota dewan komisaris yang memiliki integritas, kemampuan, tidak cacat hukum dan independen, serta tidak memiliki hubungan bisnis atau hubungan lain dengan pemegang saham mayoritas dan dewan direksi baik langsung maupun tidak langsung. Hal ini dimaksudkan agar dewan komisaris independen dapat menjadi penyeimbang dalam pengambilan keputusan dewan komisaris dan mewakili kepentingan stakeholders


(43)

lainnya daripada kepentingan stakeholders mayoritas. Komisaris independen diusulkan dan dipilih oleh pemegang saham minoritas yang bukan merupakan pemegang saham pengendali dalam RUPS. Namun seringkali dewan direksi lebih memiliki kekuatan dibanding dewan komisaris. Hal inilah yang menyebabkan independensi dari dewan komisaris menjadi sangat penting sebagai penyeimbang dari dewan direksi.

Dalam melaksanakan tugasnya dewan komisaris bersama dewan direksi memiliki tanggung jawab dalam menjaga kelangsungan usaha perusahaan dalam jangka panjang, yaitu (KNKG, 2006):

a. Terlaksananya dengan baik kontrol internal dan manajemen risiko. b. Tercapainya imbal hasil yang optimal bagi pemegang saham. c. Terlindunginya kepentingan pemangku kepentingan secara wajar. d. Terlaksananya suksesi kepemimpinan yang wajar demi

kesinambungan manajemen di semua lini organisasi.

Penerapan corporate governance dapat dilihat salah satunya dari proporsi komisaris independen terhadap jumlah keseluruhan komisaris yang ada dalam perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Yeh et al. (2002) memperoleh hasil bahwa penerapan corporate governance akan mempengaruhi kinerja perusahaan. Dengan melakukan penerapan corporate governance yang baik akan meningkatkan kinerja perusahaan dan mencegah terjadinya kecurangan oleh manajemen. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang


(44)

dilakukan oleh Black et al. (2002) bahwa perusahaan dengan penerapan corporate governance yang baik akan memiliki kinerja operasional yang baik dibandingkan dengan perusahaan yang penerapan corporate governancenya kurang baik. Selanjutnya, penelitian yang dilakukan oleh John et al. (2015:87) menyatakan bahwa corporate governance yang diproksikan salah satunya adalah komisaris independen berpengaruh negatif terhadap siklus konversi kas. Dimana siklus konversi kas termasuk bagian dari kinerja perusahaan apakah perusahaan dapat mengelola modalnya dengan efisien atau tidak.

Namun hasil penelitian tersebut berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Wulandari (2006) bahwa jumlah komisaris dan proporsi komisaris independen yang ada dalam perusahaan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja perusahaan. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Achchuthan dan Kajananthan (2013) mengemukakan bahwa praktik corporate governance yang diproksikan sebagai proporsi komisaris independen, ukuran komite audit, dan jumlah kehadiran rapat tidak berpengaruh signifikan terhadap efisiensi manajemen modal kerja yang salah satu proksinya juga merupakan

cash conversion cycle, kecuali untuk proksi struktur kepemimpinan dewan berpengaruh signifikan terhadap efisiensi manajemen modal kerja.


(45)

4. Komite Audit

Berdasarkan Peraturan Bapepam-LK No IX.I.5, Komite Audit adalah komite yang dibentuk oleh dan bertanggung jawab kepada Dewan Komisaris dalam rangka membantu melaksanakan tugas dan fungsi Dewan Komisaris. KNKG (2006) menyatakan bahwa Komite Audit dibentuk untuk membantu Dewan Komisaris dalam memastikan bahwa laporan keuangan disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, struktur pengendalian internal perusahaan dengan baik, pelaksanaan audit internal maupun eksternal dilakukan sesuai dengan standar audit yang berlaku, serta melakukan tindak lanjut atas temuan hasil audit yang dilaksanakan manajemen. Selain itu Komite Audit juga terlibat dalam pemrosesan calon auditor eksternal beserta imbalan jasanya untuk kemudian disampaikan kepala Dewan Komisaris.

Berdasarkan Peraturan Bapepam-LK No. IX.I.5, dalam menjalankan fungsinya, Komite Audit memiliki tugas dan tanggung jawab antara lain sebagai berikut:

a. Melakukan penelaahan atas informasi keuangan yang akan dikeluarkan perusahaan seperti laporan keuangan, proyeksi, dan informasi keuangan lainnya.

b. Melakukan penelaahan atas ketaatan perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan di bidang Pasar Modal dan


(46)

peraturan perundangan-undangan lainnnya yang berhubungan dengan kegiatan peusahaan.

c. Melakukan penelaahan atas pelaksanaan pemeriksaan oleh auditor internal.

d. Melaporkan kepada Komisaris berbagai risiko yang dihadai perusahaan dan pelaksanaan manajemen risiko oleh direksi.

e. Melakukan penelaahan dan melaporkan kepada Komisaris atas pengaduan yang berkaitan dengan Emiten atan Perusahaan Publik f. Menjaga kerahasiaan dokumen, data, dan informasi perusahaan

Adapun wewenang Komite Audit dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya adalah sebagai berikut:

a. Mengakses dokumen, data dan informasi perusahaan tentang karyawan, dana, aset, sumber daya perusahaan yang diperlukan. b. Berkomunikasi langsung atau tidak langsung dengan karyawan,

dan pihak yang menjalankan fungsi internal dan eksternal audit serta manajemen risiko.

c. Melibatkan pihak independen di luar anggota Komite Audit yang diperlukan untuk membantu pelaksanaan tugasnya (jika diperlukan).

d. Melakukan kewenangan lain yang diberikan oleh Dewan Komisaris.

Komite Audit biasanya terdiri dari dua hingga tiga orang anggota. Dipimpin oleh seorang Komisaris Independen. Seperti komite


(47)

pada umumnya, Komite audit yang beranggotakan sedikit cenderung dapat bertindak lebih efisien. Akan tetapi, Komite audit beranggota terlalu sedikit juga menyimpan kelemahan yakni minimnya ragam pengalaman anggota. Sedapat mungkin anggota Komite audit memiliki pemahaman memadai tentang pembuatan laporan keuangan dan prinsip-prinsip pengawasan internal.

5. Ukuran Perusahaan

Definisi ukuran perusahaan menurut Riyanto (1999:313) adalah “besar kecilnya perusahaan dilihat dari nilai equity, nilai penjualan atau total aktiva.” Ukuran perusahaan merupakan pengukur yang menunjukkan besar kecilnya perusahaan. Ukuran perusahaan dapat diukur dengan menggunakan total aset, penjualan, dan ekuitas total utang dan ukuran perusahaan memiliki korelasi kuat dan positif (Odgen, 1987 dalam Magreta dan Nurmayanti, 2009).

Ukuran perusahaan dapat dinilai dari beberapa segi. Besar kecilnya suatu perusahaan dapat didasarkan pada total nilai aktiva, total penjualan, kapitalisasi pasar, jumlah tenaga kerja dan sebagainya. Semakin besar aktiva suatu perusahaan maka akan semakin besar pula modal yang ditanam, semakin besar total penjualan suatu perusahaan maka akan semakin banyak juga perputaran uang dan semakin besar kapitalisasi pasar maka semakin besar pula perusahaan dikenal masyarakat (Hilmi dan Ali, 2008).


(48)

Ukuran perusahaan berbeda akan memiliki modal kerja yang berbeda pula. Perusahaan besar dapat mengambil keuntungan dari tersedianya sumber daya yang lain ketika perusahaan sedang mengalami kekurangan kas ataupun kesulitan dalam proses penagihan piutang. Sedangkan perusahaan kecil akan lebih rentan dengan kegagalan penagihan piutangnya. Penelitian yang dilakukan oleh Moss dan Stine (1993) menyatakan bahwa ukuran perusahaan memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap panjangnya periode siklus konversi kas, artinya semakin besar suatu perusahaan maka periode siklus konversi kasnya semakin singkat.

Menurut Eljelly (2004), ukuran perusahaan akan mempengaruhi likuiditas, CCC, dan profitabilitas perusahaan. Perusahaan besar akan lebih memiliki keuntungan dalam pembelian persediaan, mendapatkan pinjaman dari kreditor, dan pengumpulan piutang pelanggan yang akan meningkatkan likuiditas dan mempersingkat periode siklus konversi kas dibandingkan perusahaan kecil.


(49)

B. Keterkaitan Antar Variabel dan Perumusan Hipotesis

Hipotesis merupakan dugaan sementara atas suatu hubungan, sebab akibat dari kinerja variabel yang perlu dibuktikan kebenarannya (Hamid, 2012:26). Perumusan hipotesis pada penelitian ini berdasarkan teori dan penelitian-penelitian terdahulu yang bertujuan untuk menguji pengaruh proporsi komisaris independen, ukuran komite audit, dan ukuran perusahaan terhadap siklus konversi kas (cash conversion cycle).

1. Proporsi Komisaris Independen dengan Siklus Konversi Kas

Pada penelitian yang dilakukan oleh John et al. (2015:87) menemukan bukti empiris bahwa proporsi komisaris independen berpengaruh negatif terhadap cash conversion cycle. Achchuthan dan Kajananthan (2013) mendapatkan bukti empiris bahwa proporsi komisaris independen tidak mempengaruhi periode cash conversion cycle. Berdasarkan uraian di atas maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:

Ha :Proporsi komisaris independen berpengaruh terhadap siklus konversi kas (cash conversion cycle).

2. Ukuran Komite Audit dengan Siklus Konversi Kas

Penelitian yang dilakukan oleh Gill dan Biger (2013) menemukan bukti empiris bahwa komite audit mempengaruhi siklus konversi kas. Selanjutnya penelitian yang dilakukan John dkk (2015:87) menyatakan bahwa keberadaan komite audit berpengaruh secara signifikan dan negatif terhadap siklus konversi kas. Achchuthan


(50)

dan Kajananthan (2013) dalam penelitiannya mengemukakan bahwa praktik corporate governance yang diproksikan salah satunya adalah komite audit tidak berpengaruh terhadap manajemen modal kerja yang diproksikan cash conversion cycle. Berdasarkan uraian di atas maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:

Ha :Efektivitas komite audit berpengaruh terhadap siklus konversi kas (cash conversion cycle)

3. Ukuran Perusahaan dengan Siklus Konversi Kas

Penelitian yang dilakukan oleh Moss dan Stine (1993) menyatakan bahwa ukuran perusahaan memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap panjangnya periode siklus konversi kas. Selanjutnya menurut Eljelly (2004) ukuran perusahaan akan mempengaruhi periode siklus konversi kas. Penelitian Edman dan Ita (2009) menyatakan bahwa ukuran perusahaan berhubungan negatif dengan cash conversion cycle. Penelitian ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan Muneeb dan Kashif (2012) dimana perusahaan besar lebih efisien dalam mengelola manajemen modal kerjanya yang mengakibatkan siklus konversi kasnya pun lebih singkat. Berdasarkan uraian di atas maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:

Ha :Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap siklus konversi kas (cash conversion cycle)


(51)

4. Pengaruh Proporsi Komisaris Independen, Ukuran Komite Audit,

dan Ukuran Perusahaan Secara Simultan terhadap Siklus

Konversi Kas

Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui apakah semua variabel independen yaitu proporsi komisaris independen, ukuran komite audit, dan ukuran perusahaan secara simultan atau bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen yaitu siklus konversi kas, sehingga diajukan hipotesis sebagai berikut:

Ha :Proporsi komisaris independen, ukuran komite audit, dan ukuran perusahaan berpengaruh simultan terhadap siklus konversi kas

(cash conversion cycle) C. Penelitian Sebelumnya

Adapun hasil-hasil sebelumnya dari penelitian-penelitian terdahulu mengenai topik yang berhubungan dengan penelitian ini dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut.


(52)

Tabel 2.1

Penelitian-penelitian Terdahulu

Bersambung pada halaman selanjutnya

No Nama Peneliti

(Tahun) Judul Penelitian

Metodologi Penelitian

Hasil Penelitian

Persamaan Perbedaan

1 Farrah Wahieda Kasiran, Noredi Azhar Mohamad, dan Othman Chin (2016)

Working Capital Management Efficiency: A Study on the Small Medium Enterprise in Malaysia. Variabel independen firm size. Variabel dependen cash conversion cycle

Perhitungan Firm Size diproksikan dengan Ln Total Aset.

Perusahaan kecil kurang efisien

dibandingkan dengan perusahaan besar dalam mengelola modal kerjanya termasuk cash conversion cycle (CCC).

2 John Obradovich, Amarjit Gill, dan Nahum Biger (2015)

The Impact of

Independent Directors on the Cash

Conversion Cycle of American Manufacturing Firms. Variabel independen komisaris independen dan komite audit. Variabel dependen CCC Variabel independen CEO duality, CEO tenure dan komite. audit

Dewan Komisaris Independen, CEO Duality, CEO Tenure, Komite Audit

berpengaruh negatif terhadap Cash Conversion Cycle. 3 Seno Teguh dan Catur

Rahayu M (2015)

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Working Capital pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia (BEI)

Variabel dependen cash conversion cycle. Variabel independen firm size Variabel independen operating cash flow, profitability, leverage, gross domestic, dan inflation

Cash conversion cycle, operating cash flow, profitability, leverage, gross domestic, dan inflation berpengaruh signifikan terhadap working capital, sedangkan firm size


(53)

Tabel 2.1 (Lanjutan)

Bersambung pada halaman selanjutnya

No Nama Peneliti

(Tahun)

Judul Penelitian

Metodologi Penelitian

Hasil Penelitian

Persamaan Perbedaan

tidak berpengaruh signifikan terhadap working capital. 4 Amarjit S. Gill dan

Nahum Biger (2013)

The impact of corporate governance on working capital management efficiency of American manufacturing firms Variabel dependen cash conversion cycle. Variabel independen board size dan komite audit

Variabel independen CEO tenure dan CEO duality. Board size diproksikan dengan Ln total aset.

CEO Tenure, CEO Duality, board size, dan komite audit

berpengaruh terhadap working capital management termasuk siklus koversi kas. 5 Achchuthan S dan

Kajananthan R (2013)

Corporate governance practices and working capital management efficiency: special reference to listed manufacturing companies in Srilanka Variabel dependen cash conversion cycle. Variabel independen proporsi komisaris independen dan komite audit. Variabel independen jumlah kehadiran rapat dan struktur

kepemimpinan dewan.

Proporsi dewan

komisaris, komite audit dan jumlah kehadiran rapat tidak berpengaruh signifikan terhadap working capital management, sedangkan struktur kepemimpinan dewan berpengaruh signifikan terhadap working capital management termasuk siklus konversi kas.


(54)

Tabel 2.1 (Lanjutan)

No Nama Peneliti

(Tahun)

Judul Penelitian

Metodologi Penelitian

Hasil Penelitian

Persamaan Perbedaan

6 Henry Kuruga Karani (2013)

The Effect of Corporate Governance on Working Capital of Manufacturing Firms Variabel dependen proksi cash conversion cycle Variabel independen corporate governance corporate governance berpengaruh terhadap working capital

7 Muneeb Ahmad Attari dan Kashif Raza (2012)

The Optimal

Relationship of Cash Conversion Cycle with Firm Size and Profitability Variabel dependen cash conversion cycle. Variabel independen Firm size. Variabel independen profitability.

Firm size diproksikan dengan Ln total aset.

Firm size dan profitability

berhubungan negatif dengan cash conversion cycle

8 Amarjit Gill (2011) Factors that influence working capial requirements in Canada Variabel dependen working capital (cash conversion cycle). Variabel independen firm size Variabel independen operating cycle, ROA, firm growth, dan intenationalozation of firm

Operating cycle, ROA, internationalozation of firm, firm’s growth, dan firm size berpengaruh signifikan terhadap working capital 9 Moch. Edman Syarief

dan Ita Prihatining Wilujeng (2009) Cash conversion cycle dan hubungannya dengan ukuran perusahaan, profitabilitas dan manajemen modal kerja Variabel dependen cash conversion cycle. Variabel independen ukuran perusahaan. Variabel independen profitabilitas dan manajemen modal kerja.

Ukuran perusahaan dan manajemen modal kerja berhubungan signifikan dengan CCC,

profitabilitas tidak berhubungan signifikan dengan CCC


(55)

D. Kerangka Pemikiran

Hamid (2012:25) mengungkapkan bahwa kerangka pemikiran merupakan sintesa dan serangkaian teori yang tertuang dalam tinjauan pustaka, yang pada dasarnya merupakan gambaran sistematis dari kinerja teori dalam memberikan solusi atau alternatif solusi dari serangkaian masalah yang ditetapkan. Kerangka pemikiran dapat disajikan dalam bentuk bagan, deskripsi kualitatif, dan atau gabungan dari keduanya. Ada beberapa masalah yang terdapat dalam penelitian ini di antaranya adalah proporsi komisaris independen, ukuran komite audit, dan ukuran perusahaan yang diduga dapat mempengaruhi periode siklus konversi kas (cash conversion cycle).

Berdasarkan uraian di atas maka dapat digambarkan kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:


(56)

Gambar 2.1

Skema Kerangka Pemikiran

Skandal bangkrutnya perusahaan-perusahaan besar

Basis Teori : Teori Agensi (Agency Theory)

Pengaruh Proporsi Komisaris Independen, Ukuran Komite Audit, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Siklus Konversi Kas (Cash Conversion

Cycle)

Variabel Independen Variabel Dependen Proporsi Komisaris

Independen

Ukuran Komite Audit Ukuran Perusahaan

Siklus Konversi Kas

(Cash Conversion Cycle)

Metode Analisis : Regresi Berganda

Hasil Pengujian dan Pembahasan

Kesimpulan dan Saran


(57)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh proporsi komisaris independen, ukuran komite audit, dan ukuran perusahaan terhadap periode siklus konversi kas (cash conversion cycle) dalam laporan tahunan dengan populasi perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2013, 2014, dan 2015. Namun, objek penelitian ini peneliti batasi yaitu pada Industri Barang Konsumsi. Jenis data yang dikumpulkan mencakup data laporan tahunan selama periode penelitian yaitu 2013 sampai 2015 yang didapat dari website www.idx.com.

B. Metode Penentuan Sampel

Penelitian ini dilakukan dengan mengamati seluruh perusahaan manufaktur industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode observasi 2013 sampai 2015. Peneliti mengumpulkan data dari laporan keuangan dan laporan tahunan perusahaan. Sampel pada penelitian ini adalah perusahaan manufaktur industri barang konsumsi yang terdaftar di BEI selama periode tahun 2013-2015. Metode yang digunakan peneliti dalam pemilihan sampel penelitian adalah purposive sampling dengan teknik berdasarkan pertimbangan (judgement) yang merupakan tipe pemilihan sampel secara tidak acak yang informasinya diperoleh dengan menggunakan pertimbangan tertentu. Teknik penarikan sampel purposive ini dilakukan


(58)

dengan cara memilih sampel dari suatu populasi berdasarkan pada informasi yang tersedia (Sarwono dan Suhayati 2010:50). Metode purposive sampling dengan tujuan untuk mendapatkan sampel yang

representatives sesuai dengan kriteria yang ditentukan. Adapun kriteria sampel yang akan digunakan adalah sebagai berikut:

1. Perusahaan listing atau terdaftar di BEI dari awal periode pengamatan dan tidak delisting sampai akhir periode pengamatan.

2. Perusahaan manufaktur industri barang konsumsi yang terdaftar secara berturut-turut di Bursa Efek Indonesia selama periode 2013-2015. 3. Perusahaan manufaktur pada industri barang konsumsi yang terdaftar

di BEI yang laporan keuangannya telah diaudit dan menyediakan informasi keuangan lengkap.

4. Perusahaan memiliki data lengkap terkait dengan dewan komisaris, komisaris independen, dan komite audit.

C. Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder, yaitu annual report untuk tahun 2013, 2014, dan 2015. Annual report

digunakan karena pada annual report terdapat sumber informasi yang dilaporkan oleh perusahaan yang penting dan bermanfaat bagi stakeholder

dalam pengambilan keputusan dengan tujuan untuk mengurangi adanya asimetri informasi.

Untuk metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah content analysis, yaitu suatu metode pengumpulan data


(59)

penelitian melalui teknik observasi dan analisis terhadap isi atau pesan dari suatu dokumen. Tujuan content analysis adalah melakukan identifikasi terhadap karakteristik atau informasi spesifik yang terdapat pada suatu dokumen untuk menghasilkan deskripsi obyektif dan sistematik (Indriantoro dalam Istanti, 2009). Content analysis dilakukan dengan cara membaca laporan tahunan setiap perusahaan sampel dan memberi kode informasi yang terkandung di dalamnya.

D. Metode Analisis Data

Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode analisis regresi yang perhitungannya menggunakan SPSS versi 22. Regresi digunakan untuk mengukur besarnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Analisis regresi ada 2 jenis, yaitu regresi linier sederhana dan regresi linier berganda. Penelitian ini menggunakan regresi linier berganda karena variabel independen yang digunakan lebih dari satu variabel. Metode analisis regresi berganda yang dipergunakan dalam penelitian ini meliputi statistik deskriptif, uji asumsi klasik, uji hipotesis dan uji statistik.

1. Statistik Deskriptif

Ghozali (2013) menyatakan bahwa statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis dan skewness (kemencengan distribusi). Statistik deskriptif biasanya digunakan untuk menggambarkan profil data


(60)

sampel sebelum memanfaatkan teknik analisis statistik yang berfungsi untuk menguji hipotesis.

2. Uji Asumsi Klasik

Pengujian asumsi klasik digunakan untuk menguji apakah persamaan regresi yang telah ditentukan merupakan persamaan yang dapat menghasilkan estimasi yang tidak bias. Uji asumsi klasik ini terdiri dari:

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti diketahui bahwa Uji t dan uji F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. Ada dua cara mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yakni dengan analisis grafik dan uji statistik (Ghozali, 2013).

b. Uji Multikolinieritas

Multikolinieritas adalah suatu kondisi yang menunjukan satu atau lebih variabel independen terdapat korelasi dengan variabel independen lainnya. Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Jika variabel


(61)

independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesama variabel independen sama dengan nol (Ghozali, 2013)

Adanya multikolinieritas dapat dilihat dari tolerance value atau nilai tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Batas dari nilai tolerance adalah 0,01 dan batas VIF adalah 10. Apabila nilai tolerance di bawah 0,01 atau nilai VIF di atas 10 maka terjadi multikolinieritas (Ghozali, 2013).

c. Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas merupakan suatu varian pengganggu yang tidak mempunyai varian yang sama untuk setiap observasi, sehingga mengakibatkan penaksiran regresi yang tidak efisien. Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas.

Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Kebanyakan data crossection mengandung situasi heteroskedastisitas karena data ini menghimpun data yang mewakili berbagai ukuran baik ukuran kecil, sedang maupun besar (Ghozali, 2013).


(62)

d. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari suatu observasi ke observasi lainnya.

Hal ini sering ditemukan pada data runtut waktu (time series) karena “gangguan” pada seseorang individu/kelompok cenderung memengaruhi “gangguan” pada individu/kelompok yang sama pada periode berikutnya (Ghozali, 2013).

3. Analisis Regresi

Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan model regresi berganda (multiple regression). Model regresi berganda umumnya digunakan untuk menguji pengaruh dua atau lebih variabel independen terhadap variabel dependen dengan skala pengukuran interval atau rasio dalam suatu persamaan linier.

Analisis regresi berganda merupakan eksistensi dari modal regresi dalam analisis bivariate yang umumnya digunakan untuk menguji pengaruh dua atau lebih variabel independen terhadap variabel dependen. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan


(63)

atas lima variabel dengan menggunakan rumus persamaan matematis seperti di bawah ini:

Y = α + β X + β X + β X + ɛ Dimana:

Y = Siklus Konversi Kas (Cash Conversion Cycle)

α = Konstanta (tetap)

β-β₅ = Koefisien variabel independen, apabila nilai β positif maka akan terjadi kenaikan pada variabel dependen (Y), jika nilai β negatif akan terjadi penurunan pada variabel dependen (Y)

X = Proporsi dewan komisaris X = Jumlah komite audit X = Ukuran perusahaan ɛ = Kesalahan baku/error 4. Uji Statistik

a.Koefisien Determinasi (R²)

Koefisien determinasi (R²) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R² yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen yang menjelaskan variabel-variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk


(64)

memprediksi variasi variabel dependen. Secara umum koefisien determinasi untuk data silang (crosssection) relatif rendah karena adanya variasi yang besar antara masing-masing pengamatan. Kelemahan mendasar dalam menggunakan koefisien determinasi adalah bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan dalam model. Apabila satu variabel independen ditambah, R² akan meningkat tanpa mempedulikan apakah variabel tersebut berpengaruh secara signifikan atau tidak terhadap variabel dependen. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan nilai

adjusted R² untuk mengevaluasi model regresi. Nilai adjusted R² mampu naik atau turun apabila satu variabel independen ditambahkan dalam model regresi. Seperti halnya koefisien determinasi (R²), nilai adjusted R² juga berkisar antara nol dan satu. Apabila mendekati nilai 1 berarti semakin kuat kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel dependennya (Ghozali, 2013).

b.Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)

Uji F pada dasarnya menunjukan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Untuk menguji hipotesis ini digunakan statistik F dengan kriteria pengambilan keputusan bahwa apabila nilai signifikansi > 0,05 maka


(65)

Ha ditolak, sedangkan apabila nilai signifikansi < 0,05 maka Ha diterima (Ghozali, 2013).

c.Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statisti t)

Uji parsial digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen. Uji t-test ini pada dasarnya untuk menunjukan seberapa jauh pengaruh atau variabel penjelas/independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2013). Kriteria pengambilan keputusan dilakukan dengan tingkat signifikansi 5%. Hipotesis Ha diterima jika tingkat signifikansi < 5% (kurang dari 0,05) dan hipotesis Ha ditolak apabila tingkat signifikansi > 5%.

E. Operasional Variabel Penelitian

Data dalam penelitian ini dapat dikelompokan menjadi dua variabel yaitu variabel dependen dan variabel independen. Berikut ini akan diuraikan definisi mengenai variabel yang digunakan beserta dengan dimensi, operasional, indikator dan skala pengukurannya.

1. Variabel Dependen (Terikat)

Dalam penelitian ini, peneliti mengambil management working capital yang menggunakan cash conversion cycle (CCC) sebagai variabel dependen. Siklus konversi kas (cash conversion cycle) merupakan lamanya waktu yang dibutuhkan oleh perusahaan dalam mengelola kas sebagai modal kerja sebelum nantinya kas tersebut kembali ketika terjadi pembayaran oleh pelanggan atas barang atau


(66)

jasa yang telah diberikan (Hutchison dkk., 2007). Cash conversion cycle terdiri dari tiga siklus utama yaitu Days of Sales Outstanding, Days os Sales in Inventory, dan Days of Payables Outstanding.

a. Periode Perputaran Piutang (Days os Sales Outstanding-DSO) Periode perputaran piutang adalah rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk mengkonversi piutang perusahaan menjadi kas, yaitu untuk menerima kas setelah menjadi penjualan. Periode ini dihitung dengan membagi piutang dengan rata-rata penjualan kredit perhari.

DSO = � �

/3

b. Periode Perputaran Persediaan (Days of Sales in Inventory-DSI) Periode perputaran persediaan adalah waktu yang dibutuhkan untuk mengkonversi bahan baku menjadi barang jadi dan kemudian menjual barang tersebut. Semakin rendah periode konversi persediaan semakin tinggi profitabilitas perusahaan. Periode ini dihitung dengan membagi persediaan dengan harga pokok penjualan perhari.

DSI = �

� /3

c. Periode Perputaran Utang (Days of Payables Outstanding-DPO) Periode penangguhan utang adalah rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk membeli bahan baku dan tenaga kerja serta pembayarannya. Periode ini dihitung dengan membagi jumlah


(1)

89

Lampiran 5 (Lanjutan)

No Nama Perusahaan Kode 2013 2014 2015

22 Kalbe Farma Tbk KLBF 30,40374302 30,48568121 30,51512126

23 Merck Indonesia Tbk MERK 27,41503439 27,48392098 27,61432905

24 Pyridam Farma Tbk PYFA 25,98365146 26,12730449 26,10704469

25 Merck Sharp Dohme Pharma Tbk SCPI 26,73229701 27,59624154 28,44663898

26 Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk SQBB 26,77872894 26,93286455 26,96686572

27 Tempo Scan Pasific Tbk TSPC 29,55598327 29,64753817 29,73289441

28 Martina Berto Tbk MBTO 27,18673917 27,23262921 27,26686505

29 Mustika Ratu Tbk MRAT 26,60415503 26,79803032 26,78260567

30 Mandom Indonesia Tbk TCID 28,3380216 28,46749065 28,47038322

31 Unilever Indonesia Tbk UNVR 31,05715287 31,1723147 31,22789575

32 Kedaung Indag Can Tbk KICI 25,31868561 25,35771633 25,24216682


(2)

90


(3)

91

Lampiran 6

Hasil Output SPSS

1. Hasil Uji Statistik Deskriptif

Statistik Deskripif

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

CCC 97 -25,271 650,412 132,94303 100,388347

KOM 97 ,200 ,800 ,40500 ,112455

AUDIT 97 2,0 6,0 3,072 ,4620

SALES 97 25,242 32,120 28,59630 1,687191

Valid N (listwise) 97

2. Hasil Uji Normalitas Residual Kolmogorof-Smirnov Sebelum Transformasi dan Pengurangan Data Outlier

Hasil Uji Normalitas (One-Sample Kolmogorof-Smirnof Test) One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 99

Normal Parametersa,b

Mean ,0000000

Std. Deviation 93,83495374

Most Extreme Differences

Absolute ,091

Positive ,091

Negative -,063

Test Statistic ,091

Asymp. Sig. (2-tailed) ,043c

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.


(4)

92

3. Hasil Uji Normalitas Residual Kolmogorof-Smirnov Setelah Transformasi dan Pengurangan Data Outlier

Hasil Uji Normalitas(One-Sample Kolmogorof-Smirnof Test) Setelah Pengurangan Data Outlier

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 97

Normal Parametersa,b

Mean ,0000000

Std. Deviation 93,78747019

Most Extreme Differences

Absolute ,090

Positive ,090

Negative -,051

Test Statistic ,090

Asymp. Sig. (2-tailed) ,053c

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

c. Lilliefors Significance Correction.

4. Hasil Uji Multikolonieritas

Coefficientsa

Model

Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1 (Constant)

KOM ,829 1,206

AUDIT ,991 1,009


(5)

93

5. Hasil Uji Heterokedastisitas

Uji Glejser

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 233,114 112,185 2,078 ,040

KOM 39,526 59,950 ,074 ,659 ,511

AUDIT ,410 13,342 ,003 ,031 ,976

SALES -6,247 3,992 -,176 -1,565 ,121

b. Dependent Variable: ABS_RES


(6)

94

6. Hasil Uji Autokorelasi dan Koefisien Determinasi

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 ,357a ,127 ,099 95,288165 1,773

a. Predictors: (Constant), SALES, KOM, AUDIT b. Dependent Variable: CCC

7. Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji F)

ANOVAa

Model

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 123046,134 3 41015,378 4,517 ,005b

Residual 844424,598 93 9079,834

Total 967470,733 96

a. Dependent Variable: CCC

b. Predictors: (Constant), SALES, AUDIT, KOM

8. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t)

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 701,260 177,758 3,945 ,000

KOM -21,703 94,992 -,024 -,228 ,820

AUDIT 9,783 21,141 ,045 ,463 ,645


Dokumen yang terkait

Pengaruh Komisaris Independen, Komite Audit, dan Struktur Kepemilikan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Sektor Keuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

8 121 97

Pengaruh Komisaris Independen, Komite Audit, Kepemilikan Manajerial, dan Kepemilikan Institusional Terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Otomotif yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

1 81 85

Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Independensi Dewan Komisaris, Komite Audit Terhadap Harga Sahan dengan Return On Investment (ROI) sebagai Variabel Moderating pada Perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di BEI tahun 2010 - 2013

21 91 114

Pengaruh Ukuran Kap, Proporsi Komisaris Independen, Free Cash Flow, Kepemilikan Institusional, Dan Ukuranperusahaan Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bei

0 69 100

Pengaruh Ukuran Perusahaan, Komisaris Independen, Komite Audit, Kualitas Audit, Leverage dan Profitabilitas Terhadap Praktik Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI pada Tahun 2010-2013

1 34 125

Pengaruh Komisaris Independen, Komite Audit, dan Kepemilikan Institusional Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Otomotif Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

2 154 83

Pengaruh karakteristik komite audit dan mekanisme good corporate governance terhadap ketetapan waktu pelaporan keuanganan

0 10 112

Pengaruh dewan komisaris, komite audit, internal audit, komite manajemen risiko dan ukuran perusahaan terhadap pengungkapan enterprise risk management : dimensi iso 31000 : Studi Empiris pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun

0 17 157

Analisis pengaruh islamic corporate governance terhadap corporate social responsibility (Studi kasus pada Bank Syariah di Indonesia)

0 3 26

PENGARUH PROPORSI KOMISARIS INDEPENDEN, KOMITE AUDIT, MANAJEMEN LABA, LIKUIDITAS, UKURAN PERUSAHAAN DAN PROFITABILITAS TERHADAP AGRESIVITAS PAJAK.

0 0 16