12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Literatur
1. Teori Keagenan Agency Problem
Teori yang digunakan adalah Teori Keagenan Agency Theory. Jensen dan Meckling 1976 mendefinisikan hubungan agensi sebagai
suatu kontrak di bawah satu atau lebih principal yang melibatkan agent untuk melaksanakan beberapa layanan bagi mereka dengan
melakukan pendelegasian wewenang pengambilan keputusan kepada agent. Principal maupun agent diasumsikan sebagai orang ekonomi
rasional dan semata-mata termotivasi oleh kepentingan pribadi. Principal mendelegasikan pembuatan keputusan mengenai perusahaan
kepada manajer atau agent. Tujuan utama teori keagenan agency theory adalah untuk
menjelaskan bagaimana pihak-pihak yang melakukan hubungan kontrak
dapat mendesain
kontrak yang
tujuannya untuk
meminimalisasi cost sebagai dampak adanya informasi yang tidak simetris dan kondisi ketidakpastian.
Godfrey et al 2010 membagi biaya keagenan dalam tiga jenis biaya yaitu:
13
1 Biaya monitoring Biaya yang ditujukan untuk mengawasi perilaku agen.
Prinsipal melakukan
pengukuran, pengamatan
dan pengendalian atas perilaku agen.
2 Biaya perikatan Bonding Cost Biaya yang dikeluarkan oleh agen dalam rangka
mematuhi dan mengimplementasikan mekanisme kontrak yang menjamin bahwa agen akan bertindak sejalan dengan
kepentingan prinsipal. 3 Residual Loss
Biaya yang masih dapat timbul ketika tindakan yang dilakukan agen berbeda dengan apa yang seharusnya
dilakukan untuk memenuhi kepentingan prinsipal walaupun biaya terkait pengawasan dan perikatan sudah dilakukan.
Masalah keagenan terjadi apabila konflik kepentingan yang terjadi antara prinsipal dan agen menyebabkan kerugian pada sisi
prinsipal. Secara teori, masalah keagenan dapat dieliminasi dengan kontrak lengkap yang menjelaskan sikap-sikap yang perlu diambil
setiap pihak pada kondisi tertentu di masa depan Chrisman et al.,2012. Selain menggunakan kontrak tersebut, masalah keagenan
dapat dieliminasi dengan membentuk pihak independen untuk melakukan pengawasan.
14
Pembentukan pihak
independen yang
melakukan pengawasan efektif terhadap manajemen inilah yang menjadi dasar
pembentukan struktur tata kelola perusahaan. Struktur tata kelola yang efektif akan meningkatkan baik kualitas maupun kuantitas
pengungkapan informasi perusahaan dan menjadi salah satu mekanisme untuk mengatasi masalah agensi Sun et al., 2012.
2. Manajemen Modal Kerja