Manajemen Modal Kerja Pengaruh Proporsi Komisaris Independen, Ukuran Komite Audit, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Siklus Konversi Kas (Cash Conversion Cycle)

14 Pembentukan pihak independen yang melakukan pengawasan efektif terhadap manajemen inilah yang menjadi dasar pembentukan struktur tata kelola perusahaan. Struktur tata kelola yang efektif akan meningkatkan baik kualitas maupun kuantitas pengungkapan informasi perusahaan dan menjadi salah satu mekanisme untuk mengatasi masalah agensi Sun et al., 2012.

2. Manajemen Modal Kerja

a. Pengertian Manajemen Modal Kerja

Pengelolaan manajemen modal kerja merupakan pengelolaan keuangan jangka pendek karena menyangkut aset lancar dan kewajiban lancar sebagai pendanaan aset lancar tersebut. Modal kerja diukur dengan modal kerja bersih net working capital yaitu selisih antara aset lancar dengan kewajiban lancar. Maka seringkali net working capital diartikan sebagai kebijakan keuangan jangka pendek. Kebijakan keuangan jangka pendek melibatkan kas masuk cash inflow dan kas keluar cash outflow yang terjadi dalam satu tahun Ross et al., 2010. Manajemen modal kerja mencakup penetapan kebijakan modal kerja dan pelaksanaan kebijakan tersebut dalam operasi sehari-hari Bringham dan Houston, 2004.

b. Jenis Manajemen Modal Kerja

Kebutuhan untuk pengelolaan modal kerja perusahaan ditentukan oleh aktivitas produksi yang dilakukan oleh perusahaan. Apabila kapasitas produksi berubah maka modal kerja yang 15 dibutuhkan juga mengalami perubahan. Menurut WB. Taylor dan Bambang Riyanto 1995 modal kerja dibedakan menjadi: 1 Modal Kerja Permanen Adalah modal kerja yang harus ada dalam perusahaan untuk memenuhi kebutuhan konsumen berupa barang jadi. Modal kerja permanen dibedakan menjadi: a Modal kerja primer Adalah modal kerja minimal yang harus dimiliki perusahaan agar dapat terus beroperasi. b Modal kerja normal Adalah modal kerja yang harus ada dalam perusahaan agar dapat beroperasi dalam kapasitas normal. 2 Modal Kerja Variabel Adalah modal kerja yang selalu berubah proporsional dengan perubahan kapasitas produksi. Modal kerja ini terdiri dari: a Modal Kerja Musiman Modal kerja yang berubah sesuai perubahan musimpermintaan misalnya permintaan yang besar pada waktu hari raya. b Modal Kerja Siklis Modal kerja yang berubah akibat fluktuasi konjungtur. 16 c Modal Kerja Darurat Modal kerja yang berubah sesuai keadaan yang terjadi di luar kemampuan perusahaan.

c. Konsep Manajemen Modal Kerja

Seperti yang dikutip dalam Bambang Riyanto 1995 ada tiga konsep modal kerja, yaitu: 1 Modal Kerja Kuantitatif Modal kerja menurut konsep ini adalah keseluruhan elemen aktiva lancar, sehingga disebut modal kerja bruto karena tidak memperhatikan utang jangka panjang pendeknya. Misal: kas, efek, piutang, dan persediaan. 2 Modal Kerja Kualitatif Modal kerja dalam konsep ini adalah elemen aktiva lancar dikurangi seluruh utang jangka pendek yang harus dibayar perusahaan. 3 Modal Kerja Fungsional Modal kerja menurut konsep ini adalah dana yang digunakan perusahaan dalam mencapai laba. Misal: kas, piutang dagang, persediaan barang dagang, penyusutan mesin, penyusutan bangunan dan gedung, sedangkan efek baru menjadi modal kerja jika sudah terjual. 17

d. Tujuan Manajemen Modal Kerja

Adapun tujuan dari manajemen modal kerja bagi perusahaan adalah sebagai berikut: 1 Modal kerja digunakan untuk memenuhi kebutuhan likuiditas perusahaan, artinya likuiditas perusahaan sangat tergantung kepada manajemen modal kerja. 2 Dengan modal kerja yang cukup perusahaan memiliki kemampuan untuk memenuhi kewajiban pada waktunya. Pemenuhan kewajiban jangka pendek yang sudah jatuh tempo dan segera harus dibayarkan secara tepat waktu merupakan ukuran keberhasilan manajemen modal kerja. 3 Memungkinkan perusahaan untuk memiliki cadangan modal kerja untuk memenuhi permintaan produk atau jasa yang dihasilkan perusahaan untuk memenuhi kebutuhan pelanggannya. 4 Guna memaksimalkan penggunaan aktiva lancar untuk meningkatkan penjualan dan laba. 5 Perusahaan mampu melindungi diri apabila terjadi krisis ekonomi yang menyebabkan turunnya nilai aktiva lancar. Tujuan di atas akan dapat tercapai apabila modal kerja perusahaan dapat dikelola secara baik dan benar sesuai dengan prinsip manajemen modal kerja. 18

e. Perhitungan Manajemen Modal Kerja

Dalam penelitian Hofmann dan Kotzab 2010, manajemen modal kerja terbagi menjadi dua sudut pandang, yaitu dalam sudut pandang moneter monetary-based dan waktu time-based: 1 Working Capital Monetary-Based Sudut pandang monetary-based pada pengelolaan modal kerja melihat satuan monetary. Pengelolaan modal kerja memiliki berbagai perhitungan yang mendeskripsikan monetary-based, antara lain: a Modal Kerja Bersih Net Working Capital. Menurut Ross et al. 2010:28, perhitungan net working capital NWC adalah sebagai berikut: Net Working Capital WCR = Crrent Assets – Current Liability b Kebutuhan Modal Kerja Working Capital Requirement-WCR dan Net Liquid Balance-NLB. Shulman dan Cox 1985 membagi perhitungan net working capital menjadi working capital requirement WCR dan net liquid balance NLB untuk analisis evaluasi pengelolaan modal kerja dan kemampuan meningkatkan dan megalokasikan modal capital. Hawawini et al. 1986 mengatakan evaluasi yang dilakukan dengan menggunakan indikator ini 19 menghasilkan analisis yag lebih baik dari pada indikator tradisional net working capital. Berikut adalah formula perhitungan WCR dan NLB Chiou dkk., 2006:253: Working Capital Requirement WCR = [account receivables + inventories – account payable + other payable] Net Liquid Balance NLB = [cash and cash equvalents + short-term investment short-erm debt + commercial paper payable + long-term debt a year term] 2 Working Capital Time-Based atau Cash Conversion Cycle Sudut pandang time-based pada pengelolaan modal kerja bertujuan untuk menghilangkan waktu yang tidak memberi nilai tambah. Perhitungan ini disebut juga cash conversion cycle Emery dkk., 2007.

f. Siklus Konversi Kas Cash Conversion Cycle

Konsep siklus kas diperkenalkan oleh Lawrence J. Gitman pada tahun 1974. Siklus konversi kas merupakan pengukuran dinamis terhadap manajemen likuiditas berjalan Jose et al., 1996. Siklus konversi kas cash conversion cycle merupakan lamanya waktu yang dibutuhkan oleh perusahaan dalam mengelola kas sebagai modal kerja sebelum nantinya kas tersebut kembali ketika 20 terjadi pembayaran oleh pelanggan atas barang atau jasa yang telah diberikan Hutchison et al., 2007. Perhitungan ini menyangkut bagaimana suatu perusahaan mengusahakan agar pengeluaran kas terpegunakan sesuai waktunya. Jika waktu yang digunakan lebih singkat maka semakin efisien dan begitu pula sebaliknya, karena jika perusahaan gagal untuk mengelola modal kerjanya maka perusaaan memerlukan pendanaan tambahan untuk dapat melunasi kewajiban jangka pendeknya Bhutto et al., 2011. Cash conversion cycle terdiri dari tiga komponen, yaitu: 1 Periode Perputaran Piutang Days of Sales Outstanding-DSO Penjualan secara kredit merupakan hal yang umumnya dilakukan oleh perusahaan kepada pelanggannya utnuk memperbesar volume penjualan, karena mempermudah pelanggan dalam melakukan pembayaran. Hasil penjualan tersebut tidak segera menghasilkan penerimaan kas, melainkan menimbulkan piutang terlebih dahulu sebelum jatuh tempo pelanggan melunasi pembayarannya. Semakin besar proporsi dan jumlah penjualan kredit maka akan meningkat pula piutang usaha perusahaan, dengan catatan bahwa pelanggan tidak mengubah kebiasaan mereka dalam melunasi piutang tesebut. Jumlah piutang dari perusahaan pada waktu tertentu dipengaruhi oleh faktor volume penjualan secara kredit dan 21 periode rata-rata antara penjualan dan pengumpulan piutang Suad, 1997. Secara garis besar ada tiga tujuan perusahaan dalam mengelola piutang, yaitu untuk meningkatkan volume penjualan, meningkatkan profit, dan bersaing dengan kompetitor Ross, 2008. Periode perputaran piutang adalah rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk mengkonversi piutang perusahaan menjadi kas, yaitu untuk menerima kas setelah menjadi penjualan. Periode ini dihitung dengan membagi piutang dengan rata-rata penjualan kredit perhari. DSO = � � 3 2 Periode Perputaran Persediaan Days of Sales in Inventory- DSI Persediaan merupakan komponen dari aset lancar yang mungkin sangat diperhatikan oleh perusahaan manufaktur karena memiliki pengaruh terhadap laba perusahaan dan pada umumnya persediaan merupakan aset terbesar setelah harta. Periode perputaran persediaan adalah waktu yang dibutuhkan untuk mengkonversi bahan baku menjadi barang jadi dan kemudian menjual barang tersebut. Semakin rendah periode konversi persediaan semakin tinggi profitabilitas perusahaan. Periode ini dihitung dengan membagi persediaan dengan harga pokok penjualan perhari. 22 DSI = � � 3 3 Periode Perputaran Utang Days of Payables Outstanding- DPO Utang lancar merupakan kewajiban perusahaan kepada supplier yang jadwal pelunasannya dilakukan dalam jangka waktu tertentu dan juga pembayaran atas jasa tenaga kerja yang dilakukan setiap suatu periode tertentu juga Uyar, 2009. Periode penangguhan utang adalah rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk membeli bahan baku dan tenaga kerja serta pembayarannya. Periode ini dihitung dengan membagi jumlah utang lancar dengan jumlah harga pokok penjualan perhari. DPO = � � � 3 Dalam bentuk persamaan yang paling sederhana menggabungkan tiga komponen di atas, dimana semuanya terukur dalam satuan hari, sebagaimana yang dituliskan oleh Keown, dkk. 2001:492 cash conversion cycle dihitung dengan rumus sebagai berikut: CCC = DSO + DSI – DPO Perusahaan harus mempersingkat periode CCC tanpa mengganggu operasional sehari-hari untuk meningkatkan profit. Tujuan dari manajemen modal kerja adalah cash conversion cycle yang singkat bahkan negatif, karena hasil CCC yang positif mengindikasikan jumlah hari perusahaan didanai oleh modal 23 mereka sendiri sebelum mereka menerima pembayaran dari hasil penjualan, sedangkan hasil CCC yang negatif mengindikasikan perusahaan telah menerima pelunasan piutang dari pelanggannya namun tagihan dari supplier perusahaan tempat mereka membeli bahan baku atau persediaan belum dibayarkan karena belum jatuh tempo pada waktunya Hutchison dkk., 2007. Menurut Uyar 2009 siklus konversi kas dapat dipercepat dengan cara: 1 Mengurangi periode konversi persediaan Hal ini dapat dilakukan dengan memperoses dan menjual barang secara lebih cepat. Manajer perusahaan harus memastikan bahwa sistem persediaan telah berjalan dengan efektif dan efisien seperti proses pemesanan dan pengelolaan material. 2 Mengurangi periode penerimaan piutang Manajer harus memastikan bahwa perusahaan sudah menjalankan prosedur terhadap piutang secara efektif sehingga dapat mempercepat proses penagihan dan perusahaan tidak mengalami masalah likuiditas. Sebagai salah satu contoh perusahaan dapat menerapkan sistem diskon dalam jangka waktu tertentu agar pelanggan dapat dengan cepat membayar pelunasannya. 24 3 Memperpanjang periode penangguhan utang usaha Perusahaan dianjurkan untuk berusaha memperlambat pembayaran yang dilakukan kepada supplier. Kemampuan perusahaan untuk lebih dulu melakukan penagihan kas dari piutang daripada melakukan pengeluaran kas untuk pembayaran utang merupakan salah satu strategi meningkatkan pertumbuhan perusahaan Padachi, 2006

3. Dewan Komisaris Independen

Dokumen yang terkait

Pengaruh Komisaris Independen, Komite Audit, dan Struktur Kepemilikan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Sektor Keuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

8 121 97

Pengaruh Komisaris Independen, Komite Audit, Kepemilikan Manajerial, dan Kepemilikan Institusional Terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Otomotif yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

1 81 85

Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Independensi Dewan Komisaris, Komite Audit Terhadap Harga Sahan dengan Return On Investment (ROI) sebagai Variabel Moderating pada Perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di BEI tahun 2010 - 2013

21 91 114

Pengaruh Ukuran Kap, Proporsi Komisaris Independen, Free Cash Flow, Kepemilikan Institusional, Dan Ukuranperusahaan Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bei

0 69 100

Pengaruh Ukuran Perusahaan, Komisaris Independen, Komite Audit, Kualitas Audit, Leverage dan Profitabilitas Terhadap Praktik Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI pada Tahun 2010-2013

1 34 125

Pengaruh Komisaris Independen, Komite Audit, dan Kepemilikan Institusional Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Otomotif Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

2 154 83

Pengaruh karakteristik komite audit dan mekanisme good corporate governance terhadap ketetapan waktu pelaporan keuanganan

0 10 112

Pengaruh dewan komisaris, komite audit, internal audit, komite manajemen risiko dan ukuran perusahaan terhadap pengungkapan enterprise risk management : dimensi iso 31000 : Studi Empiris pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun

0 17 157

Analisis pengaruh islamic corporate governance terhadap corporate social responsibility (Studi kasus pada Bank Syariah di Indonesia)

0 3 26

PENGARUH PROPORSI KOMISARIS INDEPENDEN, KOMITE AUDIT, MANAJEMEN LABA, LIKUIDITAS, UKURAN PERUSAHAAN DAN PROFITABILITAS TERHADAP AGRESIVITAS PAJAK.

0 0 16