Tahapan Hubungan Terapeutik Perawat dan Klien

5. Perawat harus menciptakan suasana yang nyaman dan aman bagi pasien. Klien yang dirawat di rumah sakit merasakan suasana asing, terlebih lagi bagi klien yang baru pertama kali merasakan dirawat di rumah sakit. Perawat diharapkan mampu menciptakan suasana yang nyaman dan aman bagi klien. 6. Kejujuran dan terbuka. Siapapun individu menginginkan kejujuran, terlebih bagi klien yang dirawat di rumah sakit. Perawat sebelum melakukan tindakan keperawatan diharapkan selalu jujur untuk menyampaikan semua apa yang diberikan kepada klien. 7. Mampu sebagai role model Perawat sebagai individu yang merawat klien diharapkan mampu sebagai contoh baik bagi klien individu, keluarga dan masyarakat. 8. Altruisme Altruisme diartikan sebagai tanpa mengharapkan imbalan atau jasa dan pamrih. Perawat diharapkan dalam memberikan suatu tindakan apapun tidak mengharapkan apapun dari klien. 9. Bertanggung jawab Setiap tindakan yang dilakukan oleh perawat harus bisa dipertanggungjawabkan baik lisan maupun tulisan dokumentasi.

2.2.6. Tahapan Hubungan Terapeutik Perawat dan Klien

Hubungan terapeutik antara perawat dan klien adalah hubungan kerjasama yang ditandai dengan tukar menukar perilaku, perasaan, pikiran dan pengalaman dalam membina hubungan intim yang terapeutik Stuart Sundeen, 1995. Proses hubungan perawat dan klien dapat dibagi dalam 4 fase yaitu fase pra interaksi; fase orientasi; fase kerja; dan fase terminasi Stuart Sundeen, 1995. 1. Fase pra interaksi Pra interaksi mulai sebelum kontak pertama dengan klien. Perawat mengeksplorasi perasaan, fantasi dan ketakutannya, sehingga kesadaran dan kesiapan perawat untuk melakukan hubungan dengan klien dapat dipertanggungjawabkan. Dalam hal ini yakni sebelum perawat melakukan pemeriksaan, maka harus ada tahap: a tahap mengumpulkan data; b melihat ekspresi, perasaan dan fantasi klienpasien; dan c melakukan perencanaan. 2. Fase orientasi Memulai atau membuka hubungan dengan klien merupakan hal yang sangat penting dan amat menentukan kelangsungan dan keberhasilan pembicaraan selanjutnya. Tugas perawat pada fase ini adalah: a memberikan salam dan tersenyum pada klienpasien; b melakukan validasi; c menanyakan nama pasien; d menanyakan nama panggilan kesukaan klienpasien; e memiliki tanggung jawab perawat terhadap klienpasien; f memiliki peran perawat dengan klienpasien; g memilih kegiatan yang akan dilakukan; h memilih tujuan; i merencanakan waktu yang dibutuhkan; dan j menjaga kerahasiaan. 3. Fase kerja Apabila klien dengan perawat sudah mulai saling berinteraksi, maka perhatian yang sangat mendalam amat dibutuhkan untuk kelangsungan pelaksanaan wawancara tersebut. Dalam hal ini ciptakanlah hubungan yang baik dengan dasar empati. Dalam fase kerja ada beberapa kegiatan, yaitu: a memberikan kesempatan pada klien untuk bertanya; b menanyakan keluhan utama; c memulai kegiatan dengan baik; dan d memulai kegiatan sesuai rencana. 4. Fase terminasi Terminasi merupakan fase yang sangat sulit dan penting dari hubungan terapeutik. Rasa percaya dan hubungan intim yang terapeutik sudah terbina dan berada pada tingkat optimal. Dalam fase ini terdapat 3 kegiatan yaitu: a menyimpulkan hasil wawancara; b melakukan reinforcement; dan c mengakhiri wawancara dengan baik 2.3. Kepatuhan 2.3.1. Pengertian Kepatuhan Kepatuhan menurut Trostle dalam Niven 2002, adalah tingkat perilaku penderita dalam mengambil suatu tindakan pengobatan, misalnya dalam menentukan kebiasaan hidup sehat dan ketetapan berobat. Dalam pengobatan, seseorang dikatakan tidak patuh apabila orang tersebut melalaikan kewajibannya berobat, sehingga dapat mengakibatkan terhalangnya kesembuhan. Seseorang dikatakan patuh berobat bila mau datang ke petugas kesehatan yang telah ditentukan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan serta mau melaksanakan apa yang dianjurkan oleh petugas Lukman Ali et al, 1999 dalam Yuanasari 2009. Menurut Sarafino Bart, 1994 mendefinisikan kepatuhan sebagai tingkat perilaku penderita melaksanakan cara pengobatan dan perilaku yang disarankan oleh dokternya atau yang lain. Dalam hal pengobatan TB paru, Depkes RI 2002 mengemukakan bahwa penderita yang patuh berobat adalah yang menyelesaikan pengobatannya secara teratur dan lengkap tanpa terputus selama minimal 6 bulan sampai dengan 8 bulan, sedangkan penderita yang tidak patuh datang berobat dan bila frekuensi minum obat tidak dilaksanakan sesuai rencana yang telah ditetapkan. Penderita dikatakan lalai jika tidak datang lebih dari 3 hari - 2 bulan dari tanggal perjanjian dan dikatakan drop out jika lebih dari 2 bulan berturut-turut tidak datang berobat setelah dikunjungi petugas kesehatan.

2.3.2. Proses Perubahan Sikap dan Perilaku