5.3. Pengaruh Sikap Perawat terhadap Kepatuhan Berobat
patuh
Sikap perawat dalam penelitian ini adalah respon perawat ketika menyampaikan informasi kepada penderita TB paru BTA + yang datang berobat ke
RSUD Sidikalang. Sikap perawat adalah bagian dari komunikasi terapeutik. Menurut Nurjannah
2001, perawat tidak boleh terlihat bingung, sebaliknya pasien harus merasa bahwa dia merupakan fokus utama perawat selama interaksi. Agar perawat dapat berperan
aktif dan terapeutik, perawat harus menganalisa dirinya yang meliputi kesadaran diri, klarifikasi nilai, perasaan dan mampu menjadi model yang bertanggung jawab.
Seluruh perilaku dan pesan yang disampaikan perawat hendaknya bertujuan terapeutik untuk pasien.
Berdasarkan hasil penelitian bahwa sebanyak 41 responden 77,4 menyatakan sikap perawat baik dan sebanyak 12 responden 22,6 menyatakan
sikap perawat kurang baik. Selanjutnya dari tabulasi silang dapat dilihat bahwa sikap perawat dengan kategori baik yang patuh berobat sebanyak 36 orang 87,8 dan
yang tidak patuh sebanyak 5 orang 12,2. Hasil uji chi-square memperlihatkan bahwa ada hubungan antara sikap perawat dengan kepatuhan berobat penderita TB
paru, dimana nilai p = 0,000, dan setelah dilakukan analisis multivariat dengan uji regresi logistik, menunjukkan ada pengaruh sikap perawat terhadap kepatuhan
berobat penderita TB paru dimana nilai p = 0,025, sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa penderita TB paru akan patuh berobat apabila sikap perawat baik, semakin
baik sikap perawat maka tingkat kepatuhan penderita TB paru akan semakin baik.
Hasil penelitian ini sangat relevan dengan pendapat Suryani 2006 yang menyatakan bahwa perawat yang enggan berkomunikasi dengan menunjukkan raut
wajah yang tegang akan berdampak serius bagi klien. Klien akan merasa tidak nyaman bahkan terancam dengan sikap perawat atau tenaga kesehatan lainnya.
Kondisi ini tentunya akan sangat berpengaruh terhadap proses penyembuhan pasien. Sejalan dengan pendapat Nurjannah 2001 bahwa pada waktu berkomunikasi
dengan klien, perawat tidak cukup hanya mengetahui teknik komunikasi, tetapi yang penting adalah sikap atau penampilan dalam berkomunikasi. Dalam melaksanakan
tugas setiap harinya seorang perawat sering berhadapan dengan pasien yang memiliki bermacam-macam sifat dan tabiat. Namun dengan sikapnya yang tulus seorang
perawat dapat membantu meringankan beban pasien tanpa membedakan antara pasien yang satu dengan pasien yang lainnya. Perawat perlu menyadari diri sendiri termasuk
sikap dan caranya berkomunikasi sebelum menggunakan dirinya secara terapeutik untuk membantu kerjasama dengan klien dalam memecahkan dan mengatasi masalah
kesehatan klien. Widayatun 1999 mengatakan bahwa komunikasi yang baik dari seorang
perawat mampu memberikan kepercayaan dari pasien. Perlu ditekankan bahwa kesan lahiriah perawat mampu berbicara banyak, maksudnya mulai profiltubuhwajah
terutama senyum dari perawat yang tulus, kerapian berbusana, sikap yang familiar dan yang lebih penting lagi cara bicara, sehingga terkesan bertemperamen bijak,
kesemua ini mencerminkan seorang perawat yang berkepribadian.
Penampilan seorang perawat yang tulus tercermin dari sikapnya yang sederhana, mau mendengarkan keluhan-keluhan pasien tanpa maksud untuk
melecehkannya. Kemampuan perawat dengan memberikan pelayanan yang baik, dan menciptakan komunikasi yang menyenangkan terhadap pasien merupakan faktor
penyebab kepuasan yang akan dirasakan oleh pasien dan mendorong untuk mempercepat kesembuhan. Kepuasan pasien ini dapat tercipta dengan caring perawat
yang baik, yang penuh perhatian, persahabatan, empati dan simpati Dwidiyanti, 2007.
Untuk mewujudkan terlaksananya komunikasi terapeutik secara efektif diperlukan adanya kemauan dan kesadaran diri yang tinggi dari perawat.
Perawat harus mampu menciptakan kondisi yang dapat menimbulkan adanya rasa percaya klien terhadap perawat, klien merasa diperhatikan: diterima, merasa aman,
nyaman, merasa diikutsertakan dalam setiap tindakan yang akan dilakukan untuknya, pelayanan yang diberikan perawat dirasakan tulus, tidak dengan paksaan, informasi
yang dibutuhkan klien harus jelas, klien merasa perawat dapat membantu mengurangi hal-hal yang mengganggu pikirannya dalam menghadapi penyakitnya dan tanpa
memandang siapa klien tersebut sehingga klien merasa puas Purba, 2003.
5.4. Pengaruh Isi Informasi terhadap Kepatuhan Berobat