Pemanfaatan Sumberdaya Air Sumberdaya Air

mengacu pada aspek konservasi, pemanfaatan dan pengendaliannya. Pemerintah juga telah menyusun sebuah pedoman dalam bentuk Undang- Undang No 7 Tahun 2004 yang berisi tentang sumberdaya air pengelolaan dan pemanfaatannya. UU tersebut secara jelas mengisaratkan pentingnya konservasi sumberdaya air sebagai antisipasi kerusakan lingkungan, degradasi hutan dan lahan, serta berbagai bencana alam lainnya. Menurut ketentuan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 Tentang Sumberdaya Air : Pasal 28 ayat 1 :”Penetapan peruntukkan pada sumber air sebagaimana dimaksud dalam pasal 27 ayat 1 pada setiap wilayah sungai dilakukan dengan memperhatikan : a daya dukung sumber air; b jumlah dan penyebaran penduduk serta proyeksi pertumbuhannya ; c perhitungan dan proyeksi kebutuhan sumberdaya air ; dan d pemanfaatan air yang sudah ada.” Pasal 28 ayat 2 : “Pemerintah dan Pemerintah Daerah melakukan pengawasan pelaksanaan peruntukkan air sebagaimana dimaksud pada ayat 1”

2.2.1 Pemanfaatan Sumberdaya Air

Kehidupan diawali dengan air, dan suatu prasyarat bagi kelangsungannya bahwa air tersedia dalam bentuk cair. Air merupakan pembawa kehidupan, ia merupakan unsur protoplasma yang utama, satu-satunya bahkan bentuk bahan dimana fenomena kehidupan diwujudkan. Air sebagai sutu pelarut yang mobile, adalah pembawa hara dan gas ke sel-sel organisme yang hidup. Pada tanaman ia sangat diperlukan sebagai pereaksi dalam proses-proses fotosintesis dan hidrolisis dan dalam mempertahankan turgor sel. Pada hewan ia juga bertindak sebagai agen pembersih, menghilangkan kotoran dan hasil-hasil sampingan metabolisme. Air juga penting sekali sebagai moderator iklim dunia Lee 1988 dalam Solihin 2010. Air merupakan salah satu sumberdaya alam yang memiliki fungsi penting bagi hidup dan kehidupan seluruh makhluk hidup, Kementrian Lingkungan Hidup 2003 menyatakan kebutuhan air terbesar berdasarkan sektor kegiatan adalah kebutuhan air untuk pertanian irigasi, domestik, dan industri. Kebutuhan air untuk irigasi pada tahun 1990 sebesar 74,9 x 10 9 m 3 tahun dengan perkiraan peningkatan sebesar 6,7 pertahun. Kebutuhan air untuk keperluan domestik pada tahun 1990 adalah sebesar 3,1 x 10 9 m 3 tahun dengan proyeksi peningkatan 6,7 pertahun, sedangkan kebutuhan air untuk industri pada tahun 1990 sebesar 0,7 x 10 9 m 3 tahun dengan proyeksi peningkatan 12,5 pertahun. Kementerian Lingkungan Hidup 2003 menyatakan bahwa secara nasional sebagian rumah tangga sekitar 74 menggunakan air tanah sebagai sumber air minum, sisanya menggunakan air sungai 3,4 dan sumber lain 1,4. Penggunaan air sumur teringgi adalah di pulau Jawa dan Nusa Tenggara yaitu sebesar 79 rumah tangga, sedangkan terkecil di pulau Bali sekitar 46,5 rumah tangga. Di Kalimantan 45 rumah tanggamenggunakan air sungai dan air hujan sebagai sumber air minum rumah tangga.

2.2.2 Kebijakan Pengelolaan dan Metode Menentukan Harga Air