peningkatan sebesar 6,7 pertahun. Kebutuhan air untuk keperluan domestik pada tahun 1990 adalah sebesar 3,1 x 10
9
m
3
tahun dengan proyeksi peningkatan 6,7 pertahun, sedangkan kebutuhan air untuk industri pada tahun 1990 sebesar
0,7 x 10
9
m
3
tahun dengan proyeksi peningkatan 12,5 pertahun. Kementerian Lingkungan Hidup 2003 menyatakan bahwa secara nasional
sebagian rumah tangga sekitar 74 menggunakan air tanah sebagai sumber air minum, sisanya menggunakan air sungai 3,4 dan sumber lain 1,4.
Penggunaan air sumur teringgi adalah di pulau Jawa dan Nusa Tenggara yaitu sebesar 79 rumah tangga, sedangkan terkecil di pulau Bali sekitar 46,5 rumah
tangga. Di Kalimantan 45 rumah tanggamenggunakan air sungai dan air hujan sebagai sumber air minum rumah tangga.
2.2.2 Kebijakan Pengelolaan dan Metode Menentukan Harga Air
Menurut Soenarto 1959 dalam Rachmawati 2008 yang dimaksud dengan pengairan ialah usaha-usaha :
a. Mengalirkan air dari sungai-sungai atau sumber air lain unutk keperluan pertanian.
b. Membagikan air yang diambil dari sungai-sungai atau sumber air lain itu secara teratur kepada yang memerlukannya.
c. Membuang sisa air yang telah dipergunakan ke sungai, langsung atau lewat saluran pembuangan.
Menurut cara-cara pembuatan dan penyelenggaraannya ada 3 macam pengairan, yaitu : pengairan desa sederhana, pengairan teknis dan pengairan
setengah teknis. Sumber-sumber pengairan :
a. Air permukaan, seperti : sungai, waduk, mata air, danau. b. Air dalam tanah, seperti : sumur-sumur ladang.
c. Air hujan langsung, seperti : sawah-sawah tadah hujan. Jenis-jenis mata air berdasarkan pemunculannya dibedakan menjadi empat
jenis, yaitu :
1. Mata air depresi : mata air yang muncul karena permukaan tanahnya terpotong oleh muka air tanah. Mata air ini banyak dijumpai terutama
di kaki gunung api atau perbukitan. Sistem mata air ini mempunyai debit bervariasi, berkisar antara 1 literdetik sampai 10 literdetik.
2. Mata air kontak : mata air yang muncul pada bidang kontak antara batuan yang berkelulusan lebih besar dibagian atas dengan batuan
yang berkelulusan kecil dibawahnya. Sistem mata air kontak terjadi karena suatu lapisan yang permeabel bertemu dengan lapisan yang
impermeabel dibawahnya. 3. Mata air artesis atau patahan : mata air yang muncul dari ruang antar
butir atau celahan yang diapit oleh lapisan kedap air pada bagian atas dan bawah. Sistem mata airpatahan terjadi pelapisan batu pasir dan
batuan lempung. 4. Mata air ronggarekahan : mata air yang muncul melalui rongga atau
lubang atau pipa saluran, biasanya pada lava vesikuler atau pada batu gamping. System mata air rekahan ini memiliki karakteristik yang khas
untuk daerah karst yang terbentuk karena celah rekaha n akibat kekar dan pelarutan pada batuan gamping menjadi tempat unutk aliran air.
Kebijakan baru pengelolaan sumberdaya air mengindikasikan perlunya perubahan orientasi pengembangan dan pengelolaan dari supply-side management
strategi kearah
demand-side management strategi. Prinsip demand-side
management strategi menekankan pada usaha mempengaruhi perilaku pengguna users dalam memakai air. Adapun prinsip dasar dari demand-side management
strategi adalah Helmi 2002 dalam Siwi 2006 : 1. Mempertimbanagan nilai air dalam hubungan dengan biaya
penyediaannya. 2. Mengambil
tindakan-tindakan yang
menghendaki pengguna
userscostumer menghubungkan tingkat pemakaian air mereka dengan biaya yang harus mereka bayar.
3. Memperlakukan air sebagai satu barang komoditi ekonomi bukan sebagai suatu bentuk palayanan public yang disediakan pemerintah dan
tidak perlu dibayar. Menurut Johanssen 2000 dalam Siwi 2006 membagi dalam beberapa
metode dalam menentukan harga air irigasi antara lain : 1. Metode Volumetrik
Pada metode ini pemakai membayar sejumlah air yang dipakainya berdasarkan nilai harga air secara integral ataupun parsial, yang mana
diketahui dari hasil pencatatan jumlah air yang dipakai oleh masing- masing petani setiap musim tanam.
2. Metode Per Unit Area Pada metode ini, dasar perhitungannya adalah luas garapan usaha tani
yang menggunakan air irigasi. Metode ini banyak digunakan dalam menentukan taraf air irigasi dihampir semua wilayah irigasi teknis
Negara berkembang. 3. Metode Output Pricing
Biaya air ditentukan oleh kuantitas output yang dihasilkan dari usaha tani yang diusahakan dengan menggunakan air tersebut.
4. Metode Tiered Pricing Suatu multi-rate pricing dimana harga air per unit volume bervariasi
jika volume air yang dikonsumsi melebihi suatu ambang batas tertentu. Metode harga ini dipakai apabila permintaan air bervariasi secara
periodic musiman atau harian dan penwaran air tidak cukup untuk memenuhi permintaan pada semua waktu yaitu dimana pada saat
permintaan air tinggi maka harga air sama dengan harga margina cost dan pada saat permintaan air tinggi maka harga air adalah pada tiered
pricing dan harga mengindikasikan nilai kelangkaan air. 5. Metode Two-Part Tarif
Pada metode ini biaya air terdiri dari dua komponen yaitu biaya tetap pertahun yang dikenakan untuk hak penggunaan air dan pungutan air
yang didasarkan pada harga marginal yang tetap unutk setiap unit
volume air yang dikonsumsi. 6. Metode Betterment Levy
Dalam metode ini biaya air dipungut per area dimana nilainya didasarkan atas peningkatan nilai lahan akibat adanya irigasi.
7. Metode Water Markets Pricing harga dengan pasar air Metode ini berdasarkan asumsi dasar bahwa pasar dibawah kondisi
tertentu mencapai firs best efisiensi apabila memenuhi : a persaingan, b agen memiliki informasi sepenuhnya dalam beroperasi dibawah
kondisi tertentu, c tidak ada eksternalitas, d tidak ada increasing return to scale pada produksi.
2.3 Karakteristik Masyarakat Desa Sekitar Hutan