Pengertian Peer group Pengaruh Peer group terhadap Perilaku Seksual

Remaja dari orangtua yang memiliki pola pengasuhan permisif tidak terlibat, ketika mereka tumbuh menjadi remaja, biasanya sering mencari pelarian dari rasa kesepiannya dengan cara mencari penerimaan dari orang lain. Akibatnya mereka seringkali terlibat dalam masalah-masalah perilaku dibandingkan dengan anak yang memiliki orangtua dengan pola pengasuhan demokratis. Masalah perilaku tersebut misalnya seks bebas, penggunaan obat-obatan terlarang, maupun berbagai bentuk kenakalan remaja lainnya sebagai salah satu cara atau bentuk mereka dalam mencari penerimaan dari orang lain. Secara emosi, remaja yang seperti ini mudah sekali mengalami depresi dan sering merasa ditolak. Dalam banyak kejadian, mereka tumbuh dengan perasaan ingin melawan, menentang, dan rasa marah yang bergejolak kepada orangtuanya karena merasa telah diabaikan dan dikucilkan. Mereka akan mempunyai harga diri yang rendah, tidak punya kontrol diri yang baik, kemampuan sosialnya buruk, dan merasa bukan bagian yang penting untuk orangtuanya. Bukan tidak mungkin serangkaian dampak buruk ini akan terbawa sampai ia dewasa. Tidak tertutup kemungkinan pula anak akan melakukan hal yang sama terhadap anaknya kelak.

2.3 Peer group

2.3.1 Pengertian Peer group

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, peer group diartikan sebagai kawan, sahabat atau orang yang sama-sama bekerja atau berbuat Anonim, 2005. Sementara dalam Mu’tadin 2002 menjelaskan bahwa peer group adalah kelompok orang-orang Universitas Sumatera Utara yang seumur dan mempunyai kelompok sosial yang sama, seperti teman sekolah atau teman sekerja. Peer group sebagai sebuah kelompok sosial sering didefinisikan sebagai semua orang yang memiliki kesamaan ciri-ciri seperti kesamaan tingkat usia. Lebih lanjut Hartup dalam Santrock 2003 mengatakan bahwa peer group adalah anak-anak atau remaja dengan tingkat usia atau kedewasaan yang sama. Dan lebih ditekankan pada kesamaan tingkah laku atau psikologis. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka saya mendefinisikan peer group sebagai interaksi individu pada anak-anak atau remaja dengan tingkat usia yang sama serta melibatkan keakraban yang relatif besar diantara kelompoknya

2.3.2 Pengaruh Peer group terhadap Perilaku Seksual

Peer group adalah orang dengan tingkat umur dan kedewasaan yang kira-kira sama. Dalam pembentukan kelompok peer group selain diperhatikan persamaan usia, para remaja juga memperhatikan persamaan-persamaan lainnya, seperti hobi, status sosial, ekonomi, latar belakang keluarga, persamaan sekolah, tempat tinggal, agama dan juga ras Ghozali, 2005. Dalam perkembangan sosial remaja maka remaja mulai memisahkan diri dari orangtua dan mulai memperluas hubungan dengan peer group. Pada umumnya remaja menjadi anggota kelompok usia sebaya peer group. Kelompok sebaya menjadi begitu berarti dan sangat berpengaruh dalam kehidupan sosial remaja. Kelompok sebaya juga merupakan wadah untuk belajar kecakapan-kecakapan sosial, karena melalui kelompok remaja dapat mengambil berbagai peran. Di dalam kelompok sebaya, remaja menjadi sangat bergantung kepada teman sebagai sumber Universitas Sumatera Utara kesenangannya dan keterikatannya dengan peer group begitu kuat. Kecenderungan keterikatan kohesi dalam kelompok tersebut akan bertambah dengan meningkatnya frekuensi interaksi di antara anggota-anggotanya Soetjiningsih, 2009. Remaja menganggap teman sebayanya sebagai sesuatu hal yang penting. Remaja menganggap kelompok sebayanya memberikan sebuah dunia tempat kawula muda mulai melakukan sosialisasinya, dimana nilai-nilai yang berlaku bukanlah nilai- nilai yang ditetapkan orang dewasa melainkan oleh teman-temannya. Remaja banyak menghabiskan waktu dengan teman-teman sebayanya melebihi waktu yang mereka habiskan dengan orangtua dan anggota keluarga yang lain. Karena remaja lebih banyak berada diluar rumah bersama dengan teman-teman sebaya sebagai kelompok, maka dapatlah dimengerti bahwa pengaruh teman-teman sebaya pada sikap, pembicaraan, minat, penampilan dan perilaku lebih besar dari pada pengaruh keluarga Hurlock 2003. Remaja dan dorongan seksual adalah dua hal yang sangat berhubungan erat sehingga tidak bisa dipisahkan. Ini di karenakan fase remaja, mereka umumnya memiliki dorongan seksual yang sangat kuat, sedangkan resiko akibat kegiatan seksual yang menjurus pada hubungan seks belum sepenuhnya mereka ketahui.Umumnya remaja lebih sering melakukan kegiatan bersama kelompok teman- sebayanya, hal ini memicu munculnya pergaulan yang menganut nilai-nilai kebebasan dalam berinteraksi dengan lawan jenis akan ia turuti demi memperoleh pengakuan dan penerimaan dari kelompoknya. Akan dianggap kuno dan ketinggalan zaman kalau tidak mencium atau berciuman dengan pacarnya. Universitas Sumatera Utara Menurut Santosa 2009, timbulnya latar belakang kelompok sebaya adalah sebagai berikut : 1. Adanya perkembangan proses sosialisasi Pada usia remaja usia anak SMP dan SMA, individu mengalami proses sosialisasi. Ketika sedang belajar mereka memperoleh kemantapan sosial untuk mempersiapkan diri menjadi orang dewasa. Dengan demikian, individu mencari kelompok yang sesuai dengan keinginannya bisa saling berinteraksi satu sama lain dan merasa diterima dalam kelompok. 2. Kebutuhan untuk menerima penghargaan Secara psikologis, individu butuh penghargaan dari orang lain agar mendapat keputusan dari apa yang telah dicapainya. Oleh karena itu, individu bergabung dengan peer groupnya yang mempunyai kebutuhan psikologis yang sama yaitu ingin dihargai. Dengan demikian, individu merasakan keberhasilan atau kekompakan dalam kelompok peer groupnya. 3. Perlu perhatian dari orang lain Individu perlu perhatian dari orang lain yang merasa senasib dengan dirinya. Hal ini dapat ditemui dalam kelompok sebayanya, ketika individu merasa sama dengan lainnya, mereka tidak merasakan adanya perbedaan status seperti jika mereka bergabung dunia orang dewasa. 4. Ingin menemukan dunianya Di dalam kelompok sebaya ini dapat menemukan dunianya yang berbeda dengan dunia orang dewasa. Mereka mempunyai persamaan pembicaraan di Universitas Sumatera Utara segala bidang, misalnya tentang hobby dan hal-hal yang menarik lainnya bagi mereka pada masa remaja. Dalam kelompok peer group terjadi interaksi yang saling memengaruhi meliputi pola hubungan, konformitasi, kepemimpinan kelompok dan adaptasi.

2.3.3 Pola Hubungan

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pola Asuh Orangtua dan Peer Group Terhadap Konsep Diri Remaja Tentang Perilaku Seksual Di SMA Dharma Bakti Medan Tahun 2014

5 77 113

Pengaruh Pola Asuh Orangtua Dan Peer Group Terhadap Konsep Diri Remaja Tentang Perilaku Seksual Di Sma Negeri 2 Dan Man 2 Medan Tahun 2012

7 77 190

Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA DAN PEER GROUP TERHADAP KONSEP DIRI REMAJA TENTANG PERILAKU SEKSUAL DI SMA DHARMA BAKTI MEDAN TAHUN 2014

0 0 30

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Diri 2.1.1. Definisi - Pengaruh Pola Asuh Orangtua dan Peer Group Terhadap Konsep Diri Remaja Tentang Perilaku Seksual Di SMA Dharma Bakti Medan Tahun 2014

0 0 17

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Pengaruh Pola Asuh Orangtua dan Peer Group Terhadap Konsep Diri Remaja Tentang Perilaku Seksual Di SMA Dharma Bakti Medan Tahun 2014

0 0 11

Pengaruh Pola Asuh Orangtua dan Peer Group Terhadap Konsep Diri Remaja Tentang Perilaku Seksual Di SMA Dharma Bakti Medan Tahun 2014

0 0 16

Pengaruh Pola Asuh Orangtua Dan Peer Group Terhadap Konsep Diri Remaja Tentang Perilaku Seksual Di Sma Negeri 2 Dan Man 2 Medan Tahun 2012

0 0 69

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Diri 2.1.1 Pengertian Konsep Diri - Pengaruh Pola Asuh Orangtua Dan Peer Group Terhadap Konsep Diri Remaja Tentang Perilaku Seksual Di Sma Negeri 2 Dan Man 2 Medan Tahun 2012

0 0 31

PENGARUH POLA ASUH ORANGTUA DAN PEER GROUP TERHADAP KONSEP DIRI REMAJA TENTANG PERILAKU SEKSUAL DI SMA NEGERI 2 DAN MAN 2 MEDAN TAHUN 2012 TESIS

0 0 19

Pengaruh Pola Asuh Orangtua dan Peer Group terhadap Konsep Diri Remaja tentang Perilaku Seksual di SMA Negeri 2 dan MAN 2 Medan Tahun 2012

0 0 69