kejiwaan atau psikologi tokoh. Setiap konflik akan menciptakan sebuah emosi terhadap tokoh-tokoh tersebut. Salah satu efek dari sebuah konflik adalah kegelisahan yang dirasakan
tokoh. Kegelisahan ini timbul akibat rasa waswas atau kecemasan yang dialami tokoh. Menurut Freud, ada tiga macam kecemasan yaitu kecemasan realitas, kecemasan neurotik
dan kecemasan moral.
4.2.1 Kecemasan Realitas
Kecemasan realitas merupakan suatu kecemasan atau ketakutan yang dialami seseorang baik muda maupun tua diderita ketika bahaya-bahaya akan datang dari luar seperti
bahaya yang berasal dari keadaan lingkungan untuk menghadapi suatu kenyataan disekitarnya. Kecemasan dalam bentuk realitas ini hanya bersifat fisik, sehingga ketakutan
akan selalu mengancam bahaya dari kondisi yang mencelakakannya. Namun kecemasan realitas itu juga merupakan suatu pengalaman perasaan sebagai akibat pengamatan suatu
bahaya dalam dunia luar.
Dalam drama Kejahatan Membalas Dendam ini tokoh utama Ishak mengalami kecemasan realitas tersebut. Di awal drama digambarkan Ishak mengajak Satilawati
kekasihnya bertemu secara diam-diam di jalanan yang sepi sekedar untuk berpamitan. Ia ingin pergi meninggalkan kotanya sejauh mungkin dan meninggalkan kekasihnya. Bahkan
Universitas Sumatera Utara
Ishak mengambalikan cincin pertunangan mereka. Semua itu berawal dari kritik Pak Orok atau Sukroso pengarang kolot yang notabene adalah ayah dari kekasihnya Satilawati
tetrhadap tulisannya. Pak Orok menganggap tulisannya sesat sebab dalam tulisannya ia terlalu realistis dan kurang berisi idealisme. Ia merasa terancam dan merasa akan dikucilkan
oleh masyarakat atas tulisannya itu.
ISHAK : Itu yang akan aku ceritakan kepadamu sekarang. Aku dalam bahaya. SATIAWATI : Bahaya apa?
ISHAK : Aku mungkin dipandang penghianat oleh rakyat. SATILAWATI : Karena apa?
ISHAK : Karena karanganku. SATILIWATI : Roman itu, maksudmu?
ISHAK : Ya, “Hari ketiga Nippon di Indonesia” SATILAWATI : Mengapa? Sudah diterbitkan, bukan?
ISHAK : Ya, semua hartaku telah ku jual untuk menerbitkan buku itu. Rugi semata. SATILAWATI : Tapi mengapa enkau akan dipandang pengkhianat?
ISHAK : Perasaan ku saja begitu. Setelah membaca kritik Pak Orok dalam suatu majalah.
2001:23
SATILAWATI : Apa yang kau tulis dalam roman itu? ISHAK : Biasa saja. Tapi caraku menulis lain. Itu yang tidak dapat dipahamkan
orang. SATILAWATI : Jadi engkau akan meninggalkan Indonesia maksudmu?
ISHAK : Kalu dapat, ya. Aku hendak pergi ke Moskow atau ke Tokio. Di sana orang memahamkan aku. Tapi sekarang susah. Aku hendak menyembunyikan diri dulu.
SATILAWATI : Di mana? ISHAK : Di gunung. Di tempat yang sepi.
2001:24
Universitas Sumatera Utara
Dari kedua penggalan percakapan Ishak dan Satilawati di atas, jelas terlihat bahwa Ishak mengalami kecemasan realitas karena ketakutannya pada Kritik pak Orok yang
membuatnya merasa bahwa masyarakat akan mengucilkannya dan menganggapnya sebagai seorang penghianat.
Bagian lain yang mengambarkan kecemasan ralitas adalah ketika Ishak telah berada di rumah Perempuan Tua dan baru menyelesaikan tulisannya. Tiba-tiba ia tersadar bahwa
setiap pagi para petani melewati rumah Perempuan Tua untuk pergi ke ladang. Mereka pergi ke ladang dengan bernyanyi, namun ishak merasa mereka tidak berbahagia dan semangat
memanen hasil ladang mereka. Setelah bertanya pada Perempuan Tua, ia akhirnya tahu alasan para petani tidak bahagia dalam memanen hasil ladang kerena mereka harus menjual
hasil ladang pada pemerintah dengan harga yang murah.
ISHAK : Mereka bernyanyi. Tapi suara mereka tidak lepas keluarnya. Rasa mereka bersedih.
PEREMPUAN TUA : Mereka senang hatinya, Nak. Pekerjaan yang terberat telah selesai. Akan tiba waktu menyabit. Seminggu lagi.
ISHAK : berontak Tidak, tidak, mereka tidak bersenang, mereka bersedih. Padi menguningdan mereka bersedih. Heran. 2001:54
Penggalan percakapan di atas menggambarkan betapa Ishak cemas akan ketidak sadaran para petani tentang penyerahan padi mereka pada pemerintah. Hingga Ishak
berusaha untuk menerangkan pada para petani tentang hal tersebut meskipun pada awalnya ia harus merasa kecewa sebab para petani tidak mengerti apa yang ia ucapkan dan para petani
akhirnya mengerti setelah ia di bantu oleh Perempuan Tua untuk menterjemahkan apa yang ia ucapkan.
Universitas Sumatera Utara
4.2.2 Kecemasan Neurotik