tangannya, meletakkan piring berisimakanan di pinggir balai-balai merebahkan diri, lalu.2001:52
Adegan ini adalah ketika Perempuan Tua atau nenek Satiliwati baru saja sampai di rumahnya dan mendapati Ishak berada di dalam rumahnya. Perempuan Tua tersebut
memberikan makanan kepada Ishak, nanum Ishak seolah tak memperdulikannya. Ishak tetap saja menulis dengan tekun.
PEREMPUAN TUA : Apa yang ankku kataan kepada mereka? ISHAK
: Tentang penyerahan padi. Mengapa mereka harus menyerahkan padi kepada pemerintah, bahwa mereka harus bergiat menanam padi dan
menyerahkannya. Untuk perang untuk kemenangan akhir, kataku. Hanya perkataanku yang penghabisan ini yang dapat mereka pahamkan. Mereka
bertepuk... sayang, aku tidak bisa berbahasa Sunda dan mereka tidak bisa berbahasa Indonesia. termenung.
PEREMPUAN TUA : Jika sudah agak lama di sini tentu anakku bisa berbahasa Sunda.
ISHAK : berontak Tapi aku hendak berkata sekarang, sekarang kepada
mereka. Supaya besok jika mereka pergi ke sawah pula pagi-pagi, mereka akan menyanyikan nyanyi girang. Kita harus berbakti kepada tanah air. Aku
dengan tulisanku dan mereka dengan padinya. Aku menulis semalam malaman bukan untuk duit, begitu juga banyak lagi orang begitu. Itu cara
mereka berbakti dan petani bisa dan harus berbakti dengan padinyacepat berlari dan mengambil sehelai kertas di atas balai-balai. Dengar,
dengarlah, nek, kata penghabisan ku ; dari sepuluh gunung, mengalirlah menjadikan sepuluh sungai-sungai kecil, mengalir melalui lembah dan hutan,
ke satu tujuan menjadikan sungai yang besar adan luas, mengalir ke lautan bahagia. Demikian bakti rakyat Indonesia. perempuan tua
tepekur.2001:63
Dari dialog tersebut, dapat kita lihat rasa nasionalisme Ishak yang kuat. Dialog itu menggambarkan bahwa Ishak ingin menerangkan kepada para petani tentang penyerahan
padi untuk Negara.
II. Satilawati
= Tegas. Satilawati adalah kekasih Ishak dengan jiwa yang kuat. Ia dihgambarkan sebagai
perempuan tegas. Hal ini tergambar dari ucapannya bahwa meskipun ia sangat mencintai
Universitas Sumatera Utara
Ishak yang telah memutuskannya, ia tidak ingin kesedihannya mempengaruhi pekerjaannya sebagai juru rawat.
ISHAK : Ya, pergilah. Tapi satu pesanku kepadamu. Teruskan pekerjaan
jururawatmu. SATILAWATI : mengejek Kau kira, aku akan meninggalkan pekerjaan itu, karena
aku telah berpisah dengan engkau? Engkau belum tahu siapa Satilawati hendak pergi.2001:26
Dari dialog diatas, dapat disimpulkan betapa tegasnya karakter SATILAWATI. Meski ia sedang gelisah karena ISHAK akan meninggalkannya, ia tidak ingin perasaan
cintanya mengganggu pekerjaan dan pengabdiannya pada Negara.
III. Kartili
= Licik. Kartili adalah tokoh antagonis di dalam drama Kejahatan Membalas Dendam ini.
Kelicikan demi kelicikan ia lakukan demi memperoleh cinta Satilawati. Bahkan ia rela membuat Ishak menjadi gila dan memisahkan Ishak dengan Satilawati. Ia juga
memprofokasi Satilawati dengan mengatakan bahwa kegilaan Ishak adalah kegilaan turunan. Semua telah ia rencanakan agar rasa cinta Satilawati pada Ishak hilang dan bisa membuka
hatinya untuk Kartili. SARTILI
: Ia tidak akan baik kembali. Gila itu bukan karena mengarang. Mengarang hanya sebab saja. Tapi ini karena waktunya telah tiba.
SATILAWATI : terkejut, heran Apa maksudnya? KARTILI
: Ini penyakit turunan. Kakeknya mati gila waktu berumur 30 tahun. Ayahnya mulai gila waktu berumur 28 tahu. Dan Ishak sekarang berumur 29
tahun. SATILAWATI : terkejut Kartili
KARTILI : Ya, tidak baik, mempertuturkan hati muda saja. Aku setuju dengan
perbuatan orang tua-tua dulu. Menyelidiki terlebih dulu riwayat keluarga bakal suaimi atau istri mengejek Itu belum engkau lakukan, bukan?
Universitas Sumatera Utara
SATILAWATI : memandang jauh Memang belum berontak. Tapi mengapa semua ini kau ceritakan kepadaku? Mengapa dalam keadaan yang begini.
KARTILI : tegas Karena aku cinta padamu. Agar engkau jangan
tersesat.2001:30 Dialog di atas adalah dialog saat Kartili coba menegaskan pada Satilawati bahwa
Ishak telah mengalami kegilaan agar cinta Satilawati berkurang pada Ishak. Dari sini dapat kita simpulkan betapa liciknya Kartili yang menghalalkan setiap cara hanya agar semua
keinginannya bisa tercapai.
IV. Asmadiputera