Panduan Penyusunan KTSP 2013 SMA Jateng 2016 25
tidak dapat dilakukan. Bahasa Jawa sebagai muatan local provinsi berdasarkan Peraturan Gubernur Jawa
Tengah Nomor 57 tahun 2013 sebagai mata pelajaran yang berdiri sendiri terpisah dan dimasukan dalam struktur kurikulum satuan pendidikan dengan alokasi waktu 2
jam per minggu untuk semua kelas kelas X, XI dan XII semester 1 dan semester 2.
2. Jumlah mata pelajaran:
a. umlah mata pelajaran di kelas X minimal 15 mata pelajaran yang terdiri
atas 6 mata pelajaran umum A sebagai muatan kurikulum nasional seluruhnya, minimal 3 mata pelajaran kelompok umum B dan dapat ditambah dengan muatan
daerah, dan 5 mata pelajaran peminatan. b.
Untuk mata pelajaran peminatan peserta didik dapat minimal memilih 3 tiga dari 4 empat mata pelajaran dalam satu kelompok MIPA, IPS, atau Bahasa dan Budaya,
dan maksimal 3 tiga mata pelajaran dari kelompok lain sebagai lintas minat, atau dapat memilih 4 mata pelajaran dalam satu kelompok MIPA, IPS, atau Bahasa
dan Budaya, dan maksimal 2 dua mata pelajaran dari kelompok lain sebagai lintas minat, kecuali untuk peminatan Ilmu Bahasa dan Budaya dapat memilih 6 mata
pelajaran dalam kelompoknya. Misalnya untuk kelas X terdiri atas16 mata pelajaran dengan 6 mata pelajaran kelompok umum A, 4 mata pelajaran Umum B, 3 mata
pelajaran dalam satu kelompok peminatan, dan 3 mata pelajaran dari kelompok yang lain sebagai lintas minat.
c. Jumlah mata pelajaran di kelas XI dan kelas XII untuk semua peminatan Ilmu
Pengetahuan Alam, peminatan Ilmu Pengetahuan Sosial , dan peminatan Ilmu Bahasa dan Budaya minimal 14 mata pelajaran yang terdiri atas 6 mata pelajaran
wajib A, minimal 3 mata pelajaran Umum B, 5 mata pelajaran peminatan yang dipilih dari kelas X.
3. Pengaturan Beban Belajar
a. Beban belajar dalam KTSP jenjang SMA diatur dalam bentuk Sistem Kredit Semester
SKS atau Sistem Paket b.
Ketentuan tentang Beban belajar tatap muka, penugasan terstruktur, dan kegiatan mandiri untuk SKS dan Sistem Paket disesuaikan dengan ketentuan masing-masing
c. Beban belajar tambahan disesuaikan dengan hasil analisis kondisi riil sekolah yang
menjadi tanggungjawab sekolah masing-masing. d.
Pengaturan pola belajar harus memperhatikan 14 prinsip pembelajaran sesuai Lampiran Permendikbud No. 65 Tahun 2013 halaman 1
– 2 yang mencakup domain
Panduan Penyusunan KTSP 2013 SMA Jateng 2016 26
sikap, pengetahuan, dan keterampilan . e.
Proses pembelajaran mencakup pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural untuk kelas X ditambah dengan metakognitif untuk kelas XI dan XII dengan
menggunakan pendekatan saintifik Scientific Approach dan penilaian autentik authentic assessment.
f. Permendikbud Nomor 103 tahun 2014 Tentang pembelajaran Pada pendidikan dasar
dan Pendidikan menengah harus dijadikan salah satu acuan; g.
Perlu diperhatikan pula permendikbud Nomor 59 tahun 2014 dan Permendikbud Nomor 61 tahun 2014 Jumlah minggu efektif dan alokasi waktu jam tatap muka
yang digunakan. h.
Beban belajar untuk SMA diatur dalam Sistem Paket atau Sistem Kredit Semester.
1 Sistem Paket
Beban belajar dengan sistem paket sebagaimana diatur dalam struktur kurikulum setiap satuan pendidikan merupakan pengaturan alokasi waktu untuk setiap mata
pelajaran yang terdapat pada semester gasal dan genap dalam satu tahun ajaran. Beban belajar pada sistem paket terdiri atas pembelajaran tatap muka, penugasan
terstruktur, dan kegiatan mandiri. Satu jam tatap muka 45 menit. Beban belajar penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri, maksimal 60 untuk
SMAMASMKMAK dari waktu kegiatan tatap muka mata pelajaran yang bersangkutan.
Beban belajar merupakan keseluruhan kegiatan yang harus diikuti peserta didik dalam satu minggu, satu semester, dan satu tahun pembelajaran.
a Beban belajar di SMA dinyatakan dalam jam pelajaran per minggu.
1. Beban belajar satu minggu Kelas X adalah minimal 42 jam pe-lajaran
nasional sedangkan di Jawa Tengah ditambah 2 jam pelajaran untuk Mulok Bahasa Jawa, sehingga jumlah seluruhnya minimal menjadi 44 jam per
minggu. 2.
Beban belajar satu minggu Kelas XI dan XII adalah minimal 44 jam pelajaran secara nasional dan di Jawa Tengah ditambah 2 jam pelajaran untuk Mulok
Bahasa Jawa, sehingga jumlah seluruhnya minimal menjadi 46 jam per minggu.
b Beban belajar di Kelas X dan XI dalam satu semester minimal 18 minggu.
c Beban belajar di kelas XII pada semester ganjil minimal 18 minggu.
d Beban belajar di kelas XII pada semester genap minimal 14 minggu.
Panduan Penyusunan KTSP 2013 SMA Jateng 2016 27
2 Sistem Kredit Semester
Sistem Kredit Semester SKS dapat diselenggarakan pada SMPMTs, SMAMA, dan SMKMAK yang terakreditasi A dari BAN SM. Beban belajar setiap mata pelajaran
pada SKS dinyatakan dalam satuan kredit semester sks. Beban belajar kegiatan tatap muka, kegiatan terstruktur, dan kegiatan mandiri
pada satuan pendidikan yang menggunakan SKS mengikuti aturan sebagai berikut: Pada SMAMASMKMAK 1 satu sks terdiri atas: 45 menit kegiatan tatap muka,
45 menit kegiatan terstruktur, dan 45 menit kegiatan mandiri. Khusus bagi siswa yang memiliki kemampuan belajar dan prestasi yang tinggi dengan ditunjukkan
indek prestasi tertentu maka kegiatan tatap muka dapat dilakukan minimal 30 menit.
Beban belajar merupakan keseluruhan kegiatan yang harus diikuti peserta didik dalam satu minggu, satu semester, dan satu tahun pembelajaran.
a. Beban belajar di SMAMA dinyatakan dalam jam pelajaran per minggu.
1. Beban belajar satu minggu Kelas X adalah minimal 42 jam pelajaran
nasional dan di Jawa Tengah ditambah 2 jam pelajaran untuk Mulok Bahasa Jawa, sehingga jumlah seluruhnya minimal menjadi 44 jam per
minggu. 2.
Beban belajar satu minggu Kelas XI dan XII adalah minimal 44 jam pelajaran nasional dan di Jawa Tengah ditambah 2 jam pelajaran untuk Mulok
Bahasa Jawa, sehingga jumlah seluruhnya minimal menjadi 46 jam per minggu.
b. Beban belajar di Kelas X dan XI dalam satu semester minimal 18 minggu.
c. Beban belajar di kelas XII pada semester ganjil minimal 18 minggu.
d. Beban belajar di kelas XII pada semester genap minimal 14 minggu.
Secara garis besar sistem kredit semester SKS dapat dijelaskan sebagai berikut : 1.
Sistem Kredit Semester selanjutnya disebut SKS adalah bentuk penyelenggaraan pendidikan yang peserta didiknya menentukan jumlah beban belajar dan mata
pelajaran yang diikuti setiap semester pada satuan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuankecepatan belajar.
2. SKS diselenggarakan dengan prinsip fleksibel, keunggulan, maju berkelanjutan,
dan keadilan.
Panduan Penyusunan KTSP 2013 SMA Jateng 2016 28
a. Prinsip fleksibel merupakan penyelenggaraan SKS dengan fleksibilitas pilihan
mata pelajaran dan waktu penyelesaian masa belajar yang memungkinkan peserta didik menentukan dan mengatur strategi belajar secara mandiri.
b. Prinsip keunggulan merupakan penyelenggaraan SKS yang memung-kinkan
peserta didik memperoleh kesempatan belajar dan mencapai tingkat kemampuan optimal sesuai dengan bakat, minat, dan kemam-puankecepatan
belajar. c.
Prinsip maju berkelanjutan merupakan penyelenggaraan SKS yang memungkinkan peserta didik dapat langsung mengikuti muatan, mata
pelajaran atau program lebih lanjut tanpa terkendala oleh peserta didik lain. d.
Prinsip keadilan merupakan penyelenggaraan SKS yang memung-kinkan peserta didik mendapatkan kesempatan untuk memper-oleh perlakuan sesuai
dengan kapasitas belajar yang dimiliki dan prestasi belajar yang dicapainya secara perseorangan.
3. Pengorganisasian pembelajaran bervariasi dilakukan melalui penyediaan unit-
unit pembelajaran utuh setiap mata pelajaran yang dapat diikuti oleh peserta didik. Variasi pembelajaran normal ditempuh rata-rata enam semester dengan
beban rata-rata 44 s.d 46 jam pelajaran per minggu. Variasi pembelajaran lebih cepat dapat diselesaikan dalam waktu empat atau lima semester. Layanan seperti
ini ditempuh dengan beban belajar 54 s.d 70 jam pelajaran per minggu. Pengelolaan waktu belajar yang fleksibel dilakukan melalui pengambilan
beban belajar untuk unit-unit pembelajaran utuh setiap mata pelajaran oleh peserta didik sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing. Peserta didik
dengan kecepatan belajar dan prestasi tinggi dapat mengambil beban lebih banyak dibanding dengan lainnya. Layanan pembelajaran dapat dilakukan dalam
bentuk individu danatau kelompok. 4.
Ketentuan lebih lanjut tentang Sistem Kredit Semester SKS bagi satuan pendidikan SMP, SMAMA dan SMKMAK diatur dalam Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 158 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Sistem Kredit Semester pada Pendidikan Dasar dan Menengah dan Buku Panduan
Model-model Pengembangan SKS yang diterbitkan oleh Direktorat Pembinaan SMA.
b. Beban Belajar Tambahan
Satuan pendidikan boleh menambah beban belajar berdasarkan pertimbangan
Panduan Penyusunan KTSP 2013 SMA Jateng 2016 29
kebutuhan belajar peserta didik danatau kebutuhan akademik, sosial, budaya, dan faktor lain yang dianggap penting oleh satuan pendidikan danatau daerah, atas
beban pemerintah daerah atau satuan pendidikan yang menetapkannya. Beban belajar yang diatur dalam Permendikbud 59 tahun 2014 maupun pada
peraturan Menteri sebelumnya pada dasarnya adalah beban belajar minimal,
sekolah tidak diperkenankan mengurangi alokasi waktu yang telah ditetapkan setiap mata pelajaran, dan Satuan pendidikan dapat menambah
beban belajar per minggu sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik danatau kebutuhan akademik, sosial, budaya, dan faktor lain yang dianggap penting, namun
yang diperhitungkan Pemerintah maksimal 2 dua jamminggu. Penambahan jam selain 2 jam pelajaranminggu yang diperhitungkan oleh
pemerintah tersebut tidak dapat dipergunakan oleh guru dalam pemenuhan jam mengajar 24 jam per minggu pemenuhan jam mengajar untuk keperluan
sertifikasimendapatkan tunjangan profesi, karena penghitungan pada DAPODIK mengacu pada jam pelajaran yang ada pada Struktur Kurikulum SMAMA berdasar
Permendikbud 59 tahun 2014.
9. Penilaian
Penilaian pada kurikulum 2013 adalah mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 66 tahun 2013, yang telah diperbaharui melalui Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 104 tahun 2014 dan diperbaharui lagi dengan Peraturan Menteri Pendidian dan Kebudayaan Nomor 53 Tahun 2015.
10. Pembelajaran
Pembelajaran pada kurikulum 2013 mengacu pada Permendikbud 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses, dan telah diperbaharui melalui Permendikbud Nomor 103 Tahun
2014 tentang Pembelajaran. Bagaimana pendidik melaksanakan desain pembelajaran pada kurikulum 2013 dapat dicermati melalui RPP yang disusun oleh guru pendidik.
11. Kriteria Ketuntasan Belajar Minimal KKM