BAB IV TEMUAN DATA DAN INTERPRETASI DATA
4.1 Gambaran Umum Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang Kota Madya Medan
Kelurahan Tanjung Sari berada di Kecamatan Medan Selayang, Kota Madya Medan, Provinsi Sumatera Utara. Merupakan salah satu dari 6 kelurahan yang berada
di bagian Kecamatan Medan Selayang, Medan Sumatera Utara. Kelurahan ini memiliki luas kurang lebih 5,10 km2 atau 24,83 dari seluruh luas wilayah
Kecamatan Medan Selayang. Kelurahan Tanjung Sari dihuni oleh 33.063 penduduk dengan kepadatan penduduk 6.483 per km2 dan berada pada ketinggian 26-50 meter
di atas permukaan laut. Batas-batas wilayah Kelurahan Tanjung Sari :
Sebelah Timur berbatasan dengan : Kelurahan Padang Bulan I, Kelurahan Padang Bulan II, dan Kelurahan Beringin
Sebelah Selatan berbatasan dengan : Kelurahan Sempakata dan Kecamatan Medan Tuntungan
Sebelah Barat berbatasan dengan : Kelurahan Asam Kumbang Sebelah Utara Berbatasan dengan : Kecamatan Medan Sunggal
Kelurahan Tanjung Sari merupakan salah satu pintu gerbang utama untuk memasuki kecamatan Medan Selayang begitu pula dengan akses kota Medan.
Kelurahan Tanjung Sari juga merupakan poros tengah kekuatan sektor ekonomi
Universitas Sumatera Utara
untuk Kecamatan Medan Selayang. Wilayah Kelurahan Tanjung Sari yang turut dilintasi jalan lintas Sumatera kota Medan, banyak dihuni oleh warga pendatang dari
wilayah Kabupaten Karo, Simalungun, Dairi, Samosir, dan beragam suku lainnya.
4.2 Komposisi Penduduk 4.2.1 Komposisi Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk, Luas Kelurahan kepadatan penduduk per Km dirinci menurut Kelurahan di Kecamatan Medan Selayang Tahun 2012.
Tabel 1. Jumlah Penduduk Kecamatan Medan Selayang
Universitas Sumatera Utara
4.2.2 Komposisi Rumah Tangga dan Rata-rata Anggota Rumah Tangga
Banyaknya Rumah Tangga, Penduduk dan Rata-rata anggota Rumah Tangga, Jenis Kelamin, Kelompok Umur, dan Agama yang dianut dirinci menurut Kelurahan
di Kecamatan Medan Selayang Tahun 2012.
Tabel 2. Jumlah Rumah Tangga Penduduk dan Rata-rata Jumlah Anggota Keluarga
Universitas Sumatera Utara
Dari Tabel 2 dapat dilihat jumlah rumah tangga di Kelurahan Tanjung Sari memiliki jumlah rumah tangga terbanyak di Kecamatan Medan Selayang dengan
rata-rata jumlah anggota keluarga sebanyak 3,50 yang memenuhi kuota lebih kurang 30 dibanding kelurahan lainnya di Kecamatan Medan Selayang.
4.2.3 Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Tabel 3.
Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Universitas Sumatera Utara
Dari Tabel 3 dapat disimpulkan Kelurahan Tanjung Sari memiliki keseimbangan penduduk secara jenis kelamin sama halnya dengan kelurahan lainnya
yang berada di Kecamatan Medan Selayang.
4.2.4 Komposisi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur Tabel 4.
Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4 menunjukkan jumlah penduduk di Kecamatan Medan Selayang memiliki keseimbangan yang cukup dalam kelompok umur dan jenis kelamin.
4.2.5 Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama yang dianut Tabel 5.
Jumlah Penduduk dirinci menurut Agama yang dianut
Universitas Sumatera Utara
Pada Tabel 5 dapat diperhatikan Kelurahan Tanjung Sari mayoritas penduduknya menganut agama Islam sebanyak 18.152 jiwa, dan penganut agama
Kristen sebanyak 8.565 jiwa.
4.2.6 Komposisi Mata Pencaharian
Komposisi Mata Pencaharian Penduduk menurut Kelurahan di Kecamatan Medan Selayang Tahun 2012.
Tabel 6.Komposisi Mata Pencaharian Penduduk
Universitas Sumatera Utara
Dari Tabel 6 dapat dilihat Kelurahan Tanjung Sari mayoritas penduduk merupakan pegawai swasta, dan dari sektor ekonomi perdagangan jumlah pedagang
di Kelurahan Tanjung Sari memiliki penduduk yang bermata pencaharian sebagai pedagang yang terbanyak pada Kecamatan Medan Selayang dibandingkan dengan
kelurahan lainnya.
Universitas Sumatera Utara
4.2.7 Komposisi Pasangan Usia Subur PUS Ber-KB Tabel 7.
Komposisi Pasangan Usia Subur PUS Ber-KB
Universitas Sumatera Utara
4.3 Sejarah Perkawinan Tidak Tercatat di Indonesia
Praktek Perkawinan siri tidak dicatatkan yang kini banyak dilakukan oleh masyarakat di Indonesia tidak lepas dari pengaruh tradisi Islam di Negara-negara
Arab yang dilakukan pada masa setelah Nabi Muhammad SAW dan sahabat- sahabatnya. Hanya saja terdapat beberapa perbedaan dan bahkan penyimpangan apa
yang dilakukan pada masa pensyiaran agama Islam di negara Arab waktu itu dan di
Universitas Sumatera Utara
Indonesia kini. Bahkan istilah nikah siri berkembang diindonesiakan menjadi kawin bawah tangan, meski antara istilah kawin siri dan kawin bawah tangan tidak selalu
sama. Setidak-tidaknya ketidaksamaan itu adalah bila kawin siri identik dengan orang-orang pelaku Islam sementara istilah kawin bawah tangan biasa dilakukan
oleh siapa saja berbagai agama. Namun demikian kedua istilah ini kawin siri dan kawin bawah tangan biasa
dipahami sebagai suatu perkawinan yang mendasarkan dan melalui tata cara pada agama dan kepercayaan serta adat istiadatnya tanpa dilakukan dihadapan dan dicatat
pegawai pencatat nikah seperti yang telah diatur dalam Undang-undang Perkawinan UUP dan Kompilasi Hukum Islam KHI.
Istilah nikah sirri atau nikah yang dirahasiakan memang dikenal di kalangan para ulama, paling tidak sejak masa imam Malik bin Anas. Hanya saja nikah siri yang
dikenal pada masa dahulu berbeda pengertiannya dengan nikah siri pada masa sekarang. Pada masa dahulu yang dimaksud dengan nikah siri yaitu pernikahan yang
memenuhi unsur-unsur atau rukun-rukun perkawinan dan syaratnya menurut syariat, yaitu adanya mempelai laki-laki dan mempelai perempuan, adanya ijab qabul yang
dilakukan oleh wali dengan mempelai laki-laki dan disaksikan oleh dua orang saksi, hanya saja si saksi diminta untuk merahasiakan atau tidak memberitahukan terjadinya
pernikahan tersebut kepada khalayak ramai, kepada masyarakat, dan dengan sendirinya tidak ada i’lanun-nukah pengumuman perkawinan dalam bentuk
walimatul-‘ursy pesta atau dalam bentuk yang lain. Yang dipersoalkan adalah apakah pernikahan yang dirahasiakan, tidak
diketahui oleh orang lain dan diumumkan kepada masyarakat dan tetangga sekitarnya
Universitas Sumatera Utara
sah atau tidak, karena nikahnya itu sendiri sudah memenuhi unsur-unsur dan syarat- syaratnya. Diantara para ahli fiqih terdapat perbedaan pendapat memahami hal ini.
Nikah siri yang dikenal masyarakat seperti disebutkan diatas muncul setelah diundangkannya Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan
dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 sebagai pelaksanaan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974. Dalam kedua peraturan tersebut disebutkan
bahwa tiap-tiap perkawinan selain harus dilakukan menurut ketentuan agama juga harus dicatatkan. Asmin, 1986 : 17
4.4 Tata cara Perkawinan Siri