Rias Jenis. Rias Bangsa. Rias Usia Rias WatakTokoh.

Seni Budaya SD KK F 79 berupa kalung penang galan, susun, ulur, dan sebagainya . Adapun sebagai penghias baju kebaya wanita biasanya dikenakan bros. Baik pria maupun wanita pemain tari daerah biasanya mengenakan ikat pinggang atau pending.Penari pria di Jawa dan Bali umumnya mengenakan keris di pinggang. Di samping kostum tari atau pakaian pentas yang dapat dipisah‐pisahkan, ada pula kostum yang seutuhnya merupakan tiruan dari sesuatu figur atau makhluk tertentu, misalnya kostum binatang pada Wayang Wong gajah, kuda, harimau, dan burung garuda , barong yang merupakan tiruan binatang mitologis di Bali, serta Rangda yang menggambarkan seorang juru tenung wanita berwajah raksasa dengan taring panjang, rambut putih terurai sampai ke tanah, kuku‐kuku tangan panjang, dan buah dada berjuntaian.

2. Tata Rias

Kostum dan tata rias dalam tari begitu dekat hubungan dan peranannya sehingga sulit dipisahkan.Rias tari daerah dapat hanya berupa garis‐garis untuk menegaskan kerut muka, torehantorehan dengan arang dan kapur, sampai tiruan muka seutuhnya dengan topeng untuk menggambarkan watak dan peranan yang dimaksudkan. Berbeda dengan penari Barat yang memiliki seorang juru rias dengan para pembantunya, pada tari daerah di ndonesia setiap pemain dituntut memiliki kemampuan untuk merias dirinya sendiri.Mereka belajar merias diri dari melihat dan praktek langsung, dengan pengarahan seniman‐seniman yang lebih senior. Sejalan dengan teknik rias tari pada umumnya, rias teater daerah dapat dibedakan menjadi rias jenis, rias bangsa, rias usia, rias wataktokoh clan rias aksen. Penjelasannya adalah seperti berikut.

a. Rias Jenis.

Rias ini dilakukan jika seorang penari pria harus mengubah dirinya menjadi wanita, atau sebaliknya. Salah sate contoh rias jenis yang paling menonjol dapat dilihat sampai sekarang dalam tontonan Ludruk: semua peranan wanita dilakukan oleh pria. Tata rias pemain Ludruk untuk tujuan ini benar‐benar DRAFT Kegiatan Pembelajaran 3 80 dilakukan dengan cermat, didukung dandanan tubuh dan rambut sedemikian rupa, sehingga penonton yakin bahwa yang muncul benar‐benar wanita.

b. Rias Bangsa.

Sebenarnya dalam hal rias bangsa, bukan saja rias wajah dan dandanan pakaian., melainkan juga bentuk tubuh serta watak secara keseluruhan sangat membantu keberhasilan pemeranan.

c. Rias Usia

Adalah rias yang mengubah pemeran muda menjadi tua, atau sebaliknya. Untuk mengubah pemeran muda menjadi tua, beberapa tari daerah biasanya memberikan garis‐garis kerut muka yang menandakan ketuaan, memutihkan rambut, serta menambahkan kumis dan janggut yang juga putih. Cara lain yang banyak dilakukan adalah memakai topeng. Cara ini sangat digemari terutama dalam pertunjukan Topeng Bali. Dalam hal ini, dandanan pakaian tidak terlalu dibedakan, tetapi sikap dan gerak tubuh serta ekspresi menggerakkan topeng benar‐benar digarap dengan teliti. al yang sama juga dilakukan dalam pertunjukan Topeng di berbagai daerah di Jawa. Salah satu contohnya adalah Topeng Cirebon: para penari berusia lanjut seperti bu Suji, Dewi, Tarsi menjelma menjadi remaja di balik topeng Pamindo atau Rumyang yang dibawakannya.

d. Rias WatakTokoh.

Dalam dunia pewayangan, berbagai macam watak manusia digambarkan dengan teliti lewat Wanda‐Wanda rant wajah wayang, yang kemudian dilakukan pula dalam Wayang Wong. Watak ksatria halus, misalnya, digambarkan dengan warna wajah putih atau kuning keemasan dengan mata sempit dan selalu menunduk dengan gaga bicara perlahan penuh pertimbangan. Wujud yang serupa dengan pandangan seclikit mendongak, wajah agak kemerahan, misalnya, menandakan orang yang lebih cekatan tindak‐tanduknya, lebih banyak bicara. Wujud yang mirip tetapi dengan mata yang agak besar kedelen menggambarkan watak yang juga berbeda. DRAFT Seni Budaya SD KK F 81 Watak gagah perkasa biasanya digambarkan dengan tambahan kumis tebal dengan bentuk tubuh yang lebih besar dan lebih tinggi. Adapun watak kasar dilukiskan dengan cambang melintang, ujung melengkung, garis wajah kuat dan tebal. Watak jahat digambarkan dengan wajah berwarna merah atau merah tua, kadang‐kadang dengan taring yang mencuat, biasanya pada tokoh‐tokoh raksasa. Postur tubuh yang besar biasanya juga digunakan untuk menggambarkan watak manusia yang lebih mementingkan nafsu lahiriah. Tokoh ksatria yang mementingkan olah batin atau rasa digambarkan dengan Wujud lahir yang relatif ramping, tidak berotot, tetapi mampu mengalahkan otot‐otot yang besar dengan tenaga batiniahnya. Dalam pertunjukan Topeng, bentuk dan ekspresi topengnya sekaligus sudah menggambarkan watak peran yang dibawakan. Di Bali, selain topeng Prabu yang cakap clan tampan ada pula topeng Sidhakarya dengan wajah yang seram clan menakutkan. Topeng‐topeng di Jawa Tengah dan Jawa Barat menggambarkan watak para tokohnya sebagai berikut. Panji yang halus berwajah putih, menunduk, dan bermata sipit. Rumyang yang periang berwajah merah jambu, sedikit tengadah. Adapun Samba atau Gunungsari yang cekatan, sekalipun berwajah putih, lebih mendongak dengan rambut terurai. Tokoh Jingganom yang bodoh clan dungu digambarkan dengan mata melotot. Tokoh Raja Seberang Klana yang gagah perkasa tetapi pemarah digambarkan dengan wajah merah dan kadang‐kadang dengan dua taring yang menonjol.

e. Rias Aksen.