Tata Busana Tari Keurseus Tata Busana Tari Bondan Tata Busana tari Topeng Cirebon

Kegiatan Pembelajaran 3 92 lebih cantik dan tata rambut memakai gelung cepol besar. Perhiasan yang dipakai adalah mahkota, sirkam, bunga yang dipakai di belakang gelung, jurai yang dipakai disebelah kiri gelung, giwang, kalung dan gesper atau thothok yang dipakai diikat pinggang atau slepe. Gambar . Rias dan BusanaTari Denok Deblong KoleksiFoto:Supratiwi

e. Tata Busana Tari Keurseus

Busana tari Keurseus yang disebut sikepan, terdiri atas: Bendo atau udeng, yaitu tutup kepala yang terbuat dari kain batik cetak. Baju tutup prangwadana atau takwa, yaitu jas berlengan panjang dengan leher berdiri dan bukaannya berada di tengah. Sinjang batik, yaitu kain batik yang dililitkan pada bagian bawah tubuh, tepatnya dari pinggang hingga pergelangan kaki. Soder atau sampur, yaitu sejenis selendang yang panjangnya kira‐kira , hingga meter. Perlengkapan lainnya adalah keris, epek belit pinggang , sabuk, kekewer, dan tali bandang rantai emas yang melilit di leher . DRAFT Seni Budaya SD KK F 93 Gambar . Busana tari Keurseus Sumber: www.anjjabar.go.id

f. Tata Busana Tari Bondan

Tari Bondan adalah tari tunggal putri yang berasal dari Surakarta.Tari Bondan dibagi menjadi tari Bondan Cindogo, Tari Bondan Mardisiwi, dan Tari Bondan Pegunungan Tani . Tari Bondan Cindogo dan Tari Bondan Mardisiwi merupakan tari gembira. Tarian tersebut menggambarkan rasa kasih sayang seorang ibu kepada anaknya. Sedangkan, tari Bondan Pegunungan menggambarkan tingkah laku putri asal pegunungan yang sedang asyik menggarap ladang atau sawah. Kostum yang digunakan dalam Tari Bondan adaalah kain wiron baju kotang dan jamang. Penari Tari Bondan dilengkapi dengan perlengkapan berupa boneka dan payung DRAFT Kegiatan Pembelajaran 3 94 Gambar . Tari Bondan Sumber: www.dwpptri‐ny.blogspot

g. Tata Busana tari Topeng Cirebon

Tari Topeng Cirebon telah tumbuh dan berkembang sejak abad ke ‐ M di Jawa Timur, kemudian melalui para seniman jalanan dengan cara bebarang ngamen Tari Topeng masuk ke wilayah Cirebon, muncullah Tari Topeng Cirebon. Tarian tersebut merupakan warisan leluhur yang memiliki nilai adiluhung yang tinggi, oleh sebab itu, sampai saat ini Tari Topeng Cirebon masih diakui keberadaannya dan dipertahankan oleh masyarakat Cirebon dan sekitarnya. Tari Topeng Cirebon terus berkembang bersamaan dengan situasi dan konteks sosial serta kehidupan keagamaan yang mempengaruhinya. Dalam perkembangannya Tari Topeng Cirebon tetap menyimpan makna yang dalam, dan sarat dengan nilai‐nilai slam. Tari Topeng Cirebon dibagi menjadi lima karakter tari yaitu, Tari Topeng Panji, Pamindo atau Samba, Rumyang, Tumenggung, dan Klana. Tari Topeng Cirebon bisa tampil dalam acara‐acara tradisi seperti nyadran, sedekah bumi, upacara nikahan ataupun acara‐acara formal yang diselenggarakan di gedung. Pertunjukan Tari Topeng Cirebon bisa dilaksanakan di lapangan,gedung, aula, atau bahkan di jalanan. Waktu pementasan TariTopeng Cirebon bisa dilakukan pada pagi, siang atau malam hari, yang dapat ditarikan oleh sendiri atau kelompak. Dalam pertunjukan Tari Topeng Cirebon digunakan beberapa perlengkapan yaitu Kostum, Sesaji, Kebon Alas, dan Alat musik DRAFT Seni Budaya SD KK F 95 pengiring. Adapun bentuk penyajian pada Tari Topeng Cirebon bias dipentaskan pada acara‐acara adat maupun acara formal. Tari Topeng Cirebon memiliki fungsi bagi masyarakat Cirebon dan sekitarnya. Perkembangan fungsinya dapat ditelusuri melalui sejarahnya yang berasal dari Tari Topeng sebagai sarana pemujaan, kemudian sebagai media hiburan. Selanjutnya dengan munculnya Tari Topeng Cirebon, Sunan Kalijaga memanfaatkannya sebagai media dakwah penyebaran agama slam. Bagi warga masyarakat pada umumnya penyelenggaraan Tari Topeng Cirebon dapat dijadikan sarana komunikasi. Oleh sebagian orang atau penari, Tari Topeng Cirebon juga berfungsi ekonomis. Serangkaian gerak pada kelima karakter Tari Topeng Cirebon seluruhnya mengandung nilai‐nilai slam, terdapat sembilan gerak pokok yang menjadi inti dari keseluruhan gerak, yaitu, adeg‐ adeg man slam , pasangan tolong‐menolong , capang tolong‐ menolong , banting tangan bekerja keras , jangkungilo mengukur keinginan dengan kemampuan , godeg tidak melakukan perbuatan yang tidak baik , gendut tidak boleh rakus , kenyut senantiasa menyukai hal‐hal yang disukai Allah , dan nindak atau njangka selalu bertindak pada jalan‐Nya . Pada cerita Tari Topeng Cirebon, para wali memasukkan nilai slam dengan merubah cerita tari topeng yang mulanya hanya tarian topeng biasa, menjadi lima karakter yang disebut Panca Wanda. Dari kelima karakter itu merupakan tingkatan cara manusia mendalami slam, yaitu dengan ilmu Tasawuf yang terdiri dari empat tingkatan yaitu Syariat, akekat, Tarekat, dan Ma rifat. Dijelaskan pada diagram Toto Amsar bahwa Panji setingkat dengan Ma rifat, Pamindo Samba dan Rumyang setingkat dengan Tarekat, Tumenggung setingkat dengan akekat, dan Klana setingkat dengan Syariat. Dari penjelasannya dimaksudkan bahwa dalam menjalani hidup kita berusaha untuk menjadi Insanal‐Kamil. Kostum Tari Topeng semula hanya menggunakan penutup bawah saja, tanpa menggunakan baju. Di sinilah slam datang dan menanamkan budaya kesopanan, sehingga kostum Tari Topeng Cirebon menjadi tertutup, bahkan DRAFT Kegiatan Pembelajaran 3 96 pada perkembangannya penari boleh menggunakan jilbab. Pada bagian aksesorisnya pun mengandung nilai‐nilai slam yaitu: badong tidak boleh serakah , Dasi harus selalu memegang syareat slam ,Kaos kaki menghindarkan dari najis Sobrah senantiasa menjaga kehormatan , Ules bersifat jujur , Topeng menggambarkan perwatakan manusia yang mengajarkan kebaikan dan keburukan . Tari Topeng Cirebon diawali sebagai sarana hiburan dan sarana pemujaan terhadap dewa‐dewa, Sunan Kalijaga menjadikannya sebagai media dakwah agama slam sehingga slam mempunyai peranan yang sangat besar terhadap Tari Topeng Cirebon. Melalui Tari Topeng Cirebon juga masyarakat senantiasa menjaga Silaturrahim. Tari Topeng Cirebon Dalam perkembangannya, memperoleh dan memiliki bentuk serta penyajian yang spesifik. Selanjutnya dikenal beberapa macam Tari Topeng Cirebon yaitu Tari Topeng Klana, Tari Topeng Tumenggung, Tari Topeng Rumyang, Tari Topeng SambaPamindo dan Tari Topeng Panji. Semua Tarian tersebut menggunakan topeng sebagai penutup muka dengan jenis topeng yang kemudian dikenal sebagai Panca Wanda berarti lima wanda atau lima rupa . Gambar . PanjiPamindo,Rumyang,Tumenggung,dan Klana Sumber: m.kidnesia.com DRAFT Seni Budaya SD KK F 97 Gambar . Topeng Klana Cirebon Sumber: ulieuyul.blogspot. com Dari gambar topeng dangambar terlihat oleh kalian bahwa garis alis, garis mata, garis mulut dan hidung pada wajah topeng maupun warnanya berbeda. Perbedaan tersebut sangat mencolok memberikan kesan yang berbeda dari dua karakter topeng yang berbeda. Topeng warna putih memberi kesan manusia yang santun, berbudi. Sangat berbeda dengan topeng warna merah yang memberi kesan karakter manusia pemarah atau angkara murka. Oleh karena itu topeng sebagai busana penutup wajah memiliki simbol karakter.

h. Tata Busana Tari Onclong