Dukungan Keahlian Materi Persidangan DPD RI

RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL DPD RI 2015-2019 5 DPD RI telah melaksanakan Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi PMPRB. Transparansi laporan keuangan telah dilaksanakan oleh Setjen DPD RI dengan menyusun Laporan Keuangan yang terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran LRA, Neraca, Laporan Arus Kas LAK dan Catatan Atas Laporan Keuangan CaLK dengan berpedoman pada Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Opini tertinggi dari BPK adalah opini Wajar Tanpa Pengecualian WTP yang salah satu syaratnya adalah penilaian atas capaian standar akuntansi dan pelaporan keuangan memperoleh nilai standar tertinggi dari Kementerian Keuangan. Sekretariat Jenderal telah memperoleh Opini WTP dari BPK RI selama 9 sembilan tahun berturut-turut, sejak tahun 2006, 2007, 2008, 2009, 2010, 2011, 2012, 2013, dan 2014.

b. Dukungan Keahlian Materi Persidangan DPD RI

Dukungan keahlian Setjen DPD RI disesuaikan dengan kebutuhan pelaksanaan tugas DPD RI selama ini. Dukungan tersebut tercermin dari kegiatan yang dilaksanakan oleh Biro Persidangan I dan Biro Persidangan II serta Pusat Kajian Kebijakan dan Hukum dan Pusat Kajian Daerah. Dukungan keahlian dioptimalkan melalui berbagai jenis data dan informasi pendukung sebagai bahan masukan dalam persidanganAlat-Alat Kelengkapan DPD RI. Secara kelembagaan, efektifitas DPD RI sebagai lembaga perwakilan daerah dibuktikan dengan kemampuan kelembagaannya untuk membuat keputusan yang terinformasi. Sementara itu, kemampuan DPD RI adalah kapasitas DPD RI untuk mendapatkan informasi, membangun keahlian kebijakan, dan membuat keputusan secara mandiri dari lembaga-lembaga lain. Kemampuan itu secara kelembagaan sejalan dengan otonomi lembaga yang ditunjukkan melalui pembuatan keputusan dan bertindak secara mandiri dari pemerintah. Otonomi DPD RI sendiri sebenarnya telah digariskan dalam ketentuan Pasal 261 ayat 1 huruf h UU MD3, yang menyebutkan wewenang Pimpinan DPD RI untuk menetapkan arah dan kebijakan anggaran DPD RI. Idealnya, landasan hukum ini menjadi pendorong jajaran Setjen DPD RI untuk lebih profesional melakukan dukungan kepada DPD RI. Setjen DPD RI sebagai supporting system memberikan dukungan keahlianmateri persidangan DPD RI dalam bentuk 1 penyelenggaraan rapatsidang DPD RI; 2 penyusunan draf keputusan DPD RI terkait fungsi legislasi, RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL DPD RI 2015-2019 6 fungsi pengawasan, fungsi penganggaran, dan fungsi representasi DPD RI; 3 penyusunan draf keputusan DPD RI tentang materi non RUU; dan 4 pelaksanaan kajian yang digunakan sebagai background paper alat kelengkapan. Pada Periode keanggotaan DPD RI Tahun 2014-2019, Setjen DPD RI berupaya meningkatkan dukungan kepada pelaksanaan 4 empat fungsi utama DPD RI yaitu dalam perubahan RUU dengan mendorong sistem unit pendukung yang secara khusus melakukan kegiatan di bidang penyusunan dan pembahasan RUU yaitu dengan mengembangkan jabatan fungsional Perancang Perundang- Undangan. Draf keputusan DPD RI terkait fungsi legislasi meliputi naskah usul prolegnas, RUU inisiatif DPD, pandangan pendapat dan pertimbangan terhadap RUU dari DPR maupun Presiden. Penyusunan draft produk legislasi tersebut selanjutnya akan dibahas oleh Anggota DPD di masing-masing alat kelengkapan untuk kemudian diputuskan menjadi keputusan DPD RI dalam Sidang Paripurna DPD RI. Draf keputusan DPD RI yang telah dihasilkan oleh Setjen DPD RI pada tahun 2014 sebanyak 48 empat puluh delapan draf keputusan, tahun 2013 sebanyak 43 empat puluh tiga draf keputusan, tahun 2012 sebanyak 60 enam puluh draf keputusan, tahun 2011 sebanyak 35 tiga puluh lima draf keputusan, dan tahun 2010 sebanyak 33 tiga puluh tiga draf keputusan. Draf keputusan DPD RI terkait fungsi pengawasan disusun dalam rangka DPD RI pengawasan atas pelaksanaan Undang-Undang tertentu yang dilaksanakan oleh pemerintah. Draf keputusan yang telah dihasilkan oleh Setjen DPD RI pada tahun 2014 sebanyak 20 dua puluh draf keputusan, tahun 2013 sebanyak 25 dua puluh lima draf keputusan, tahun 2012 sebanyak 25 dua puluh lima draf keputusan, tahun 2011 sebanyak 13 tiga belas draf keputusan, dan tahun 2010 sebanyak 15 lima belas draf keputusan. Draf keputusan DPD RI terkait fungsi penganggaran meliputi pertimbangan DPD RI terhadap tindak lanjut HAPSEM BPK dan pertimbangan DPD RI terhadap RUR RAPBNAPBNAPBN-P. Draf keputusan yang telah dihasilkan oleh Setjen DPD RI pada tahun 2014 sebanyak 5 lima draf keputusan, tahun 2013 sebanyak 2 dua draf keputusan, tahun 2012 sebanyak 2 dua draf keputusan, tahun 2011 sebanyak 3 tiga draf keputusan, dan tahun 2010 sebanyak 1 satu draf keputusan. Draf keputusan DPD terkait fungsi representasi meliputi draf keputusan tentang pemilihan calon anggota BPK. Draf keputusan tersebut selanjutnya akan RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL DPD RI 2015-2019 7 dibahas oleh Anggota DPD di alat kelengkapan untuk kemudian diputuskan menjadi keputusan DPD RI dalam Sidang Paripurna DPD RI. Jumlah draf keputusan DPD RI tentang pertimbangan DPD RI terhadap calon anggota BPK yang disampaikan kepada DPR RI pada tahun 2014 sebanyak 1 satu draf keputusan sama dengan jumlah draf keputusan yang dihasilkan pada tahun 2013, 2012 dan 2011. Hal ini dilaksanakan sebagaimana amanat Pasal 23F ayat 1 UUD 1945 bahwa anggota BPK RI dipilih oleh DPR RI dengan memperhatikan pertimbangan DPD RI. Draf keputusan DPD RI tentang materi non RUU pada tahun 2014 sebanyak 8 delapan draf keputusanperaturan, tahun 2013 sebanyak 9 Sembilan draf keputusanperaturan, tahun 2012 sebanyak 9 Sembilan draf keputusan peraturan, tahun 2011 sebanyak 9 Sembilan draf keputusanperaturan, dan tahun 2010 sebanyak 4 empat draf keputusanperaturan. Jumlah kajian yang digunakan sebagai background paper oleh alat kelengkapan DPD RI pada tahun 2014 sebanyak 28 dua puluh delapan kajian, Pada tahun 2013 sebanyak 17 tujuh belas kajian, tahun 2012 sebanyak 16 enam belas kajian, tahun 2011 sebanyak 26 kajian, dan tahun 2010 sebanyak 16 enam belas kajian. Selain itu, Setjen DPD RI juga harus memberikan saran kebijakan hasil pemantauan, evaluasi, dan analisis atas perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang hukum. Pemberian saran demikian harus tepat dari sisi substansinya. Hal ini harus dimaklumi karena saran kebijakan tersebut akan digunakan Pimpinan dan Anggota DPD RI dalam mengartikulasikan aspirasi masyarakat dan daerah sehingga apabila terjadi kekeliruan akan dapat merugikan DPD RI secara politis atau masyarakat pada umumnya. Suatu saran kebijakan hasil pemantauan, evaluasi, dan analisis atas perumusan dan pelaksanaan kebijakan dan program pemerintah di bidang hukum dikatakan tepat apabila saran tersebut ditindaklanjuti oleh DPD RI.

c. Dukungan terhadap Peningkatan Kapasitas Kelembagaan DPD RI