92
1 Sebesar 1 satu persen dari jumlah kekayaan yang dijadikan dasar untuk menghitung jumlah pajak yang
dimintakan pengampunan, bagi Wajib Pajak yang pada tanggal ditetapkannya Keputusan Presiden ini telah
memasukkan
Surat Pemberitahuan
Pajak PendapatanPajak Perseroan tahun 1983 dan Pajak
Kekayaan tahun 1984;
2 Sebesar 10 sepuluh persen dari jumlah kekayaan yang dijadikan dasar untuk menghitung jumlah pajak yang
dimintakan pengampunan, bagi Wajib Pajak yang pada tanggal ditetapkannya Keputusan Presiden ini belum
memasukkan
Surat Pemberitahuan
Pajak PendapatanPajak Perseroan tahun 1983 dan Pajak
Kekayaan tahun 1984.
Namun demikian, meskipun sudah diperpanjang selama enam bulan, Gillis menyatakan bahwa Pengampunan Pajak1984ini
telah gagal dan tidak banyak Wajib Pajak yang tertarik untuk memanfaatkannya. Selain itu, sepertinya Pemerintah belum
terlalu memberikan perhatian yang besar terhadap sektor pajak, terutama mengingat masih adanya alternatif
pembiayaan pembangunan dari sektor migas, perdagangan internasional, maupun utang luar negeri.
c. Program Sunset Policy 2008
Sunset Policy di tahun 2008 dapat dikatakan sebagai program
paripurna modernisasi pajak pada periode 2001 – 2007. Pada tahun 2008 tersebut jumlah NPWP baru bertambah sebanyak
5.365.128 NPWP, SPT tahunan bertambah sebanyak 804.814 SPT dan penerimaan PPh meningkat sebesar Rp7,46 triliun.
Dari tiga kebijakan pengampunan pajak yang pernah dilaksanakan, Sunset Policy 2008 adalah kebijakan yang dianggap
berhasil karena realisasi penerimaan pajak pada tahun 2008 telah mencapai target yang ditetapkan dalam APBN. Namun demikian,
data kepatuhan Wajib Pajak pada tahun 2009 menunjukkan bahwa Wajib Pajak yang tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. 021 23529000, Fax 021 3520177, Email: sekretariatmahkamahkonstitusi.go.id
93
Tahunan mencapai 47,39 persen dari total Wajib Pajak sebanyak 15.469.590. Hal ini menunjukkan masih rendahnya tingkat
kepatuhan dan kemungkinan Wajib Pajak kembali ke perilaku ketidakpatuhan. Di samping itu, dari sisi administrasi perpajakan
tidak dapat dibedakan antara Wajib Pajak yang memanfaatkan Sunset Policy
dengan Wajib Pajak yang menyampaikan SPT tahunan sehingga tidak dapat dilakukan monitoring tingkat
kepatuhan pada tahun-tahun berikutnya. Beberapa hal utama yang menjadi kendala pelaksanaan sunset policy antara lain: i
pengampunan hanya meliputi sanksi administrasi; ii ketidaksiapan sistem administrasi perpajakan; iii jangka waktu
pelaksanaan terlalu pendek.
6 Tujuan Dan Manfaat Dari Dilaksanakannya UU Pengampunan Pajak
UU Pengampunan Pajak Bertujuan Untuk Mendorong Pertumbuhan Perekonomian, Sekaligus Tonggak Reformasi
Perpajakan Menuju Sistem Perpajakan Yang Lebih Berkeadilan Serta Perluasan Basis Data
Tujuan dari pengampunan pajak adalah: 1. mempercepat pertumbuhan dan restrukturisasi ekonomi
melalui pengalihan Harta, yang antara lain akan berdampak terhadap peningkatan likuiditas domestik, perbaikan nilai tukar
Rupiah, penurunan suku bunga, dan peningkatan investasi; Hal tersebut dilakukan melalui repatriasi harta yang berada di
luar negeri. atas harta yang telah direpatriasi perlu untuk tetap berada di dalam negeri selama jangka waktu tertentu holding
period . Dengan adanya klausul holding period diharapkan
akan dapat mendukung proses pertumbuhan ekonomi di masa depan.
2. kebijakan Pengampunan Pajak ditujukan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional, dimana dana yang berhasil
direpatriasi ke dalam negeri atau dana yang selama ini berada di underground economy dapat dimunculkan untuk aktivitas
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. 021 23529000, Fax 021 3520177, Email: sekretariatmahkamahkonstitusi.go.id
94
yang menunjang pertumbuhan ekonomi sehingga arah pembangunan ekonomi dapat lebih tertata dan terarah untuk
kesejahteraan rakyat.
3. mendorong reformasi perpajakan menuju sistem perpajakan yang lebih berkeadilan serta perluasan basis data perpajakan
yang lebih valid, komprehensif, dan terintegrasi dengan meningkatkan basis pemajakan nasional. Aset atau harta yang
diungkapkan dalam permohonan Pengampunan Pajak dapat dimanfaatkan untuk pemajakan dimasa yang akan datang.
Tentunya kebijakan Pengampunan Pajak harus disertai dengan perbaikan adminitrasi perpajakan di Direktorat
Jenderal Pajak sehingga diharapkan Pengampunan Pajak menjadi era baru reformasi adminitrasi perpajakan modern
yang mampu untuk menjaring dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang pada akhirnya akan semakin meningkatkan
penerimaan pajak ke depan.
4. penyelenggaraan kebijakan pengampunan pajak merupakan salah satu cara untuk meningkatkan penerimaan dalam jangka
pendek. Sementara untuk jangka panjangnya adalah untuk meningkatkan kepatuhan pajak di masa yang akan datang dan
perluasan basis data perpajakan yang akan berdampak pada meningkatnya penerimaan negara dari sektor perpajakan.
Adapun manfaat yang diperoleh dari pengampunan pajak antara lain sebagai berikut:
1. meningkatkan penerimaan negara dan pertumbuhan perekonomian;
2. meningkatkan kesadaran dan kepatuhan masyarakat dalam pelaksanaan kewajiban perpajakan di masa yang akan
datang;
3. mempercepat pertumbuhan dan restrukturisasi ekonomi; 4. meningkatkan ketersediaan likuiditas dalam negeri;
5. menguatkan nilai tukar Rupiah; 6. menurunkan suku bunga;
7. meningkatkan investasi;
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. 021 23529000, Fax 021 3520177, Email: sekretariatmahkamahkonstitusi.go.id
95
8. mendorong reformasi perpajakan menuju sistem perpajakan yang lebih berkeadilan;
9. memperluas basis data perpajakan yang lebih valid, komprehensif, dan terintegrasi;
10. meningkatkan penerimaan pajak yang signifikan dalam jangka pendek guna pembiayaan pembangunan;
11. mewujudkan rekonsiliasi perpajakan nasional; 12. mendorong pertumbuhan ekonomi melalui repatriasi harta di
luar negeri; 13. meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak;
14. menambah informasi mengenai daftar kekayaan Wajib Pajak; 15. memperbaiki struktur ekonomi melalui peningkatan
pembentukan modal di dalam negeri; 16. meningkatkan penerimaan dalam jangka pendek untuk
menutup kebutuhan anggaran negara; Selain itu, secara umum kebijakan pengampunan pajak berfungsi
untuk melakukan pembinaan, sosialisasi, penelitian dan pengawasan terhadap pelaksanaan kewajiban perpajakan. Hal ini
dimaksudkan agar dapat menggerakkan peran serta semua lapisan subjek pajak dalam meningkatkan penerimaan dalam
negeri. Dengan Pengampunan Pajak, muncul harapan dimulainya suatu hubungan atau permulaan yang baru. Oleh karenanya tidak
berlebihan apabila kebijakan-kebijakan strategis Pengampunan Pajak, memberikan manfaat yang luas baik sebagai penerimaan,
repatriasi harta, media pembaharuan sosial, administrasi perpajakan, atau bahkan rekonsiliasi perpajakan nasional.
Pelaksanaan kebijakan pengampunan pajak atau pengampunan pajak memiliki peranan yang strategis dan memberikan manfaat
terhadap pembangunan.Pengampunan pajak dapat digunakan sebagai sarana untuk menghimpun pendapatan atau penerimaan
negara dari sektor pajak secara cepat dalam jangka waktu yang relatif singkat. Di sisi lain, kebijakan pengampunan pajak dapat
memberikan manfaat perolehan dana milik warga Negara
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. 021 23529000, Fax 021 3520177, Email: sekretariatmahkamahkonstitusi.go.id
96
Indonesia yang disimpan di luar negeri atau mendorong repatriasi harta yang berada di luar negeri.
Dalam pengampunan pajak dapat dibuat suatu insentif atas harta yang direpatriasi.Insentif ini dapat berupa tarif tebusan yang lebih
rendah bila harta direpatriasi, dibandingkan bila harta hanya dideklarasikan saja. Repatriasi harta dapat menjadi tambahan
modal bagi sektor keuangan dan sektor riil di dalam negeri. Tambahan modal di sektor keuangan akan mengurangi cost of
capital , sedangkan tambahan modal disektor riil akan dapat
digunakan untuk ekspansi bisnis, mempercepat pertumbuhan dan restrukturisasi ekonomi, melalui pengalihan harta, yang diharapkan
akan berdampak terhadap peningkatan likuiditas domestik, perbaikan nilai tukar rupiah, penurunan suku bunga, dan
peningkatan investasi. Manfaat lain dari Pengampunan Pajak ditataran yang lebih filosofis
adalah munculnya harapan akan dimulainya suatu hubungan yang baru antara fiskus dengan Wajib Pajak, yang pada akhirnya akan
memperluas basis data perpajakan dan memberikan manfaat yang luas baik sebagai penerimaan, media pembaharuan sosial,
administrasi perpajakan, atau bahkan rekonsiliasi perpajakan nasional.
Dari tujuan dan manfaat atas pengampunan pajak di atas, terlihat bahwa UU Pengampunan Pajak lebih diutamakan untuk
kepentingan mendorong pertumbuhan perekonomian negara. Selanjutnya, pengampunan pajak merupakan tonggak reformasi
perpajakan menuju sistem perpajakan yang lebih berkeadilan serta perluasan basis data perpajakan yang lebih valid,
komprehensif, dan terintegrasi dengan pertama-tama memberikan Wajib Pajak jembatan untuk kembali patuh bridge to legality.
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, UU Pengampunan Pajak semata-mata ditujukan untuk mewujudkan kesejahteraan bagi
seluruh rakyat Indonesia sesuai dengan amanat Pembukaan UUD 1945 yang menyatakan bahwa Pemerintah Negara Republik
Indonesia bertanggung jawab untuk melindungi segenap bangsa
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. 021 23529000, Fax 021 3520177, Email: sekretariatmahkamahkonstitusi.go.id
97
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. Selanjutnya bahwa Pasal 28I ayat 4 UUD 1945 juga telah mengamanatkan
bahwa perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi manusia adalah tanggung jawab negara, terutama
Pemerintah. Berdasarkan amanat Pasal 28I ayat 4 UUD 1945 tersebut, maka jelas bahwa negara, terutama Pemerintah
mempunyai kewajiban untuk berusaha secara sungguh-sungguh dan semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan yang
dimilikinya untuk menjamin dan menyelenggarakan keselamatan, kesejahteraan, dan penghidupan yang layak bagi seluruh rakyat
Indonesia. Untuk mewujudkan secara nyata penyelenggaraan keselamatan, kesejahteraan, dan penghidupan yang layak bagi
seluruh rakyat Indonesia tersebut, Pemerintah melaksanakan program-program seperti antara lain program pembangunan
infrastruktur, penyerapan tenaga kerja, subsidi, pendidikan, bantuan sosial, jaminan kesehatan dan jaminan sosial lainnya.
Selanjutnya bahwa untuk mewujudkan program-program tersebut, tentunya Pemerintah membutuhkan dana yang sebagian besar
ditopang oleh penerimaan pajak. Selain itu, untuk menggerakan sektor perekonomian serta penyerapan tenaga kerja, maka
investasi baik yang berasal dari domestik maupun luar negeri juga sangat dibutuhkan.
Oleh karena itu, kebijakan Pengampunan Pajak yang diatur dengan UU Pengampunan Pajak ini merupakan salah satu upaya
Pemerintah untuk mewujudkan amanat Pembukaan UUD 1945 dan merupakan pelaksanaan dari Pasal 28I ayat 4 UUD 1945
tersebut, karena kebijakan Pengampunan Pajak tidak hanya untuk mendapatkan penerimaan pajak, namun juga untuk menggerakkan
sektor perekonomian, menyerap tenaga kerja, dan meningkatkan daya beli masyarakat dengan masuknya dana hasil repatriasi yang
harus ditanamkan di Indonesia selama minimal 3 tahun.
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. 021 23529000, Fax 021 3520177, Email: sekretariatmahkamahkonstitusi.go.id
98
7 Dampak Apabila UU Pengampunan Pajak Dibatalkan Pembatalan UU Pengampunan Pajak Dapat Mengakibatkan
Terhambatnya Program Pembangunan Demi Tercapainya Tujuan Negara Indonesia
UU Pengampunan Pajak memiliki arti strategis bagi kesejahteraan masyarakat Indonesia secara umum dan secara khusus pada
perekonomian negara. Berikut akan kami uraikan dampak-dampak yang mungkin timbul apabila UU Pengampunan Pajak ini
dibatalkan: a Penurunan tingkat kepercayaan publik kepada Pemerintah
Pembatalan UU Pengampunan Pajak akan memicu penurunan tingkat kepercayaan publik kepada Pemerintah yang kemudian
akan memberikan dampak buruk pada iklim investasi di Indonesia. Hal ini akan menjadi sinyal ketidakpastian hukum
bagi para investor yang telah dan akan menanamkan dananya di Indonesia serta menurunkan kepercayaan masyarakyat atas
kebijakan-kebijakan
yang akan
diambil Pemerintah
selanjutnya.
b Shortfall Realisasi Penerimaan Perpajakan
. Program Pengampunan Pajak diproyeksikan dalam APBN-P
2016 dapat menambah penerimaan negara sebesar 165 Triliun Rupiah dari tebusan yang dibayarkan oleh Wajib Pajak
yang mengikuti program tersebut. Jika pembatalan UU Pengampunan Pajak terjadi, maka potensi penerimaan negara
tersebut terancam tidak didapatkan dan target penerimaan negaraakan semakin sulit tercapai. Dengan menurunnya
realisasi penerimaan negara, maka defisit anggaran pun akan semakin lebar dan membuat ruang fiskal pemerintah semakin
tipis.
c Terhambatnya program pembangunan yang telah
direncanakan Pemerintah.
Pembangunan di Indonesia akan terhambat karena dana yang akan digunakan untuk membangun infrastruktur dan
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. 021 23529000, Fax 021 3520177, Email: sekretariatmahkamahkonstitusi.go.id
99
percepatan pertumbuhan ekonomi yang diharapkan masuk ke Indonesia melalui tax amnesty gagal didapatkan. Target
pertumbuhan ekonomi terancam tidak tercapai karena kekurangan sumber dana sebagai pemacu penggerak
perekonomian Negara. Program-program untuk meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup rakyat yang diselenggarakan
oleh pemerintah menjadi tidak dapat diselenggarakan secara optimal.
Dana yang didapatkan dari program pengampunan pajak diharapkan akan bergulir dalam perekonomian indonesia dan
membantu meningkatkan aktivitas perekonomian masyarakat. Dengan tumbuhnya aktivitas-aktivitas ekonomi baru dari dana
yang masuk tersebut diharapkan tumbuh potensi pajak baru yang pada akhirnya dapat meningkatkan penerimaan pajak
negara. Namun jika UU Pengampunan Pajak dibatalkan, dampak-dampak positif tersebut menjadi tidak terwujud dan
penerimaan negara akan stagnan.
d Negara semakin tergantung pada utang luar negeri yang lebih besar.
Program pemerintahan saat ini yang menargetkan pembangunan infrastruktur dalam jumlah besar membutuhkan
sumber dana dalam jumlah yang masif. Tax amnesty membantu mendukung programa pemerintah tersebut dengan
menyediakan dana di dalam negeri dengan merepatriasi dana Wajib Pajak indonesia yang berada di luar negeri. Jika UU
Pengampunan Pajak dibatalkan maka potensi repatriasi dana dalam rangka membiayai program pembangunan yang
dicanangkan oleh pemerintah tidak akan didapatkan. Sehingga pembangunan akan mencari sumber pendanaan lainnya dari
luar negeri yang berarti utang luar negeri pemerintah indonesia akan bertambah dan menambah beban di masa mendatang.
Dalam jangka panjang utang luar negeri yang besar akan menyebabkan nilai tukar rupiah jatuh dan memberatkan
komposisi APBN pada tahun-tahun berikutnya.
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. 021 23529000, Fax 021 3520177, Email: sekretariatmahkamahkonstitusi.go.id
100
e Memperdalam dampak buruk dari efek perlambatan ekonomi global bagi Indonesia.
Kondisi perekonomian Indonesia sangat rentan terpengaruh dengan perkembangan situasi global. Perlambatan ekonomi
global yang ditandai dengan menurunnya harga komoditas- komoditas yang selama ini menjadi andalan ekspor Indonesia
mengakibatkan menurunnya aktivitas perekonomian di dalam negeri. UU Pengampunan Pajak adalah sebagai salah satu
langkah
pemerintah dalam
meningkatkan aktivitas
perekonomian di dalam negeri dengan membawa kembali dana yang selama ini ditempatkan di luar negeri. Pertumbuhan
ekonomi yang inklusif diharapkan dapat terwujud dengan datangnya dana dari program Pengampunan Pajak.
Jika UU Pengampunan Pajak dibatalkan, multiplier effect dari repatriasi dana yang diharapkan sebagai tenaga baru
penggerak perekonomian tidak dapat terwujud.
f Terhambatnya Perbaharuan dan Perluasan basis data perpajakan
. Salah satu manfaat dari Pengampunan Pajak adalah dengan
meningkatnya basis data perpajakan yang dimiliki oleh Direktorat Jenderal Pajak. Peningkatan basis data perpajakan
akan sangat bermanfaat bagi penggalian potensi pajak pada tahun-tahun berikutnya. Tanpa UU Pengampunan Pajak yang
menjadi bridge to legality Jembatan kepatuhan bagi Wajib Pajak yang menempatkan dananya di luar negeri, maka data-
data mengenai harta tersebut akan sulit didapatkan oleh otoritas perpajakan karena wewenang otoritas perpajakan saat
ini yang masih lemah. Penambahan basis data perpajakan akan mendorong reformasi perpajakan menuju sistem
perpajakan yang lebih berkeadilan.
Selain hal-hal tersebut di atas, apabila UU Pengampunan Pajak dibatalkan, setidak-tidaknya akan menimbulkan dampak sebagai
berikut:
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. 021 23529000, Fax 021 3520177, Email: sekretariatmahkamahkonstitusi.go.id
101
i. berkurangnya penerimaan negara yang berasal dari perpajakan;
ii. hilangnya target penerimaan perpajakan yang berasal dari Uang Tebusan sebesar Rp165 triliun;
iii. tidak terlaksananya program-program pembangunan yang telah direncanakan ataupun sedang dalam pengerjaan;
iv. mengurangi potensi pertumbuhan ekonomi; v. pengakuratan basis data perpajakan tidak dapat dilakukan,
sehingga pemungutan pajak pada tahun-tahun berikutnya tidak dapat dilaksanakan secara maksimal;
vi. arus modal dan investasi yang diharapkan masuk ke dalam negeri tidak jadi terlaksana;
vii. hilangnya potensi pajak yang seharusnya dapat dipungut oleh Negara;
viii. menimbulkan ketidakpastian hukum terhadap Wajib Pajak yang telah mengikuti pengampunan pajak dan terhadap pihak-
pihak yang telah terlibat dalam pengampunan pajak;
B. Tanggapan Atas Permohonan Para Pemohon