12
e. Dengan dikabulkannya permohonan pencabutan undang-undang pengampunan pajak ini maka kerugian konstitusional para Pemohon
akibat diperlakukan secara berbeda serta tidak terpenuhinya kebutuhan publik karena minimnya penerimaan negara akibat tidak
adanya penegakkan hukum terhadap para penghindar pajak jumlah besar tidak akan terjadi.
14. Bahwa kerugian konstitusional para Pemohon ini timbul akibat hak konstitusional para Pemohon yang diberikan oleh UUD 1945 dirugikan
oleh Pasal 1 ayat 1, Pasal 1 ayat 7, Pasal 3 ayat 1, Pasal 4, dan Pasal 5 UU Pengampunan Pajak.
1. Bahwa, hak konstitusional para Pemohon dijamin oleh Pasal 23A UUD 1945 yang telah memberikan jaminan pada pokoknya
menegaskan bahwa pajak dan pungutan lain adalah bersifat memaksa untuk keperluan negara yang kemudian diatur oleh
Undang-Undang;
2. Bahwa, hak konstitusional para Pemohon dijamin oleh Pasal 28D ayat 1 UUD 1945 yang telah memberikan hak dan jaminan kepada
para Pemohon untuk memajukan diri dalam memperjuangkan kepentingan kolektif untuk membangun kemajuan masyarakat,
bangsa dan negara;
3. Bahwa, hak konstitusional para Pemohon dijamin oleh Pasal 28I ayat
4 UUD 1945, pada pokoknya telah menegaskan bahwa Perlindungan, Pemajuan, penegakan, dan Pemenuhan Hak Asasi
Manusia HAM adalah tanggungjawab negara terutama Pemerintah. Dengan demikian, Pemerintah memiliki kewajiban melindungi HAM
para Pemohon;
15. Bahwa selain itu potensi kerugian yang timbul dengan diberlakukannya UU Pengampunan Pajak ini diakibatkan oleh hal-hal sebagai berikut:
1. Bahwa, lemahnya dan inkonstitusionalnya definisi pengampunan pajak dan uang tebusan sebagaimana diatur dalam Pasal 1 angka 1
dan Pasal 1 angka 3 UU Pengampunan Pajak dan tidak jelasnya mekanisme rapatriasi dan deklarasi dengan discount yang besar
kepada para pengemplang pajak sebagaimana diatur dalam Pasal 3
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. 021 23529000, Fax 021 3520177, Email: sekretariatmahkamahkonstitusi.go.id
13
ayat 1, Pasal 4 dan Pasal 5 UU Pengampunan Pajak jelas merugikan hak konstitusional para Pemohon;
2. Bahwa, para Pemohon menginginkan adanya sebuah kesamaan dan kesetaraan bagi setiap warga negara dalam hal pembayaran pajak,
dimana dengan adanya Pengampunan Pajak kepada para penghindar pajak atau pihak tertentu yang tidak taat terhadap
pembayaran pajak mendapatkan pengampunan pajak, adalah sebuah wujud ketidaksetaraan, mengingat seharusnya diberikan
sanksi sebagaimana diatur dalam Undang-Undang disektor perpajakan;
3. Bahwa, para Pemohon menginginkan adanya sebuah kesamaan dalam perlakuan bagi setiap warga negara dimana repatriasi dan
deklarasi pajak telah memberikan kekhususan dan keistimewaan kepada orang yang tidak taat pajak melalui discount yang besar
sehingga dapat menimbulkan potensi berkurangnya pendapatan negara di sektor pajak;
4. Bahwa para Pemohon menginginkan adanya ketegasan dan kejelasan dalam hal pembayaran pajak sebagaimana telah
ditegaskan dalam Pasal 23A UUD 1945 yang telah menegaskan bahwa pajak dan pungutan lain adalah bersifat “memaksa” yang
kemudian diatur dalam Undang-Undang;
5. Bahwa, kerugian potensial juga berupa kekhawatiran yang akan terjadi di masa mendatang, dimana, jika pasal-pasal yang melanggar
hak konstitusional para Pemohon masih berlaku, maka ke depan warga negara berpotensi kehilangan haknya dalam turut serta
memajukan pembangunan. Selain itu hak asasi manusia para Pemohon untuk mendapatkan pendidikan dan kesehatan
sebagaimana telah dijamin oleh Undang-Undang Dasar salah satu hak konstitusional, berpotensi mengalami defisit karena adanya
Pengampunan Pajak ;
6. Bahwa, seharusnya tanpa adanya UU Pengampunan Pajak, dengan menggunakan regulasi yang ada, negara tetap dapat melakukan
penarikan dana dari para wajib pajak, khususnya terhadap pihak yang selama ini menghindari pajak danatau menempatkan dananya
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. 021 23529000, Fax 021 3520177, Email: sekretariatmahkamahkonstitusi.go.id
14
di dalam negeri maupun di luar negeri. Akan tetapi hal tersebut harus disertai dengan komitmen penegakan hukum yang bertujuan untuk
meningkatkan pembangunan. Hal tersebut telah diatur dalam Undang-Undang di sektor perpajakan;
7. Bahwa, jika pun dibuat Undang-Undang baru tentang perpajakan, maka seharusnya, Undang-Undang tersebut memperkuat Undang-
Undang Perpajakan, karena tujuan dibentuknya UU Pengampunan Pajak pertama, mempercepat pertumbuhan dan restrukturisasi
ekonomi melalui pengalihan Harta, yang antara lain akan berdampak terhadap peningkatan likuiditas domestik, perbaikan nilai tukar
Rupiah, penurunan suku bunga, dan peningkatan investasi. Kedua, mendorong reformasi perpajakan menuju sistem perpajakan yang
lebih berkeadilan serta perluasan basis data perpajakan yang lebih valid, komprehensif, dan terintegrasi. Ketiga, meningkatkan
penerimaan pajak, yang antara lain akan digunakan untuk pembiayaan pembangunan, tidak akan dapat terlaksana dengan
memberikan hak khusus impunitas kepada pengemplang pajak, sehingga ada pembebasan atas kewajiban membayar pajak yang
sesuai ketentuan hukum perpajakan.
16. Bahwa, terkait gambaran normatif kerugian nyata yang timbul akibat UU Pengampunan Pajak ini adalah terhambatnya upaya meningkatkan
penerimaan pajak, yang antara lain akan digunakan untuk pembiayaan pembangunan.
17. Bahwa, UU Pengampunan Pajak ini memberikan keistimewaan kepada para penghindar pajak, hal mana terlihat di dalam UU Pengampunan
Pajak, khususnya di dalam Pasal 1 angka 1 juncto Pasal 1 angka 7
juncto Pasal 4 apabila dibandingkan dengan kewajiban pembayaran
pajak dengan menggunakan skema perhitungan kitab Undang-Undang Perpajakan.
Perhitungan Pembayaran Pajak Penghasilan dengan skema UU
Pengampunan Pajak Perhitungan Pembayaran Pajak
Penghasilan dengan skema kitab UU Perpajakan
Pasal 4 ayat 1 : “tarif uang tebusan harta dalam NKRI
Penghasilan Netto Kena Pajak
Tarif Pajak
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. 021 23529000, Fax 021 3520177, Email: sekretariatmahkamahkonstitusi.go.id
15
harta diluar NKRI yang dialihkan ke dalam NKRI :
a. 2 untuk
periode penyampaian
Surat Pernyataan pada bulan Juli –
September 2016; b. 3
untuk periode
penyampaian Surat
Pernyataan bulan Oktober – Desember 2016
c. 5 untuk
periode penyampaian
Surat Pernyataan bulan Januari –
Maret 2017 Sampai dengan
50 juta 5
50 juta sampai dengan 250 juta
15 250 juta sampai
dengan 500 juta 25
Diatas 500 juta 30
18. Bahwa dengan memberlakukan UU Pengampunan Pajak, para Pemohon yang merupakan masyarakat kelas menengah ke bawah
merasa didiskriminasi dan pasti dirugikan, karena negara secara otomatis kehilangan penerimaan yang signifikan seharusnya diperoleh
dengan mekanisme perhitungan menggunakan kitab uu perpajakan yang ada; padahal penerimaan pajak tersebut selayaknya digunakan
untuk berbagai proyek pembangunan sarana umum seperti jalan, jembatan, sekolah, rumah sakit, biaya pendidikan, biaya kesehatan
yang kesemuanya merupakan hak dari masyarakat dan khususnya sangat diperlukan oleh masyarakat kelas menengah ke bawah.
19. Bahwa, secara spesifik diskriminasi dan perbedaan dalam UU Pengampunan Pajak melalui kebijakan discount yang tinggi dari
Pemerintah terhadap para penghindar atau pengemplang pajak ketika merepatriasi dan deklarasi asetnya harta dan uang dihapuskan dari
sanksi atau hukuman bagi administrasi maupun pidana pajak;
Sehubungan dengan hal di atas, para Pemohon yang memiliki hak untuk turut serta memajukan masyarakat, bangsa dan negaranya, berpandangan
bahwa UU Pengampunan Pajak bertentangan dengan hak konstitusional para Pemohon yang merupakan warga negara Indonesia yang berhak
mendapatkan perlakuan yang sama berdasarkan ketentuan perundang- undangan yang dijamin oleh konstitusi. Dengan demikian, para Pemohon
selaku orang-orang yang mempunyai kepentingan yang sama sebagai warga negara Indonesia jelas telah memenuhi ketentuan legal standing
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. 021 23529000, Fax 021 3520177, Email: sekretariatmahkamahkonstitusi.go.id
16
sebagaimana ditentukan dalam Pasal 51 ayat 1 huruf a UU MK yang berbunyi “Pemohon adalah orang perorangan yang menganggap hak
danatau kewenangan konstitusionalnya dirugikan oleh berlakunya undang-
undang. Dengan demikian, para Pemohon memiliki kedudukan hukum legal
standing sebagai pemohon pengujian Undang-Undang dalam perkara
permohonan uji materil ini karena telah memenuhi ketentuan Pasal 51 ayat 1 UU MK beserta Penjelasannya dan 5 lima syarat kerugian hak
konstitusional sebagaimana pendapat Mahkamah Konstitusi.
IV. Fakta-Fakta Hukum