149
Pada akhirnya Wajib Pajak harus memilih home base usahanya dalam memenuhi kewajiban perpajakan di negara yang mereka yakini akan memberikan
keamanan dan kenyamanan dalam berinvestasi. Oleh karenanya, kebijakan Pengampunan Pajak harus dimaknai sebagai salah satu kebijakan ekonomi untuk
menarik para Wajib Pajak tersebut untuk menempatkan dananya di negara sendiri yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sebagaimana dalam
keterangannya DPR, menyampaikan bahwa pengampunan pajak perlu dipertimbangkan secara khusus oleh Pemerintah Indonesia untuk memberikan
kesempatan terakhir atau One Shoot Opportunity bagi Wajib Pajak untuk melakukan on shore maupun off shore tax evasion dengan tujuan utama sebagai
wahana rekonsiliasi perpajakan nasional.
Sejalan dengan keterangan yang telah disampaikan oleh DPR RI, bahwa dapat kami sampaikan, pada periode yang bersamaan ini, terdapat 13 negara
yang juga sedang melakukan program Pengampunan Pajak dengan berbagai modifikasinya Argentina, Trinidad dan Tobago, Thailand, Honduras, Korea
Selatan, Fiji, Pakistan, Giblartar; sedangkan Negara yang khusus melakukan repatriasi
offshore voluntray disclosure program, yaitu Israel, Malaysia, Rusia, Brasil, dan India. Sebelumnya sudah ada 24 negara terlebih dahulu menerapkan
kebijakan pengampunan pajak, artinya kebijakan tersebut sudah diterapkan di 37 negara.
Selain menyampaikan keterangan, Presiden mengajukan 12 dua belas ahli yang menyampaikan keterangan secara lisan dan tertulis pada sidang
tanggal 31 Oktober dan 8 Oktober 2016, yaitu Dr. Muhamad Chatib Basri, S.E., M.Ec., Ph.D.; Prof. Dr. Gunadi, M.Sc.Ak.; Darussalam, S.E. Ak., M.Si., LL.M.
Int Tax.; Yustinus Prastowo, S.E., M.Hum., M.A.; Prof. Dr. Saldi Isra, S.H., MPA.; Prof. Dr. Romli Atmasasmita, S.H., LL.M.; Dr. Refly Harun, S.H., M.H.,
LL.M.; Dr. Zainal Arifin Mochtar, S.H., LL.M.,
serta para ahli yang
menyampaikan keterangan tertulis, yaitu Prof. Dr. Eddy O.S. Hiariej, S.H., M.Hum.; Prof. Wihana Kirana Jaya, M.Soc.Sc., Ph.D.; Dr. W. Riawan Tjandra,
S.H., M.Hum.; dan Dr. Maruarar Siahaan, S.H., yang pokok keterangannya
sebagai berikut:
1. Dr. Muhamad Chatib Basri, S.E., M.Ec., Ph.D.
Bahwa berdasarkan gambar sebelah dalam keterangan Ahli, Ahli ingin menunjukkan data, perkembangan ekonomi global terus mengalami
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. 021 23529000, Fax 021 3520177, Email: sekretariatmahkamahkonstitusi.go.id
150
penurunan, utamanya terjadi sejak tahun 90-an. Kemudian dalam gambar di sebelah kanan, juga terlihat bahwa setelah krisis ekonomi global di tahun
2007-2008, terjadi sedikit pembaikan tetapi setelah itu perekonomian dunia terus mengalami penurunan.
Dengan demikian, pesan yang ingin Ahli sampaikan dari gambar tersebut adalah Indonesia menghadapi sebuah periode yang berbeda di dalam
perkembangan ekonomi yang praktis di dalam beberapa tahun terakhir terjadi pelemahan pertumbungan ekonomi global, dan ini tidak hanya terjadi di
Indonesia tetapi juga terjadi di berbagai negara di dunia. Mengapa ini penting? Ini akan berpengaruh kepada produk-produk yang dihasilkan oleh Indonesia.
Ahli dapat menunjukkan di dalam gambar berikutnya bahwa harga minyak sejak dari tahun 2014, mulai menunjukkan penurunan yang cukup
signifikan. Penurunan harga minyak itu mempunyai implikasi kepada harga energi dan komoditas. Contohnya, jika harga minyak mahal, maka orang akan
mencari substitusi untuk mengganti minyak itu. Sehingga, misalnya permintaan terhadap kelapa sawit akan meningkat, jika harga minyak naik, maka orang
akan mencari kelapa sawit sebagai pengganti minyak atau orang akan meminta batubara sebagai bahan pengganti minyak. Akibatnya, kalau harga
minyak naik, harga energi dan komuditas juga mengalami penaikan.
Tetapi yang terjadi sejak 2014, harga minyak mengalami penurunan seperti yang terjadi di dalam gambar grafik. Kalau harga minyak menurun,
maka orang juga akan mengurangi permintaannya terhadap kelapa sawit atau terhadap batu bara. Mengapa Ahli menyebut kelapa sawit dan batu bara?
Karena keduanya merupakan produk utama dari ekspor Indonesia. 60 dari ekspor Indonesia adalah ekspor yang terkait dengan energi dan komoditas.
Sehingga, kalau harga ekspornya mengalami penurunan, maka energi dan komoditasnya juga mengalami penurunan. Hal tersebut yang menjelaskan
mengenai hal yang membedakan situasi pada tahun 2009 dengan sekarang.
Jika melihat dalam grafik dalam keterangan ahli, tahun 2007 dan tahun 2008 terjadi global financial crisis. Tetapi jika melihat di dalam grafik, sejak
2008-2009, 2009 tepatnya, harga komoditas dan harga minyak terus mengalami peningkatan. Kalau harga komoditas dan harga energi terus
mengalami peningkatan, berarti revenue dari negara juga menagalami peningkatan. Mengapa? Karena 60 penerimaan ekspor berasal dari
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. 021 23529000, Fax 021 3520177, Email: sekretariatmahkamahkonstitusi.go.id
151
perusahaan yang berorientasi seperti kelapa sawit dan batu bara. Jika mereka diuntungkan dengan harga yang baik, akibatnya penerimaan pajaknya juga
meningkat, tetapi situasi tersebut berbeda dengan yang terjadi pada tahun 2014. Di tahun 2014, harga komoditas dan energi mengalami penurunan. Hal
itu dapat dilihat di pada gambar berikutnya dalam keterangan Ahli, dalam gambar sebelah kiri terlihat bagaimana harga raw materials, harga beverages,
makanan, itu semua mulai mengalami penurunan sejak tahun 2014, tetapi sebenar dimulainya 2013. Namun, berbeda dengan Januari 2009-2011,
dimana harga komoditas dan makanan masih mengalami peningkatan. Itu sebabnya, ketika ahli menjadi Menteri Keuangan 2013-2014, ahli tidak
melakukan tax amnesty. Mengapa? Karena sumber penerimaan yang berasal dari komoditas dan energi pada waktu itu masih relatif baik akan tetapi
situasinya berbeda ketika 2014.
Sumber penerimaan dari pajak dari komoditas dan energi mengalami penurunan. Hal tersebut yang kemudian membedakan betul bahwa tahun
2007, tahun 2008, dan tahun 2009 terjadi krisis global dan pemerintah pada waktu itu tidak melakukan kebijakan tax amnesty, sedangkan pada tahun
2014, tahun 2015, tahun 2016 tidak terjadi krisis global tetapi pemerintah melakukan tax amnesty, argumennya adalah sebetulnya kepada harga
komuditas dan energi yang banyak sekali mempengaruhi penerimaan Indonesia.
Di dalam gambar berikutnya, ada garis yang sifatnya yang namanya upper sloping
. Garis searah tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi harga komoditas dan energi, semakin tinggi pertumbuhah ekonomi. Demikian
sebaliknya jika melihat grafik tersebut, jika harga komoditas dan energi semakin rendah, maka pertumbuhan ekonominya pun semakin rendah. Ini
yang disebut korelasi positif antara nilai tukar dengan pertumbuhan ekonomi. Dengan demikian, dapat Ahli sampaikan bahwa akibat dari penurunan harga
energi dan komoditas adalah turunnya pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Selanjutnya dalam gambar berikutnya dapat dilihat bahwa pertumbuhan ekonomi terus mengalami penurunan 5,6, 5, 4,8 tahun lalu ini proyeksi
2016, dan APBN 2017=5,1. Dari gambar teresbut terlihat bahwa penurunan harga komoditas dan energi telah membuat perlambatan ekonomi.
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. 021 23529000, Fax 021 3520177, Email: sekretariatmahkamahkonstitusi.go.id
152
Perlambatan ekonomi tersebut menjelaskan bahwa ada urgensi untuk melakukan tax amnesty.
Kemudian gambar berikutnya menggambarkan pertumbuhan ekonomi perlu dipacu. Mengapa pertumbuhan ekonomi perlu dipacu? Karena tujuan
akhir dari pembangunan pada akhirnya adalah memberikan kesejahteraan kepada masyarakat.
Memberikan kesejahteraan kepada masyarakat, itu artinya menurunkan tingkat kemiskinan dan menciptakan lapangan pekerjaan. Tetapi dari gambar
grafik tersebut terlihat bahwa proses penurunan kemiskinan dan proses penurunan angka pengangguran relatively flat atau tidak mengalami perbaikan
yang signifikan di dalam beberapa tahun terakhir. Hal itu karena pertumbuhan ekonominya mengalami perlambatan. Dari sisi ini Ahli ingin menyampaikan
bahwa perlambatan ekonomi mempunyai implikasi yang luar biasa kepada tujuan kita di dalam memberikan kesejahteraan rakyat karena jika
pertumbuhan ekonomi terus melambat, maka upaya untuk pengentasan kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja praktis akan mengalami hambatan.
Lalu apa yang harus dilakukan? Di dalam gambar yang sebelah kiri, dapat dilihat bahwa ada sedikit perbaikan di dalam pertumbuhan ekonomi di
triwulan kedua yang lalu dan jika dilihat pada gambar tersebut, bahwa sumber pertumbuhan ekonomi yang sedikit membaik di triwulan kedua lalu adalah
pengeluaran pemerintah. Jadi, pengeluaran pemerintahlah yang mendorong pertumbuhan ekonomi di triwulan lalu sedikit mengalami peningkatan.
Bagaimana dengan investasi? Di dalam gambar sebelah kanan menunjukkan bahwa pertumbuhan kredit terus-menerus mengalami
penurunan. Artinya, di dalam situasi ini, Indonesia belum sepenuhnya dapat mengharapkan dari pihak swasta karena kembali lagi terkait dengan
penurunan harga komoditas, penurunan harga energi. Berarti sumber pertumbuhan ekonomi hanya dapat didorong di dalam jangka waktu pendek
dari pengeluaran pemerintah. Pemerintah hanya dapat meningkatkan pengeluarannya jika penerimaannya meningkat karena tanpa itu yang terjadi
adalah defisit anggaran akan mengalami peningkatan. Jika defisit anggaran melampaui 3, maka ada risiko untuk melanggar Undang-Undang. Padahal,
di sisi lain pemerintah membutuhkan pengeluaran yang lebih besar untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. 021 23529000, Fax 021 3520177, Email: sekretariatmahkamahkonstitusi.go.id
153
Kemudian dalam gambar berikutnya terdapat skema. Dari skema tersebut ahli ingin menunjukkan bahwa target penerimaan pajak harus
dinaikkan agar target belanjanya dapat dilakukan. Jika tidak, maka akan terjadi economic slowdown
dimana potensi penerimaannya juga mengalami penurunan. Karena itu, jika terjadi potensi defisit dimana anggarannya
melampaui 3, maka ada potensi bahwa pemerintah melanggar Undang- Undang Keuangan Negara Tahun 2003. Untuk itu yang harus diakukan adalah
tax amnesty
. Inilah yang menjelaskan mengapa tax amnesty perlu dilakukan di dalam periode ini.
Di dalam periode tahun 2009 sampai dengan tahun 2013, harga komoditas masih relatif baik, penerimaan negara masih relatif baik, tetapi
tahun 2014 sampai sekarang, tahun 2015 utamanya, penurunan terus terjadi.
Ahli menunjukan dalam gambar berikutnya bahwa penerimaan dalam negeri sampai dengan sebelum tax amnesty, yaitu pada bulan Mei 2015
penerimaan dalam negeri adalah 537,7, tetapi dalam APBN 2016 pada bulan Mei adalah 504,7. Artinya, bahkan secara nominal sampai dengan bulan Mei
penerimaan pemerintah lebih rendah dibandingkan dengan penerimaan tahun sebelumnya. Di sisi lain ada kebutuhan pemerintah untuk menekan belanja
agar pertumbuhan ekonomi meningkat tetapi penerimaan pemerintah secara nominal mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun sebelumnya
karena terkait kembali dengan penurunan harga komoditas dan energi.
Dari gambar selanjutnya terlihat dari WP terdaftar walaupun terus mengalami peningkatan, WPOP terdaftar dari 19.881 terus meningkat sampai
27.571 dibandingkan dengan jumlah pekerja rasio dari WP-nya, tetapi hal itu tetap tidak terkejar karena ada kebutuhan untuk belanja seperti yang kami
sampaikan sebelumnya. Gambar berikutnya adalah grafik perkembangan penyampaian SPT tahunan juga terus mengalami peningkatan, tetapi itu pun
tidak cukup untuk menghindari risiko fiskal yang dapat muncul akibat perlambatan ekonomi dan penurunan harga komoditas dan energi.
Gambar berikutnya ahli mencoba memberikan secara balance mengenai manfaat dan risiko tax amnesty, yaitu:
Manfaatnya adalah bagian dari perluasan basis pajak karena yang paling penting dari pajak adalah data, yang paling penting dari program tax amnesty
ini adalah deklarasi yang membuat tax base Indonesia menjadi semakin besar.
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. 021 23529000, Fax 021 3520177, Email: sekretariatmahkamahkonstitusi.go.id
154
Dengan tax base yang semakin besar, maka Direktorat Jenderal Pajak mempunyai data yang lebih baik. Kemudian di samping itu, penambahan
penerimaan pemerintah dan aset repatriasi. Aset repatriasi yang diketahui ada sebesar Rp134 triliun, persisnya nanti dapat dilihat di dalam data, itu akan
memperkuat likuiditas Indonesia yang akan menggerakkan sektor riil.
Memang ada risiko dari program ini. Seperti misalnya, kalau terlalu banyak yang masuk itu rupiahnya menjadi terlalu kuat. Kalau terlalu kuat,
eskpor Indonesia akan mengalami penurunan, impornya akan naik. Kemudian, tax amnesty
ini dilakukan di dalam periode yang sangat singkat, sosialisasinya perlu dilakukan segera, periode waktunya bagaimana? Kemudian juga
penambahan surat utang jika program tax amnesty ini gagal. Hal-hal tersebut merupakan manfaat dengan risikonya.
Apakah betul bahwa yang menikmati tax amnesty hanya mereka yang kaya? Ahli berharap bahwa data ini dapat membantu untuk menjelaskan siapa
yang paling banyak mengikuti tax amnesty. Ini adalah segmentasi dari wajib pajak orang pribadi, yaitu jumlah tebusan, jumlah wajib pajak yang paling
besar yang mengikuti tax amnesty adalah yang membayar tebusan Rp10.000.000,00 sampai dengan maksimum Rp99, sekian juta, ada sebanyak
129.513 orang. Dari data tersebut, yang ingin Ahli sampaikan adalah jika orang membayar tebusannya Rp10.000.000,00, berarti nilai asetnya, kalau 2,
berarti sekitar Rp1 miliar karena dia 2. Siapakah masyarakat yang mempunyai penghasilan atau mempunyai aset sebesar Rp1miliar? Pasti
bukan dari kelompok yang sangat kaya. Apabila dijumlahkan 13.000+91.000+129.000, mereka yang membayar tebusan antara
Rp1.000.000,00 sampai dengan Rp100.000.000,00 adalah proporsi terbesar dari segmentasi wajib pajak yang ikut dalam tax amnesty. Dengan demikian,
dari angka jumlah wajib pajak ini saja, terlihat jelas bahwa yang paling banyak menikmati atau memanfaatkan tax amnesty adalah wajib pajak pribadi yang
asetnya relatif kecil, bukan yang besar. Adapaun yang besar, yang di atas Rp100.000.000.000,00 hanya 32 orang. Rp50 miliar sampai Rp100 miliar=71
orang. Bahkan yang lebih dari Rp100.000.000,00 hanya 47.000, dari total semua angka tersebut.
Pada gambar berikutnya menunjukkan adanya antrian masyarakat berpartisipasi di dalam program tax amnesty yang sebagian besar pembayar
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. 021 23529000, Fax 021 3520177, Email: sekretariatmahkamahkonstitusi.go.id
155
34 27
25 16 17
14 12
Filipina Malaysia Thailand Korea Afrika Brasil Indonesia Selatan Selatan
tax amnesty adalah yang membayar tebusan antara Rp1.000.000,00 sampai dengan maksimum Rp100.000.000,00. Dari gambar tersebut terlihat
bagaimana orang berkumpul, tidak pernah di dalam sejarah Indonesia, orang berkumpul begitu banyak bersama-sama datang ke kantor pajak untuk
melakukan, melaksanakan kewajibannya di dalam pembayaran pajak, kecuali yang terjadi ketika tax amnesty, kita menyaksikannya di dalam beberapa bulan
lalu.
2. Yustinus Prastowo, S.E., M.Hum, M.A 1.0 Pendahuluan