48
2. Pembentukan Account Representative
Setelah reformasi birokrasi Direktorat Jenderal Pajak menyediakan Account Representative
AR, untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak. AR berperan sebagai konsultan yang akan memberikan arahan bagi wajib
pajak agar mampu menjalankan kewajiban pajaknya.
Namun keberadaan AR kurang mendapat tanggapan secara positif dari masyarakat. Dalam perkembangannya, ternyata peran AR seringkali tidak
jelas dilapangan, batas wewenang dan tanggung jawabnya. Mereka bukan lagi sebagai penyuluh tapi lebih sebagai petugas pengawas pajak, agar
wajib pajak dapat dikenakan pajak. Tentu saja peran AR tersebut menyalahi prinsip self assessment system. Peran AR yang harusnya dapat membangun
kesadaran wajib pajak, tapi pada kenyataannya lebih sebagai petugas pajak yang mencari-cari kelemahan wajib pajak demi target penerimaan pajak. Hal
ini mengakibatkan, sistem pajak Indonesia rentan penyimpangan.
3. Menjauhnya prinsip self assesment system
Sejak tax reform tahun 1984, sistem pajak Indonesia tidak sepenuhnya dibangun dengan prinsip self assessment system. Bahkan semakin lama
perkembangannya semakin menjauh dari prinsip-prinsip self assessment
system. Seharusnya penyelenggaraan pelaksanaan pemungutan pajak harus
memperhatikan prinsip tersebut, termasuk mental yang terbangun dari pembuat kebijakan, pemeriksa pajak sampai para petugas pajak di lapangan.
Sangat disayangkan, dalam kurun waktu 32 tahun sejak ditetapkan, system self assessment cenderung mengalami stagnasi. Sampai dengan
saat ini, wajib pajak belum sepenuhnya melakukan penghitungan, penyetoran maupun pelaporan hutang pajaknya. Kecenderungan yang terjadi adalah
sistem pemungutan pajak saat ini mengarah pada sistem quasi self
assessment dan quasi official assessment. Terminologi Quasi yang
diartikan semu dipergunakan untuk menandakan bahwa sistem yang berjalan selama ini tidaklah murni.
Bahkan kesulitan aparatur dalam membangun kesadaran pajak para pengusaha kecil menengah, pada tahun 2013 pemerintah menetapkan PP 46
dengan mengenakan sebesar 1 dari omzet dan final. Hal ini sebagai cara praktis dalam menjaring para pengusaha kecil menengah.
Begitu pula Sistem quasi official assessment juga dapat dilihat pada salah satu
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. 021 23529000, Fax 021 3520177, Email: sekretariatmahkamahkonstitusi.go.id
49
contoh dari upaya ekstensifikasi pajak yaitu melakukan kanvasing atau penyisiran potensi wajib pajak baru. Fenomena kanvasing justru menunjukkan
tingkat kepatuhan perpajakan tax compliance yang rendah karena dalam metode ini lebih menunjukkan upaya fiskus dibandingkan upaya wajib pajak
untuk memenuhi kewajiban perpajakannya.
4. Dampak dari tolok ukur target penerimaan