16
sebagaimana ditentukan dalam Pasal 51 ayat 1 huruf a UU MK yang berbunyi “Pemohon adalah orang perorangan yang menganggap hak
danatau kewenangan konstitusionalnya dirugikan oleh berlakunya undang-
undang. Dengan demikian, para Pemohon memiliki kedudukan hukum legal
standing sebagai pemohon pengujian Undang-Undang dalam perkara
permohonan uji materil ini karena telah memenuhi ketentuan Pasal 51 ayat 1 UU MK beserta Penjelasannya dan 5 lima syarat kerugian hak
konstitusional sebagaimana pendapat Mahkamah Konstitusi.
IV. Fakta-Fakta Hukum
1. Bahwa Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia dan Pemerintah Republik Indonesia telah melakukan pembahasan Rancangan Undang-
undang tentang Pengampunan Pajak bagi kalangan tertentu yang alasan kemunculannya dilatarbelakangi untuk upaya peningkatan
pemasukan atau penerimaan Negara dan pertumbuhan perekonomian jangka pendek dan menengah serta ditargetkan dapat meningkatkan
kesadaran dan kepatuhan dalam pelaksanaan kewajiban perpajakan.
2. Bahwa pada tanggal 1 Juli 2016 Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia dan Pemerintah Republik Indonesia telah mengesahkan
Rancangan Undang-Undang tentang Pengampunan Pajak menjadi Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2016 tentang Pengampunan Pajak,
dan telah dicatatkan pada lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2016 Nomor 131 dan Tambahan Lembaran Negara Nomor 5899 dan
mulai berlaku secara efektif sejak diundangkan.
3. Bahwa, baik sebelum maupun sesudah Rancangan Undang-Undang tentang Pengampunan Pajak disahkan, gagasan tentang pengampunan
pajak bagi para penghindar pajak jumlah besar nyata-nyata telah menimbulkan pertanyaan di masyarakat sekaligus mempertanyakan
motif, manfaat dan efektifitasnya bagi penerimaan atau pemasukan negara.
4. Bahwa, UU Pengampunan Pajak nyata-nyata telah memberikan keistimewaan kepada para penghindar atau pengemplang pajak dan
pihak lainnya yang tidak taat dalam membayar pajak dengan mendapatkan pengampunan pajak.
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. 021 23529000, Fax 021 3520177, Email: sekretariatmahkamahkonstitusi.go.id
17
5. Bahwa, selain mendapatkan pengampunan pajak, para penghindar pajak juga mendapat keistimewaan lainnya melalui tidak adanya sanksi
ketika telah dilakukan repatriasi dan deklarasi.
6. Bahwa, dengan adanya discount yang berlebihan oleh Pemerintah, yang menurut pandangan para Pemohon bertentangan dengan UUD
1945, oleh karena itu beberapa pasal yang bertentangan dengan UUD 1945 akan diuraikan di bawah ini, sebagai berikut;
1. Bahwa, dengan lahirnya UU Pengampunan Pajak, negara terkesan
kalah dengan pihak-pihak yang melakukan pengemplangan pajak dan pihak-pihak yang selama ini tidak taat pajak. Padahal
seharusnya pihak-pihak tersebut mendapatkan sanksi berupa denda, administrasi, pidana sebagaimana yang telah dimuat dalam Undang-
Undang pada sektor perpajakan;
2. Bahwa, bahkan dari hasil analisa mengenai keberhasilan pemberlakuan tax amnesty di negara-negara di dunia, ditemukan
fakta banyak negara yang gagal dalam memperoleh peningkatan penerimaan keuangan dari pemberlakuan tax amnesty sebagai
berikut:
FILIPINA
-
Bahwa, sekitar 18 program tax amnesty diberlakukan oleh negara pilipina dalam rentang tahun 1972 – 1987 , dengan fokus pada
pengampunan terhadap pajak penghasilan, pajak kendaraan bermotor, pajak benda tidak bergerak. Dalam beberapa
pengampunan pajak yang diberlakukannya, wajib pajak yang dalam sengketa juga diperbolehkan untuk ikut. Pemberlakuan tax amnesty
melalui penerbitan dekrit presiden yang dikenal dengan nama “The
Bureau of Internal Revenue Administration BIR”.
-
Selanjutnya sejak tahun 90-an sampai dengan saat ini, secara administratif telah memitigasi atau menghapus sanksi dan biaya
tambahan secara luas sebagai insentif bagi wajib pajak yang melaporkan secara sukarela atas penghasilan yang belum
dilaporkannya kepada BIR.
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. 021 23529000, Fax 021 3520177, Email: sekretariatmahkamahkonstitusi.go.id
18
-
Terlalu seringnya, Pilipina memberlakukan berbagai jenis pengampunan pajak menyebabkan terjadinya penurunan
penerimaan yang bersumber dari amnesty tersebut.
Penerimaan dari Tax Amnesty tersebut dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa Pilipina termasuk negara yang gagal meningkatkan pendapatannya melalui program tax
amnesty TURKI
-
Bahwa, pemerintahan sebelumnya di negara Turki sangat bergantung pada pemberlakuan tax amnesty untuk mengurangi
tunggakan pajak, baik terhadap pajak penerimaan dan sosial kontribusi.
-
Bahwa, tingginya tunggakan pajak yang terjadi di negara Turki disebabkan antara lain adanya resistensi para wajib pajak terhadap
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. 021 23529000, Fax 021 3520177, Email: sekretariatmahkamahkonstitusi.go.id
19
pengampunan, praktek pemungutan pajak yang lemah, dan lemahnya penegakan hukum, dan penerapan denda dan bunga
yang terlalu tinggi.
-
Pada Awal tahun 2003, Turki memperkenalkan tax amnesty dengan judul Tax Peace Plan. Partisipan dalam program ini cukup banyak
karena program ini menawarkan perhitungan ulang tunggakan pajak , pembayaran tunggakan pajak yang longgar diberikan
jangka waktu sampai dengan 18 bulan, dan penghapusan bunga dalam masa pembayaran tunggakan pajak tersebut.
-
Pada Agustus 2003, Turki kembali memperkenalkan tax amnesty dengan judul Social Contribution. Pengampunan ini diberikan hanya
terhadap tunggakan atas kontribusi pajak sosial yang dapat dibayarkan dalam jangka waktu maksimal 60 bulan.
-
Pada tahun 2005, Turki kembali memperkenalkan tax amnesty Social Contribution
tahap II dengan target untuk memberikan pengecualian dalam pengenaan pajak tertentu.
-
Hasilnya justru terjadi penurunan penerimaan negara dan kepatuhan dari para wajib pajak dapat dilihat dari tabel berikut:
Dari 2 dua negara tersebut di atas, dapat kita lihat bahwa pengampunan pajak tidak pernah dapat untuk meningkatkan
penerimaan negara secara signifikan. Karena pemberlakuan pengampunan pajak tanpa dibarengi dengan penguatan administrasi
perpajakan dan penegakan hukum, adalah justru menyebabkan terjadinya ketidakpatuhan wajib pajak pada periode berikutnya.
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. 021 23529000, Fax 021 3520177, Email: sekretariatmahkamahkonstitusi.go.id
20
V. Alasan-Alasan Pengajuan Permohonan Uji Materil