pengambilan tindakan. Dalam penyajian data cenderung kognitif manusia adalah menyederhanakan informasi yang komplek ke dalam kesatuan yang
mudah dipahami. Penyajian ini dapat dilakukan dengan menyusun matriks, grafik atau bagian untuk menggabungkan informasi sehingga mencapai
analisis kualitatif yang valid. 3.
Penarikan Kesimpulan
Pada penarikan kesimpulan, peneliti dari awal mengumpulkan data dan mencari arti data yang di kumpulkan, setelah data disajikan. Peneliti
dapat memberikan makna, tafsiran, argument membandingkan data dan
mencari hubungan antara satu komponen dengan komponen lain.
G. Teknik Keabsahan Data
Dalam penelitian ini teknik keabsahan data yang digunakan adalah triangulasi. Teknik triangulasi yang digunakan adalah teknik triangulasi
sumber dan metode. Teknik triangulasi sumber dilakukan dengan cara membandingkan data yang diperoleh melalui wawancara dengan subjek
peneltian yaitu dari Petugas Humas, Koordinator Humas, dan Kepala Bagian Langganan. Sedangkan triangulasi metode merupakan cara membandingkan
data yang diperoleh melalui wawancara, observasi dengan dokumentasi. Hal ini bertujuan agar data yang diperoleh dapat dipercaya dan diakui
kebenarannya.
38
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum PDAM Tirtamarta Yogyakarta
Perusahaan Daerah Air Minum PDAM Tirtamarta Yogyakarta didirikan pertama kali sekitar tahun 1925 oleh pemerintah Belanda. Pada
awal pendiriannya PDAM Tirtamarta memiliki nama
Hoodrink Waterleiding Bedrif
. Sumber air minum yang pertama dimiliki adalah sumber air Karanggayam dengan debit air 20 Ltdetik. Dalam
perkembangannya dibangun tiga sumber daya air lainnya yaitu sumber air Umbul Lanang dengan debit air 100 Ltdetik, Sumur Besi I dan Sumur
Besi II dengan debit air 55 Ltdetik.
Pada periode zaman Jepang antara tahun 1942-1945, perusahaan ini diganti namanya menjadi Tepas Tirta Marta dengan pimpinan Bapak
KRT. Ir. Mertonegoro. Setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945, Tepas Tirta Marta diambil alih oleh Pemerintah DIY, dimana status dan
namanya diubah menjadi Jawatan Air Minum Daerah Istimewa Yogyakarta. Pada waktu itu dibangun sumur
Heuvel
di daerah Karyen Kentungan Utara dengan debit air 18 Ltdetik. Pada tahun 1952 Jawatan
Air Minum DIY diserahkan kepada Pemerintah Kotapraja Yogyakarta dan namya diubah menjadi menjadi Dinas Perusahaan Air Minum
Kotapraja Yogyakarta, yang dipimpin oleh Bapak KRT. Tirtoprojo.