Kondisi Sosio Kultural Masa ‘Â’idh Al Qornî
Sehebat apapun seorang ulama tidak akan lepas dari kondisi sosio kultural yang melingkupinya, hingga ia menjadi ulama yang besar. Hasil-hasil
pemikirannya mempunyai kaitan historis yang sangat erat dengan pemikiran yang berkembang sebelumnya. Seorang pemikir juga di pengaruhi oleh alam
pikirannya yang berkembang di zamannya. Fenomena i
ni juga terjadi pada diri „Â‟idh Abdullah al-Qornî sebagai seorang ulama dan cendikiawan. Kaitan historis pemikiran „Â‟idh Abdullah
„Â‟idh al-Qornî dengan para pendahulunya diakuinya sendiri dalam beberapa karyanya.
Secara umum, kondisi masyarakat Islam abad pertengahan ditandai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan dakwah yang cukup pesat disertai
dengan dialog peradaban yang dinamis. Pada masa ini terjadi transformasi ilmu pengetahuan, dengan ditandai maraknya penerjemahan buku-
buku „non Islam‟, terutama literatur dari peradaban Yunani. Situasi ini membawa dampak yang
luar biasa bagi perkembangan keilmuan dan dakwah Islam. Disamping dampak positif diatas, muncul pula perkembangan ilmu
pengetahuan yang berdampak kurang baik. Pada saat itu pola hidup masyarakat cenderung materealistik. Ummat Islam cenderung mendewakan akal diatas
batas kewenangannya sebagai makhluk ciptaan Allah SWT. Bahkan disinyalir, salah satu penyebab jatuhnya peradaban Islam adalah kecenderungan yang
berlebihan pada masalah kekuasaan duniawi.
33
33
Saleh A Nadhi, Lintasan Sejarah Islam, Jakarta: Yayasan Raya Pena, 1994, h. 87
Syeikh „Â‟idh Abdullah al-Qornî sangatlah beruntung, beliau dilahirkan di sebuah desa yang sederhana di daerah Balqarn. Dimana desa tersebut
terletak di tepi Tahamah, jauh dari keramaian kota, hiruk-pikuk dan segala aktifitasnya. Desa ini juga dikelilingi pohon ur-ur. Desa yang mempunyai
musim lembut, ramah, rindang, tidak panas atau dingin dan juga tidak membosankan. Gunung-gunung yang penuh dengan padang rumput untuk
arnab kelinci dan laba-laba. Tempat gembala ayam hutan dan burung. Beliau
tinggal di desa yang jauh dari godaan kehidupan, media dan kafe-kafe yang dipenuhi para perokok. Di desa inilah beliau tinggal bersama anak-anak desa
yang lain. Kehidupan beliau berkisar dalam lingkungan masjid, rumah dan sawah.
34
Penduduk desa di tempat beliau besar, mempunyai kebiasaan menjalankan sholat lima waktu di masjid. Mereka sangat baik dan budaya
kehidupan mereka sangat sederhana. „Â‟idh Abdullah al-Qornî besar dengan disiplin yang tinggi bersama orang-orang yang selalu menjalankan ibadah
solat, puasa dan dzikir.