Purwaka Hadi, 2012 Model Konseling Positive Peer Culture Untuk Meningkatkan Interaksi Sosial Siswa Tunanetra Di
Sekolah Inklusif Universitas Pendidikan Indonesia
| Repository.Upi.Edu
121
2. Analisis Efektifitas Konseling positive peer culture untuk Meningkatkan
Interaksi Sosial Siswa Tunanetra di Sekolah Inklusif.
Pencatatan data pada desain eksperimen yang dirancang dengan pendekatan penelitian Subyek Tunggal atau Single Subject Research SSR adalah
pencatatan dengan Observasi Langsung, adalah kegiatan observasi secara langsung yang dilakukan untuk mencatat data variabel terikat pada saat kejadian
atau perilaku terjadi. Sunanto, 2005: 20. Jenis pencatatan data yang menggunakan prosedur observasi secara langsung, meliputi: 1 pencatatan
kejadian, yaitu dengan cara memberikan tanda tally pada kertas setiap perilaku terjadi; 2 pencatatan durasi, yaitu pencatatan tentang berapa lama suatu kejadian
atau target behavior terjadi; 3 pencatatan latensi, adalah pencatatan terhadap berapa lama waktu yang diperlukan subyek untuk memulai suatu perilaku setelah
mendapat stimulus; 4 pencatatan interval, adalah pencatatan yang dilakukan dengan membagi periode waktu observasi kedalam interval waktu yang lebih
kecil dan mencatat kejadian yang terjadi pada setiap interval waktu tersebut secara terus menerus continue; dan 5 pencatatan sampel waktu, adalah pengamatan
terjadi atau tidak terjadinya target behavior hanya dilakukan pada akhir setiap interval.
Jenis pencatatan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah prosedur
observasi secara langsung dengan pencatatan kejadian, yaitu dengan cara
memberikan tanda tally pada tabel setiap perilaku target behavior terjadi. Pencatatan kejadian ini dilakukan dalam berbagai baseline, meliputi: cross
subject, cross conditions, dan cross variables.
Purwaka Hadi, 2012 Model Konseling Positive Peer Culture Untuk Meningkatkan Interaksi Sosial Siswa Tunanetra Di
Sekolah Inklusif Universitas Pendidikan Indonesia
| Repository.Upi.Edu
122
Teknik analisis data dengan sistem pencatatan dan pengukuran Single Subject Research yang analisis datanya dilakukan subyek per subyek Heppner,
2008: 188, adalah memperolah gambaran kelayakan operasional desain model konseling Positive Peer Culture PPC untuk meningkatkan interaksi sosial siswa
tunanetra di sekolah inklusif. Komponen analisis data untuk desain multiple baseline adalah dengan metode analisis visual Sunanto, 2005: 96, yaitu:
1 banyaknya data point skor dalam setiap kondisi; 2 banyaknya variabel terikat yang akan diubah; 3 tingkat stabilitas dan perubahan level data dalam
suatu kondisi atau antar kondisi; dan 4 arah perubahan dalam kondisi maupun antar kondisi.
Penelitian ini menggunakan dua kelompok subyek siswa tunanetra, yaitu: 1 kelompok siswa yang tergabung dalam konseling dengan pendekatan Positive
Peer Culture selanjutnya disebut kelompok PPC; dan 2 kelompok siswa yang tergabung dalam konseling sebaya selanjutnya disebut kelompok NON PPC.
Penggunaan kelompok yang berbeda ini untuk menguji atau melihat perbedaan efektifitas antara konseling sebaya biasa dengan konseling dengan pendekatan
Positive Peer Culture untuk meningkatkan interaksi sosial siswa tunanetra di sekolah inklusif.
Purwaka Hadi, 2012 Model Konseling Positive Peer Culture Untuk Meningkatkan Interaksi Sosial Siswa Tunanetra Di
Sekolah Inklusif Universitas Pendidikan Indonesia
| Repository.Upi.Edu
246
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Hasil studi menunjukkan bahwa siswa tunanetra yang bersekolah di sekolah
inklusif MAN Maguwoharjo, D.I. Yogyakarta mengalami masalah dalam berinteraksi sosial dengan siswa awas. Hal tersebut menunjukkan indikasi
perlunya bantuan layanan konseling untuk meningkatkan interaksi sosial di sekolah.
2. Model teoretikhipotetik konseling positive peer culture untuk meningkatkan
interaksi sosial siswa tunanetra di sekolah inklusif dikembangkan berdasar kajian literatur dan temuan empirik di lapangan. Model operasional
merupakan suplemen yang bersifat praktik dan teknis operasional dalam proses intervensi model.
3. Model konseling positive peer culture terbukti meningkatkan perilaku
interaksi sosial siswa tunanetra di sekolah inklusif. Terjadi perubahan yang signifikan dari terdapatnya masalah interaksi sosial pada fase baseline
menjadi perilaku yang positifmenaik atau tidak menunjukkan masalah interaksi sosial setelah diberikan intervensi. Simpulan ini dibuktikan oleh
data-data: a. Interaksi sosial siswa tunanetra di sekolah inklusif setelah diberi intervensi
PPC menjadi positif atau menaik. Pada beberapa sesi tampak jejak data yang mendatar, hal ini mengindikasikan bahwa untuk menaikkan perilaku