Purwaka Hadi, 2012 Model Konseling Positive Peer Culture Untuk Meningkatkan Interaksi Sosial Siswa Tunanetra Di
Sekolah Inklusif Universitas Pendidikan Indonesia
| Repository.Upi.Edu
101
C. Pengembangan Alat Pengumpul Data Instrumen Penelitian
Penelitian ini menggunakan cara pengukuran sikap dengan Measurement by scales yaitu pengukuran sikap atau perilaku dengan menggunakan kuesioner skala
sikap serta menggunakan lembar observasi. Instrumen penelitian ini dikonstruksi untuk memperoleh data tentang: 1 data tingkah laku psikososial siswa tunanetra di
sekolah inklusif, dibuat dalam bentuk: a kuesioner bagi siswa tunanetra dan kuesioner yang diisi oleh siswa awas yang sekelas dengan masing-masing siswa tunanetra,
dilakukan karena siswa awas dalam satu kelas dipandang sebagai sumber informasi utama yang secara langsung mengetahui perilaku sosial siswa tunanetra di kelasnya; b
lembar observasi berupa pengamatan oleh dua orang pengamat, yaitu oleh konselor sekolah dan guru pembimbing khusus 2 data penguasaan keterampilan
interaksi sosial oleh siswa tunanetra di sekolah inklusif yang dikumpulkan melalui kuesioner dan observasi.
Untuk mengungkap data penelitian ini diperlukan alat pengumpul data penelitian, yang disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 3.1. Data dan Alat Pengumpul Data Penelitian
Aspek Indikator
Alat Pengungkap
Sumber Data
1. Tingkah laku
siswa tunanetra
di sekolah inklusif
a. Gambaran diri rendah Low Self-Image:
b. Kurang perhatian pada orang lain Inconsiderate of
others c. Kurang perhatian pada diri
sendiri Inconsiderate of self
Kuesioner Siswa
tunanetra dalam
kelas inklusif
Purwaka Hadi, 2012 Model Konseling Positive Peer Culture Untuk Meningkatkan Interaksi Sosial Siswa Tunanetra Di
Sekolah Inklusif Universitas Pendidikan Indonesia
| Repository.Upi.Edu
102
d. Masalah otoritas Authority problem
e. Menyesatkan orang lain Misleads others
f. Mudah disesatkan Easily misled
g. Menjengkelkan orang lain Aggravates other
h. Mudah marah Easily angered
i. Mencuri Stealing j. Masalah alkohol atau obat
Alcohol or drug problem k. Pembohong Lying
l. Menghadapi Fronting Observasi
Siswa awas kelas
inklusif
2. Pengu- asaan
keteram- pilan
interaksi sosial
oleh siswa
tunanetra di
sekolah inklusif
Keterampilan sosial awal:
Mendengarkan be a good listener
Melakukan percakapan making conversation :
memulai percakapan menikmati
percakapan
Melakukan perkenalan introducing:
memperkenalkan diri memperkenalkan orang
lain
Memberi pujian give compliments
Mengajukan pertanyaan Mengucapkan terimakasih
Keterampilan sosial lanjut: Meminta bantuan
Kerjasama Memberi instruksi
Mengikuti instruksi Meminta maaf
Meyakinkan orang lain Menunjukkan empati
Kuesioner Observasi
Siswa tunanetra
dalam kelas
inklusif Siswa awas
kelas inklusif
Purwaka Hadi, 2012 Model Konseling Positive Peer Culture Untuk Meningkatkan Interaksi Sosial Siswa Tunanetra Di
Sekolah Inklusif Universitas Pendidikan Indonesia
| Repository.Upi.Edu
103
3. Validitas Instrumen
Kuesioner `Kondisi Interaksi Sosial siswa Tunanetra di
sekolah inklusif` Instrumen
Penilaian Konselor
ahli
4. Validitas Model
Model Hipotetik teoretik Model Operasional empirik
Instrumen Penilaian
Instrumen Penilaian
Konselor ahli
Konselor Sekolah
5. Kualitas Instrumen
Aplikasi a. Pedoman Pembentukan
Kelompok Positive Peer Culture PPC
b. Pedoman operasional Konseling teman sebaya
positif Positive Peer Culture.
c. Tayangan Power Point `Bagaimana sikap kita
dalam berinteraksi sosial` dan VCD `Hadapilah
masalah`. Penilaian
Konselor Sekolah
dan Siswa awas
kelompok PPC +
Tim monitor
SSR
Pengembangan alat pengumpul data kuesioner adalah menggunakan skala
sikap atau penilaianpengamatan dengan metode `Likert`s Summated Rating LSR`. Prosedur penskalaan adalah dengan metode rating yang dijumlahkan
method of summated rating dari Likert. Dalam menentukan nilai skala dengan cara ini, untuk pernyataan bersifat :
Favorable Unfavorable + -
Sangat Sesuai SS a nilai 5
a nilai 1 Sesuai
S b nilai 4
b nilai 2 Ragu-ragu R
c nilai 3 c nilai 3
Tidak Sesuai TS d nilai 2 d nilai 4 Sangat Tidak Sesuai STS e nilai 1
e nilai 5
Purwaka Hadi, 2012 Model Konseling Positive Peer Culture Untuk Meningkatkan Interaksi Sosial Siswa Tunanetra Di
Sekolah Inklusif Universitas Pendidikan Indonesia
| Repository.Upi.Edu
104
Bentuk laporan data dalam penelitian ini adalah sebuah pernyataan dengan kemungkinan jawaban sebagai berikut: untuk pernyataan tentang tingkah laku siswa
tunanetra di sekolah inklusif dan penguasaan keterampilan interaksi sosial oleh siswa tunanetra, alternatif jawabannya adalah: Sangat Sesuai SS, Sesuai S, Ragu-ragu R,
Tidak Sesuai TS, Sangat Tidak Sesuai STS. Kuesioner dikembangkan berdasarkan prosedur dan kebakuan alat ukur, yaitu
sebagai berikut: 1 menyusun kisi-kisi kuesionerinstrumen awal; 2 menimbang judgement butir-butir pernyataan oleh tiga orang pakar dua orang Doktor BK dan satu
orang Doktor PLB; 3 uji coba dilapangan sebagai dasar penentu tingkat kebakuan pernyataan-pernyataan yang akan digunakan dalam penelitian; dan 4 merumuskan
butir-butir item pernyataan untuk alat pengumpul data penelitian. 1. Kisi-kisi kuesionerinstrumen awal
Langkah pertama, dengan menyusun kisi-kisi dan merumuskan butir-butir pernyataan kuesioner awal sejumlah 135 item pernyataan untuk aspek `interaksi sosial siswa
tunanetra`. 2. Penimbangan instrumen judgement validity
Langkah kedua, adalah penimbangan instrumen yang dimaksudkan untuk memperoleh kesesuaian antara isi setiap pernyataan dengan indikator variable yang akan diukur.
Dengan penimbangan tersebut diharapkan instrumen penelitian layak dipakai. Untuk keperluan penimbangan instrumen peneliti meminta bantuan kepada dua pakar konseling
dan satu pakar pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus pada Universitas Pendidikan Indonesia, yang berkualifikasi minimal Doktor pada bidangnya.
Purwaka Hadi, 2012 Model Konseling Positive Peer Culture Untuk Meningkatkan Interaksi Sosial Siswa Tunanetra Di
Sekolah Inklusif Universitas Pendidikan Indonesia
| Repository.Upi.Edu
105
Koreksi terhadap item yang kurang tepat dan kurang layak, baik mengenai konstruk isi maupun kebahasaannya, oleh peneliti dilakukan revisi atau dibuang sesuai
dengan saran-saran para penimbang instrumen tersebut. Untuk lebih mendapatkan kevalid-an tentang keterbacaan naskah instrumen, peneliti melakukan uji keterbacaan
terhadap setiap butir item pernyataan dengan meminta bantuan kepada satu guru konselor sekolah dan tiga siswa awas.
Setelah divalidasi oleh para pakar kemudian diadakan revisi terhadap item kuesioner, dan ditetapkan sejumlah 131 item pernyataan untuk aspek `interaksi sosial
siswa tunanetra di sekolah inklusi`. Instrumen yang telah di revisi sesuai kesalahan yang ditemukan dan saran-saran perbaikan, selanjutnya dilakukan uji coba instrumen.
3. Uji coba instrumen Langkah ketiga, kuesioner diujicobakan dan di hitung bobot nilai skala
pernyataannya, maka diperoleh item pernyataan yang dinyatakan valid untuk digunakan sebagai alat pengumpul data, yaitu sejumlah 78 item pernyataan untuk aspek `interaksi
sosial siswa tunanetra di sekolah inklusif. Langkah-langkah `try out` atau uji coba instrumen di lokasi penelitian adalah sebagai berikut.
a. Lokasi dan Subyek Uji Coba Uji coba instrumen penelitian berupa kuesioner interaksi siswa tunanetra di
sekolah inklusif dan sikap siswa awas terhadap siswa tunanetra di sekolah inklusif diberikan kepada responden siswa dalam kelas inklusif, yaitu 40 siswa yang bersekolah
di MAN Maguwoharjo, D.I. Yogyakarta.
Purwaka Hadi, 2012 Model Konseling Positive Peer Culture Untuk Meningkatkan Interaksi Sosial Siswa Tunanetra Di
Sekolah Inklusif Universitas Pendidikan Indonesia
| Repository.Upi.Edu
106
b. Penghitungan Bobot Nilai Skala Pernyataan Setelah dilakukan uji coba instrumen berupa pengisian kuesioner oleh siswa,
langkah selanjutnya adalah pengujian bobot nilai skala terhadap instrument dalam bentuk skala sikap. Pengujian bobot nilai skala pernyataan ini dilakukan untuk menguji
ketepatan bobot skala setiap pernyataan, sehingga hasil pengukurannya dapat dipergunakan untuk menilai butir item pernyataan mana yang valid untuk dipergunakan
dalam pengumpulan data penelitian, sedangkan butir item pernyataan yang tidak valid harus dibuang atau tidak dipergunakan. Sebagaimana disampaikan oleh Azwar 2008:
139 prosedur penskalaan dengan metode rating yang dijumlahkan, dengan asumsi : a setiap pernyataan sikap yang telah ditulis dapat disepakati sebagai termasuk
pernyataan yang favorable atau pernyataan yang tak-favorabel b jawaban yang diberikan oleh individu yang mempunyai sikap positif harus
diberi bobot atau nilai yang lebih tinggi dari pada jawaban yang diberikan oleh responden yang mempunyai sikap negatif.
Hasil dari pengujian bobot nilai skala pernyataan diperoleh hasil item-item pernyataan yang dinyatakan valid sejumlah 78 butir pernyataan, yaitu item nomor
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 13, 15, 16, 17, 18, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 27, 29, 30, 32, 35, 36, 37, 38, 40, 43, 45, 47, 50, 52, 55, 56, 57, 59, 60, 61, 63, 66, 67, 69, 70, 72,
74, 75, 78, 79, 80, 81, 83, 86, 87, 89, 90, 91, 94, 95, 96, 98, 99, 100, 104, 105, 108, 109, 113, 114, 117, 120, 126, 127, 128, 130, dan 131, sedangkan item
pernyataan tidak valid adalah sebanyak 53 item lihat lampiran tabel penghitungan bobot nilai skala.
Aspek sikap siswa awas terhadap siswa tunanetra di sekolah inklusif untuk pembentukan kelompok PPC dinyatakan valid sejumlah 25 item
pernyataan, yaitu item nomor 1, 3, 4, 6, 7, 10, 11, 12, 14, 16, 18, 21, 22, 26, 27,
Purwaka Hadi, 2012 Model Konseling Positive Peer Culture Untuk Meningkatkan Interaksi Sosial Siswa Tunanetra Di
Sekolah Inklusif Universitas Pendidikan Indonesia
| Repository.Upi.Edu
107
30, 31, 32, 36, 37, 38, 39, 40, 43, dan 44, sedangkan pernyataan yang tidak valid sebanyak 20 item.
Rekap analisis butiritem sejumlah 131 butir, jumlah subyek 40, rata-rata 468.65, dan tingkat reliabilitas instrumen 0.58.
4. Merumuskan butir-butir item pernyataan untuk alat pengumpul data penelitian. Interaksi sosial siswa tunanetra di sekolah inklusif memiliki dua aspek variabel,
yaitu: tingkah laku siswa tunanetra dalam berinteraksi sosial di sekolah inklusif dan penguasaan keterampilan interaksi sosial oleh siswa tunanetra di sekolah inklusif.
Tabel 3.2. Tabel Distribusi Item Butir Pernyataan
Kondisi Interaksi Sosial Siswa Tunanetra di Sekolah Inklusif
Jumlah Item = 78 butir pernyataan.
Komponen Obyek Sikap Total
1. Tingkah laku siswa tunanetra dalam interaksi sosial di sekolah inklusif
42 2. Keterampilan interaksi social oleh siswa
tunanetra di sekolah inklusif 36
T o t a l 78
Setelah ditetapkan jumlah total item pernyataan untuk instrumen pengumpul data, maka disusunlah kisi-kisi instrumen tentang kondisi interaksi sosial siswa tunanetra
di sekolah inklusi.
Purwaka Hadi, 2012 Model Konseling Positive Peer Culture Untuk Meningkatkan Interaksi Sosial Siswa Tunanetra Di
Sekolah Inklusif Universitas Pendidikan Indonesia
| Repository.Upi.Edu
108
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Instrumen
Kondisi Interaksi Sosial Siswa Tunanetra pada Sekolah Inklusif No
Komponen Obyek Sikap
Indikator Nomor Item
∑ Positif
Negatif
1. `Problem
tingkah laku` siswa tunanetra
dalam berinteraksi
sosial pada Sekolah Inklusif
a. Gambaran diri rendah Low Self-Image:
4,5 1,2,3,6
6 b. Kurang perhatian pada
orang lain Inconsiderate of others
7,9 8,10
4
c. Kurang perhatian pada diri sendiri Inconsiderate of
self 11,13
12,14 4
d. Masalah otoritas Authority problem
15,16,18 17
4 e. Menyesatkan orang lain
Misleads others 20,22
19,21 4
f. Mudah disesatkan Easily misled
24,25 23
3 g. Menjengkelkan orang lain
Aggravates other 27
26,28 3
h. Mudah marah Easily angered
29 30,31
3 i. Mencuri Stealing
32 33
2 j. Masalah alkohol atau obat
Alcohol or drug problem 35
34 2
k. Pembohong Lying 37
36,38 3
l. Menghadapi Fronting 39,41
40,42 4
Jumlah 20
22 42
2. Penguasaan
keterampilan interaksi sosial
oleh siswa tunanetra pada
sistem pendidikan
Inklusif
Keterampilan sosial awal:
a. Mendengarkan be a good listener Melakukan
percakapan
making conversation: b. memulai percakapan
c. menikmati percakapan
Melakukan perkenalan 44
45,47 48
43
46 49
2
3 2
Purwaka Hadi, 2012 Model Konseling Positive Peer Culture Untuk Meningkatkan Interaksi Sosial Siswa Tunanetra Di
Sekolah Inklusif Universitas Pendidikan Indonesia
| Repository.Upi.Edu
109
No Komponen
Obyek Sikap Indikator
Nomor Item ∑
Positif Negatif
introducing: d. memperkenalkan diri
e. memperkenalkan orang
lain f. Memberi pujian give
compliments g. Mengajukan pertanyaan
h. Mengucapkan terimakasih
50,52 54
56,58 60
62,63,65 51,53
55 57
59,61 64
4 2
3 3
4
Keterampilan sosial lanjut:
i. Meminta bantuan j. Kerjasama
k. Memberi instruksi l. Mengikuti instruksi
m. Meminta maaf n. Meyakinkan orang lain
o. Menunjukkan empaty 66
68 70
- 73
- 76,77
67 69
71 72
- 74
75,78 2
2 2
1 1
1 4
Jumlah 19
17 36
Jumlah keseluruhan 39
39 78
Berdasarkan kisi-kisi tersebut, kemudian disusun pernyataan-pernyataan yang
terdiri dari pernyataan positif + sebanyak 39 butir dan pernyataan negative - sebanyak 39 butir. Untuk mengukur problem tingkah laku siswa tunanetra dalam berinteraksi
sosial terdiri 42 pernyataan dan penguasaan keterampilan interaksi sosial siswa tunanetra terdiri
36 pernyataan.
Jumlah keseluruhan
itembutir pernyataan
dalam kuesionerinstrumen pengumpul data `Interaksi Sosial Siswa Tunanetra di Sekolah
Inklusi` adalah 78 butir pernyataan.
Purwaka Hadi, 2012 Model Konseling Positive Peer Culture Untuk Meningkatkan Interaksi Sosial Siswa Tunanetra Di
Sekolah Inklusif Universitas Pendidikan Indonesia
| Repository.Upi.Edu
110
D. Subyek dan Seting Penelitian