Purwaka Hadi, 2012 Model Konseling Positive Peer Culture Untuk Meningkatkan Interaksi Sosial Siswa Tunanetra Di
Sekolah Inklusif Universitas Pendidikan Indonesia
| Repository.Upi.Edu
97
merawatmembantu, memperlakukan sebagai musuh; 8 Mudah marah: sering mengganggu atau bikin gusar atau pemarah;9 Mencuri: mengambil berbagai hal
kepunyaan orang lain; 10 Masalah alkohol atau obat: Penyalahgunaan zat-zat aditif yang bisa menyakiti diri; 11 Pembohong: tidak bisa dipercaya untuk
menceritakan tentang kebenaran; 12 Menghadapi fronting: suka berpura-pura dan bukannya riil kenyataan.
2. Keterampilan interaksi sosial siswa tunanetra di sekolah inklusif
Secara konseptual, pakar ilmu sosial Libet dan Lewinsohn Carledge, 1992: 7 menyampaikan bahwa pengertian keterampilan berinteraksi sosial adalah
sebagai kemampuan yang kompleks untuk menampilkan perilaku baik positif atau negatif, dan bukan perilaku yang tampil karena hukuman oleh orang lain.
Dalam konteks kelembagaan, Combs dan Slaby Carledge, 1992: 9 mengemukakan
bahwa keterampilan berinteraksi sosial adalah kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain dalam konteks sosial tertentu dengan cara tertentu yang secara
sosial dapat diterima atau dihargai dan pada saat yang sama secara pribadi menguntungkan, saling menguntungkan, atau bermanfaat terutama untuk orang
lain atau masyarakat lingkungannya. Greca Carledge, 1992: 17 mengidentifikasi daerah-daerah untuk
pembelajaran keterampilan interaksi sosial yang berkontribusi positif dalam hubungan teman sebaya, meliputi: tersenyumtertawa,
menyapa orang lain, aktif dalam kegiatan, mengikuti ajakan bersama, terampil berbicara, bekerjasama, dan penampilanperawatan fisik. Tindakan atau perilaku
keterampilan sosial yang seharusnya dikuasai oleh remaja, menurut Goldstein,1985, Gershaw, Sprafkin,1995 Samad, 2007: 3, meliputi dua unsur,
Purwaka Hadi, 2012 Model Konseling Positive Peer Culture Untuk Meningkatkan Interaksi Sosial Siswa Tunanetra Di
Sekolah Inklusif Universitas Pendidikan Indonesia
| Repository.Upi.Edu
98
yaitu keterampilan sosial awal, keterampilan sosial lanjut, dan ditambahkan oleh Cooks, 2003 Samad, 2007: 3 yaitu unsur keterampilan sosial reseptif dan
ekspresif, meliputi: kemampuan mengenalkan diri introducing yourself, kemampuan melakukan percakapan making conversation, menjadi pendengar
yang baik be a good listener, kemampuan memberi pujian give compliments, dan kemampuan menunjukkan empati show empathy, yang penting
dikembangkan dalam membangun interaksi sosial dengan orang lain. Secara operasional, indikator konkrit keterampilan interaksi sosial siswa
tunanetra di sekolah inklusif diwujudkan dalam bentuk keterampilan sosial awal: mendengarkan, memulai percakapan, menikmati percakapan, mengajukan
pertanyaan, mengucapkan terimakasih, memperkenalkan diri, memperkenalkan orang lain, dan memberi pujian. Keterampilan sosial lanjut: meminta bantuan
kerjasama, memberi instruksi, mengikuti instruksi, meminta maaf, dan meyakinkan orang lain. Unsur keterampilan sosial reseptif dan ekspresif yang
lain, meliputi: kemampuan mengenalkan diri introducing yourself, kemampuan melakukan percakapan making conversation, menjadi pendengar yang baik be a
good listener, kemampuan memberi pujian give compliments, dan kemampuan menunjukkan empati show empathy, yang penting dikembangkan dalam
membangun interaksi sosial dengan orang lain.
3. Konseling positive peer culture PPC.