10
2.2.  Teori Struktur Modal
2.2.1.  Teori Agensi dan Hipotesis Arus Kas Bebas Jensen dan Meckling  1967 dalam Meythi  2005 Telah mengembangkan
teori  agensi  yang  menjelaskan  tentang  pola  hubungan  antara  principal  dan  agen. Penunjukan  manajer  oleh  pemegang  saham  akan    memunculkan  perbedaan
kepentingan  karena  manajer  diberi  kekuasaan  untuk  membuat  keputusan  yang dapat menciptakan konflik potensial.
Masalah  agen  timbul  karena  adanya  hubungan  bukan  saja  antara  pemilik dan  manajer,  tetapi  juga  hubungan  antara  pemilik  dan  pemberi  pinjaman
Manurung,  2001.    Pemberi  pinjaman  menyediakan  dana  pada  perusahaan dengan  maksud  untuk  memenuhi  kebutuhan  pengeluaran  modal  sekarang,  yang
akan datang, dan struktur modal bagi  perusahaan.  Faktor ini menentukan resiko bisnis dan risiko keuangan perusahaan.  Jika pemberi  pinjaman memberikan dana
pada perusahaan, bunga dibebankan berdasarkan penilaian pemberi pinjaman atas risiko  perusahaan.    Jika  investasi  yang  berisiko  tidak  berhasil,  maka  pemberi
pinjaman  menanggung  biayannya.    Jelas  ada  insentif  dimana  manajer  bertindak atas nama pemegang saham untuk mengambil keuntungan dari pemberi pinjaman.
Untuk  menghindari  situasi  ini,  pemberi  pinjaman  melakukan  monitoring dan  teknik  pengendalian  pada  yang  diberi  pinjaman  yang  disebut  dengan  biaya
agen.  Jika pinjaman yang ada hanya sedikit, maka pengawasan monitoring yang dilakukan pemberi pinjaman pun tidak terlalu ketat.  Biaya pengawasan tersebut,
Universitas Sumatera Utara
11 seperti  halnya  biaya  kebangkrutan,  cenderung  meningkat  pula  dengan  leverage
keuangan. Jensen:1986:323  memperluas  konsep  teori  agensi  kedalam  area
manajemen  struktur  modal,  dengan  konsepnya  yang  diberi  nama  free  cash  flow arus kas bebas, dengan pengertian sebagai berikut.  “Arus kas bebas adalah arus
kas  lebih  yang  dibutuhkan  untuk  mendanai  semua  proyek  yang  memiliki  nilai sekarang  NPV  positif  saat  nilai  diskonto  dengan  biaya  modal  yang  relevan
”. Jensen,1986:323 dalam keown, 2000:558
Jensen  mengemukakan  bahwa  arus  kas  bebas  yang  besar  akan  mengarah pada  perilaku  manajer  yang  salah  dan  keputusan  yang  buruk  yang  bukan  demi
kepentingan  pemegang  saham  biasa  perusahaan.    Dengan  kata  lain,  manajer memiliki  insentif  untuk  memegang  arus  kas  bebas  dan  “bermain”  dengannya,
bukan mengolahnya, misalnya menjadi pembayaran tunai yang lebih tinggi. Tapi tidak semuanya hilang. Ini mengarah pada  yang disebut Jensen sebagai hipotesis
kontrolnya untuk penciptaan utang  peningkatan utang. Dengan  meningkatkan  leverage,  pemegang  saham  akan  menikmati
pengawasan  “kontrol”  yang  lebih  atas  tim  manajemennya.    Contohnya,  jika perusahaan  menerbitkan  utang  baru  dan  menggunakan  hasilnya  untuk  membeli
kembali  saham  yang  terutang,  maka  manajemen  wajib  membayar  tunai  untuk menutupi  utang.    Ini  berarti  mengurangi  jumlah  arus  kas  yang  ada  pada
manajemen untuk dipermainkan.
Universitas Sumatera Utara
12 Motif  penggunaan  leverage  keuangan  ini  bisa  disebut  sebagai  hipotesis
ancaman,  karena  manajemen  berada  dibawah  ancaman  kegagalan  keuangan. Karenanya, sesuai dengan teori agensi pada struktu modal, manajer bekerja lebih
efisien dan disiplin keown,2000:558.
2.2.2.  Teori Pertukaran  Trade off Theory Sejumlah  argumentasi  terdahulu  mengarah  pada  perkembangan  yang
disebut  dengan  “Teori  Trade  off    dari  leverage”,  dimana  perusahaan menyeimbangkan  manfaat  dari  pendanaan  dengan  utang  dengan  suku  bunga  dan
biaya kebangkrutan yang lebih tinggi Brigham, 2006:36. Ringkasan teori trade off:
1.  Fakta bahwa bunga adalah beban pengurang pajak menjadikan utang lebih mudah daripada  saham biasa atau saham preferen. Akibatnya secara tidak
langsung pemerintah telah membayarkan sebagian biaya dari modal utang, atau  dengan  cara  lain,  utang  memberikan  manfaat  perlindungan  pajak.
Jadi, penggunaan utang memberikan lebih banyak laba operasi perusahaan yang diterima oleh para investor.  Karenanya semakin banyak perusahaan
mempergunakan utang, semakin tinggi harga sahamnya.  Menurut asumsi tulisan Modigliani
– Miller dengan pajak, harga saham sebuah perusahaan akan  mencapai  nilai  maksimal  sepenuhnya  jika  perusahaan  sepenuhnya
menggunakan utang 100.
Universitas Sumatera Utara
13 2.  Dalam dunia nyata, perusahaan jarang menggunakan utang 100.  Alasan
utama  perusahaan  membatasi  penggunaan  utangnnya  adalah  untuk menjaga-jaga biaya yang berhubungan dengan kebangkrutan tetap rendah.
3.  Terdapat  beberapa  tingkat  batasan  utang,  dimana  kemungkinan kebangkrutanya begitu rendah sehingga menjadi tidak penting.  Kemudian,
biaya-biaya  yang  berhubungan  dengan  kebangkrutan  menjadi  semakin penting,  dan  biaya-biaya  tersebut  mengurangi  manfaat  pajak  atas  utang
dengan  tingkat  yang  semakin  tinggi.    Biaya-biaya  yang  berhubungan dengan kebangkrutan berkurang tetapi tidak sepenuhnya menutupi manfaat
pajak  atas  utang,  sehingga  harga  saham  perusahaan  naik  seiring  dengan naiknya  rasio  utang.    Akan  tetapi,  biaya-biaya  yang  berhubungan  dengan
kebangkrutan  telah  melebihi  manfaat  pajak,  sehingga  selanjutnya penigkatan rasio utang akan menurunkan nilai saham.
4. Terdapat fakta bahwa banyak perusahaan besar yang sukses menggunakan
utang  lebih  sedikit  daripada  yang  dinyatakan  dalam  teori  ini.    Hal  ini mengarah  pada  teori  pensinyalan  signaling  theory.  Brigham,  2006:37-
38. Teori pertukaran juga merupakan salah satu teori dasar dalam pengambilan
keputusan pendanaan karena teori ini menjelaskan pembayaran bunga  yang dapat dikurangkan dari perhitungan pajak dapat  meningkatkan nilai  perusahaan sejalan
dengan  peningkatan  utang,  selama  posisi  utang  dalam  struktur  modal  masih berada  dibawah  target  struktur  modal  optimal.    Karena  menurut  teori  struktur
Universitas Sumatera Utara
14 modal, jika posisi struktur modal telah berada diatas target struktur modal optimal,
maka setiap pertambahan utang akan menurunkan nilai perusahaan. Leverage  keuangan  sebenarnya  tidak  secara  langsung  dapat  menaikkan
nilai  perusahaan.    Kebijakan  pendanaan  yang  baik  akan  meningkatkan  nilai perusahaan apabila manajemen perusahaan mampu menggunakan sumber-sumber
ekonomi  yang  mereka  miliki  dengan  efektif  dan  efisien  sehingga  akan menghasilkan tingkat produktivitas aktiva yang baik pula.  Maka, dengan asumsi
posisi struktur modal masih berada dibawah target struktur modal optimal, maka dapat  dirumuskan  sebuah  hipotesis  bahwa  leverage  keuanngan  mempunyai
hubungan yang signifikan dengan aktivitas investasi perusahaan.
2.2.3.  Pecking Order Theory Pandangan alternatif  yang ditujukan pada meramalkan bagaimana manajer
akan  mendanai  anggaran  modal  perusahaannya  sekarang  dikenal  dalam  literatur ekonomi keuangan sebagai
“Pecking Order Theory”.
Pecking  Order  Theory  dalam  struktur  modal  dijelaskan  dalam  empat  poin dibawah ini :
1.  Perusahaan menerapkan kebijaksanaan denda untuk kesempatan investasi. 2.  Perusahaan  lebih  suka  mendanai  kesempatan  investasi  dengan  dana  dari
dalam dulu, lalu modal keuangan eksternal akan dicari.
Universitas Sumatera Utara
15 3.  Saat  pendanaan  eksternal  dibutuhkan,  perusahaan  pertama  akan  memilih
menerbitkan  sekuritas  utang.    Menerbitkan  sekuritas  jenis  modal  akan diterbitkan terakhir.
4.  Dengan  semakin  banyaknya  dana  eksternal  dibutuhkan  untuk  mendanai proyek  dengan  nilai  sekarang  positif,  pendapatan  pecking  order  akan
diikuti,  ini  berarti  lebih  menyukai  utang  yang  berisiko,  artinya  pada konvertibel,  modal  preferen,  dan  modal  biasa  sebagai  pilihan  terakhir.
Keown 2000:57. Dana internal  lebih disukai  karena memungkinkan perusahaan untuk  tidak
perlu lagi  membuka diri dari pemodal luar, kalau bisa memperoleh sumber dana yang  diperlukan  tanpa  memperoleh  dari  pemodal  luar  sebagai  akibat  penerbitan
saham  baru.    Dana  ekternal  lebih  disukai  dalam  bentuk  utang  daripada  modal sendiri dengan alasan : pertama, biaya emisi obligasi lebih murah daripada biaya
emisi  saham  baru.    Kedua,  manajer  khawatir  penerbitan  saham  baru  akan ditafsirkan  sebagai  akibat  buruk  dari  pemodal,  dan  membuat  harga  saham  akan
turun.  Jadi, urutan sumber pendanaan dengan mengacu pada pecking order theory adalah  internal  fund  dana  internal,  debt  hutang,  dan  equity  modal  sendiri
Karo, 2003:53 dalam Aditya, 2006:13.
Universitas Sumatera Utara
16
2.3. Hubungan antara Leverage Keuangan dengan Tingkat Aktivitas