1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Sektor  industri  makanan  dan  minuman  merupakan  salah  satu  sub-sektor industri  pengolahan  non  migas  yang  memberikan  sumbangan  cukup  besar  pada
Pendapatan Domestik Bruto  PDB di  Indonesia.   Berdasarkan data  Badan Pusat Statistik Indonesia 2010, jumlah pendapatan industri makanan dan minuman pada
tahun  2008  sebesar  139.921,9  milyar  rupiah.  Jumlah  nominal  yang  dapat dihasilkan  dari  sektor  ini  merupakan  pendapatan  terbesar  kedua  setelah  industri
peralatan,  mesin,  dan  perlengkapan  transportasi  pada  industri  pengolahan  non- migas.    Namun,  “krisis  ekonomi  tahun  1997  masih  menyisihkan  segelintir
permasalahan  yang  membuat  pertumbuhan  sektor  industri  ini  bergerak  lambat, bahkan mengalami penurunan dari 5,9 di tahun 2005 menjadi 5,3 pada tahun
2006 ”    Arifin,  2008:85.    Krisis  ekonomi  juga  mengakibatkan  fluktuasi  nilai
tukar  rupiah  semakin  sulit  diprediksi  sehingga  membuat  pemerintah  sering mengambil  kebijakan  peningkatan  suku  bunga  yang  mengakibatkan  peningkatan
biaya  modal  bagi  perusahaan.    Kenaikan  biaya  inilah  yang  kemudian menyebabkan  terganggunya  manajemen  investasi  baik  jangka  pendek  maupun
jangka  panjang  di  perusahaan,  yang  berarti  perusahaan  terancam  mengalami penurunan  nilai.    Selain  itu,  era  globalisasi  yang  identik  dengan  perdagangan
bebas  menjadikan  persaingan  bisnis  antar  perusahaan  menjadi  sangat  ketat.
Universitas Sumatera Utara
2 Industri  bisnis  saling  berlomba
–  lomba  untuk  merebut  pasar  global  demi memaksimalkan  profit  dan  nilai  perusahaan.    Pada  era  globalisasi  ini,  hanya
perusahaan yang mampu memanfaatkan sumber – sumber ekonomi yang dimiliki
secara  efektif  dan  efisienlah  yang  dapat  memenangkan  persaingan  tersebut melalui berbagai strategi aktivitas bisnis yang berdaya saing.
Menurut Wie 2006 dalam Arifin 2008:91, “salah satu langkah untuk
menyelesaikan  permasalahan  tersebut  adalah  dengan  menjaga  kebijakan  yang yang  mendukung  persaingan  usaha  yang  sehat  guna  terciptanya  alokasi  sumber
daya yang efektif dan efisien ”.  Salah satu kebijakan yang dianggap paling penting
adalah  kebijakan  pendanaan.    Kebijakan  pendanaan  merupakan  salah  satu  kunci dalam  menentukan  nilai  perusahaan.
“Menurut  teori  struktur  modal,  kebijakan pendanaan  dalam  menentukan  struktur  modal  bertujuan  untuk  mengoptimalkan
nilai  perusahaan,  karena  nilai  perusahaan  merupakan  cerminan  dari  kinerja aktivitas
–  aktivitas  bisnis  yaitu:  kemampuan  manajemen  pendanaan  dalam menentukan target struktur modal aktivitas pendanaan, kemampuan manajemen
investasi  dalam  mengefektifkan  penggunaan  aktiva  aktivitas  investasi  dan kemampuan  manajemen  operasi  dalam  mengefisienkan  proses  produksi  dan
distribusi  aktivitas  operasi ”  Sugihen,2003:12.    “Kebijakan  pendanaan  yang
baik akan meningkatkan nilai perusahaan apabila manajemen perusahaan mampu menggunakan sumber
– sumber ekonomi yang mereka miliki dengan efektif dan efisien
” Jensen,1986:323-329 dalam Sugihen,2003:12.
Aktivitas  bisnis  lainnya  yang  cukup  penting  dalam  menentukan  nilai perusahaan  adalah  aktivitas  investasi.    Aktivitas  investasi  merupakan  kegiatan
Universitas Sumatera Utara
3 perencanaan  dan  pelaksanaan  kebijakan  investasi  dengan  tujuan  mengupayakan
efektivitas  dan  efisiensi  penggunaan  aktiva  perusahaan  untuk  memaksimalkan nilai  perusahaan.    Aktivitas  investasi  juga  memprediksi  berapa  modal  yang
diperlukan  perusahaan  dalam  pemakaian  dan  penambahan  aktiva  perusahaan untuk  kegiatan  produksi.    Semakin  efisien  penggunaan  aktiva  perusahaan,  maka
semakin  baik  kinerja  perusahaan  tersebut,  sehingga  nilai  perusahaan  menjadi semakin  baik.    Dengan  demikian,  nilai  perusahaan  adalah  cerminan  dari  kinerja
keuangan  yang  berasal  dari  hasil  aktivitas –  aktivitas  bisnis.    Kemampuan
manajemen dalam menggunakan faktor produksi yang dimiliki aktivitas investasi dapat  diukur  melalui  rasio  aktivitas,  yang  menggambarkan  tingkat  efisiensi
penggunaan  sumber  dayanya,  diantaranya  tingkat  perputaran  piutang,  tingkat perputaran persediaan, tingkat perputaran aktiva tetap, dan tingkat perputaran total
aktiva. Salah  satu  alternatif  kebijakan  pendanaan  adalah  pendanaan  dengan
utang.    Penggunaan  utang  dalam  sumber  pendanaan  mempunyai  keuntungan, yaitu dapat mengurangi jumlah pembayaran pajak karena beban bunga tetap yang
ditimbulkan  dari  utang,  berbeda  dengan  pembayaran  deviden  yang  tidak  dapat mengurangi  pembayaran  pajak.    Disisi  lain,  penggunaan  utang  juga  mempunyai
kerugian karena timbulnya ancaman biaya keagenan dan kebangkrutan.  Menurut teori pertukaran trade of theory yang dikembangkan oleh Modigliani dan Miller
MM  tahun  1958,  bila  keuntungan  pajak  lebih  besar  dari  biaya  keagenan  dan kebangkrutan,  maka  sebaiknya  perusahaan  menggunakan  utang  untuk
memaksimalkan  nilai  perusahaan.    Teori  ini  juga  menyatakan  bahwa  nilai
Universitas Sumatera Utara
4 perusahaan  akan  meningkat  sejalan  dengan  penggunaan  utang,  selama  posisi
utang dalam struktur modal masih berada dibawah target struktur modal optimal. Karena  menurut  teori  struktur  modal,  jika  posisi  struktur  modal  telah  berada  di
atas target struktur modal, maka setiap pertambahan utang akan menurunkan nilai perusahaan.
Teori  keagenan  Agency  Theory  yang  dikemukakan  oleh  Jensen  pada tahun  1986  menekankan  bahwa
“masalah  keagenan  yang  timbul  antara  manajer dengan  pemegang  saham  dalam  memanfaatkan  arus  kas  bebas  dapat  diatasi
dengan  peningkatan  utang,  dengan  harapan  persyaratan  pelunasan  utang  yang ketat  akan  membuat  manajemen  perusahaan  lebih  efisien  dalam  menggunakan
faktor – faktor produksi milik perusahaan untuk memproduksi aktiva perusahaan”
Jensen:1986 dalam Sugihen, 2003:13.  Pernyataan ini kemudian dikenal sebagai hipotesis  arus  kas  bebas  free  cash  flow  hypothesis  yang  merupakan
pengembangan dari teori keagenan.  Penggunaan utang sebagai sumber pendanaan tentunya  dapat  meningkatkan  peluang  manajemen  perusahaan  untuk  melakukan
berbagai aktivitas perusahaan karena adanya tambahan kas bagi perusahaan yang dapat  menimbulkan  arus  kas  bebas.    Sehingga  dapat  diduga  bahwa  peningkatan
utang  dapat  membuat  perusahaan  menjadi  lebih  efisien  dalam  menggunakan aktiva perusahaan.
Penelitian  terdahulu  mengenai  hubungan  antara  struktur  modal  dengan aktivitas  investasi,  produktifitas,  kinerja  keuangan,  dan  nilai  perusahaan
menunjukkan  hasil  yang  beragam.    Fillbeck  dan  Gorman  2001  menemukan hubungan  yang  positif  antara  leverage  dengan  tingkat  aktivitas  investasi  dan
Universitas Sumatera Utara
5 produktivitas aktiva.  Hal ini berarti sejalan dengan hipotesis arus kas bebas yang
telah  dijelaskan  diatas.    Namun  hasil  penelitian  tersebut  berbeda  dengan  hasil penelitian  yang  dilakukan  oleh  Manurung  2004  dan  Sugihen  2003  yang
menyatakan  bahwa  kebijakan  utang  leverage  keuangan  mempunyai  pengaruh negatif  terhadap  aktivitas  investasi  perusahaan.    Hal  ini  diperkirakan  karena
melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar saat krisis ekonomi tahun 1997. Perusahaan  food  and  beverage  merupakan  industri  yang  potensial  karena
berhubungan  dengan  kebutuhan  pokok  manusia.    Hal  ini  ditandai  dengan  sangat tingginya  tingkat  persaingan  antara  perusahaan  yang  satu  dengan  yang  lainnya
dalam  industri  ini.    Sehingga  banyak  investor  tertarik  untuk  berinvestasi  pada perusahaan food and beverage, dengan harapan memperoleh deviden yang cukup
besar dari hasil investasi yang telah dilakukan. Berdasarkan  uraian  di  atas  maka  penyusunan  skripsi  ini  diberi  judul
“Hubungan Antara Leverage Keuangan Dengan Tingkat Aktivitas Investasi Perusahaan
Food and Beverage Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia ”.
1.2. Perumusan Masalah