Dalam sistem GATT, prinsip National Treatment dan prinsip most favoured national menjamin tidak adanya tindakan diskriminatif diterapkan oleh negara -
negara anggota. Kedua prinsip ini menjadi prinsip pada pengaturan bidang - bidang perdagangan yang lahir dalam perjanjian putaran Uruguay. Kedua prinsip
ini juga berlaku dalam General Agreement on Trade in Service GATS. Dalam GATS, negara - negara anggota WTO diwajibkan untuk memberlakukan
perlakuan yang sama terhadap jasa - jasa atau para pemberi jasa dari suatu negara dengan negara lainnya
175
C. Perlindungan Terhadap Perusahaan Multinasional Melalui Pemberlakuan Prinsip Perlakuan Sama
Perkembangan dan kemajuan suatu pasar modal, sangat ditentukan oleh adanya kepastian hukum bagi investor, baik nasional maupun investor
internasional, para investor akan tertarik menanamkan modalnya di bursa efek apabila adanya perangkat aturan hukum yang menjamin adanya perlindungan,
kepastian hukum dan keadilan, apabila bisnis pada perdagangan saham sangat mengandalkan kepercayaan investor. Salah satu kiat untuk menanamkan
kepercayaan adalah keterbukaan informasi, terutama keterbukaan terhadap fakta materiel, yakni informasi penting dan relevan mengenai peristiwakejadianfakta
yang dapat mempengaruhi harga efek pada bursa efek, atau keputusan investor atau calon investor yang berkepentingan atas informasi tersebut.
176
175
Huala Adolf, Op.cit, Hlm 112.
176
Syarief Oesman Ahimsa, ”Perlindungan Hukum Bagi Investor Terhadap Praktik Insider Trading Dalam Perdagangan Saham”, http:www.researchgate.net , terakhir kali diakses
tanggal 2 Mei 2014
Universitas Sumatera Utara
Apa yang bisa membuat investor merasa tenang dalam berusaha adalah adanya kepastian hukum, karena dengan kepastian hukum investor dapat
melakukan sejumlah prediksi terhadap rencana usaha yang dilakukannya.
177
Kepastian Hukum dalam penanaman modal diletakkan berdasarkan hukum dan ketentuan peraturan perundang-undangan dalam setiap kebijakan dan
tindakan Pemerintah.
178
Pasal 3 UU No. 25 Tahun 2007 menempatkan asas kepastian hukum dalam posisi teratas dari 10 asas penyelenggaran penanaman modal di Indonesia.
Asas ini menekankan pada kedudukan Indonesia sebagai negara hukum yang meletakkan hukum dan ketentuan peraturan perundang-undangan sebagai dasar
dalam setiap kebijakan dan tindakan dalam bidang penanaman modal. Namun, masalah kepastian hukum dalam penyelenggaraan investasi tidak seluruhnya
ditentukan oleh kaidah-kaidah hukum dalam UU tersebut. Kepastian hukum dalam pengertian substansi harus pula didukung pula oleh substansi hukum pada
bidang hukum bisnis lainnya dan ditentukan pula aspek kepastian dalam struktur penegakan hukum. Dalam hal yang terakhir ini penerapan kaidah hukum dan
peraturan perundang-undangan terkait investasi dalam peristiwa konkrit melalui putusan-putusan badan peradilan menjadi faktor sorotan adanya kepastian hukum.
177
Mahmul Siregar, “Kepastian Hukum Dalam Transaksi Internasional dan Implikasinya Terhadap Kegiatan Investasi Di Indonesia”, www.usu.ac.id, terakhir kali diakses tanggal 2 Mei
2014
178
Yakub Adi Krisanto, “Asas dan Tujuan Penanaman Modal Menurut UU No. 25 Tahun 2007”, http:gubugpengetahuan.blogspot.com, terakhir kali diakses tanggal 2 Mei 2014
Universitas Sumatera Utara
Pada perspektif ini dunia peradilanlah yang memberikan citra pada kepastian hukum tersebut.
179
Iklim investasi di lndonesia bertambah tidak kondusif karena stabilitas sosial dan politik serta jaminan keamanan dan penegakan hukum di dalam negeri
masih rawan. Investor sering mengeluhkan masalah penegakan hukum. Hasil survey dari Political and Economic Risk Consultancy PERC menunjukkan
bahwa lndonesia paling buruk dalam skor hukum di Asia. lndonesia berada pada posisi teratas dengan skor hampir 10. Tidak adanya kepastian hukum membuat
para investor merasa tidak nyaman untuk menanamkan uangnya di lndonesia. Selain itu, banyak investor mengeluhkan masalah pelayanan perizinan dan
birokrasi yang masih dianggap berbelit-belit dan memakan biaya yang besar
180
Pemerintah yang kebijakan investasinya berubah-ubah dengan cepat atau tidak transparan dalam perundingan bisnis, akan kesulitan, bahkan mustahil
menarik modal skala besar dan munculnya kegiatan anti investor dapat juga mempengaruhi lokasi dan jumlah modal perusahaan swasta di bar negeri.
Ketidakstabilan politik dapat menutup operasi asing menjauhkan investasi baru. Di samping kebijakan yang berubah-ubah, Pemerintah yang tidak kompeten,
lemah atau kolusif yang tidak mampu atau tidak mau menghilangkan perilaku yang membuat investor asing takut, maka sulit menemukan investasi asing dan
kemajuan perekonomian. Hal ini juga nampak pada akses kebijakan Pemerintah Pusat, dalam hal kebijakan investasi asing, di mana seharusnya Pemerintah
179
Mahmul Siregar, “Kepastian Hukum Dalam Transaksi Internasional dan Implikasinya Terhadap Kegiatan Investasi Di Indonesia”, www.usu.ac.id, terakhir kali diakses tanggal 2
Januari 20141.
180
Ridwan Khairandy, “Iklim Investasi dan Jaminan Kepastian Hukum dalam Era Otonomi Daerah”, http:jurnal.pdii.lipi.go.id, terakhir kali diakses tanggal 2 Mei 2014.
Universitas Sumatera Utara
Daerah harus memahami bahwa investor asing mungkin saja membawa permasalahan investasi mereka kepada lembaga ICSID untuk mendapatkan
perlindungan hukum dan akibatnya berdampak secara nasional.
181
Berdasarkan pembahasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa prinsip perlakuan yang sama dapat menjadi perlindungan bagi perusahaan multinasional
karena setiap perusahaan multinasional mendapatkan perlakuan yang sama. Mulai dari hal jaminan perlindungan, cara-cara membangun perusahaan, dan
menanamkan modal. Apabila adanya pembedaan dari ketentuan pemerintah maka hal tersebut akan menyulitkan perusahaan asing untuk mendapatkan perlindungan.
Tetapi dengan adanya prinsip perlakuan yang sama seperti yang telah dijelaskan, seluruh perusahaan multinasional akan merasa lebih aman dan dilindungi sesuai
dengan hukum-hukum dan ketentuan yang berlaku.
181
Ibid
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian-uraian sebelumnya yang dikaitkan dengan permasalahan maka dapat disimpulkan sebagai berikut
1. Prinsip Perlakuan Yang Sama Dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun
2007 Tentang Penanaman Modal yaitu perlakuan antara penanam modal asing dan penanam modal dalam negeri. Bahwa pemerintah tidak
membedakan perlakuan terhadap penanam modal yang telah menanamkan modalnya di Indonesia, kecuali ditentukan lain oleh ketentuan peraturan
perundang-undangan dan hak istimewa yang berkaitan dengan kesatuan kepabeanan, wilayah perdagangan bebas, pasar bersama common
market, kesatuan moneter, kelembagaan yang sejenis, dan perjanjian antara Pemerintah Indonesia dan pemerintah asing yang bersifat bilateral,
regional, atau multilateral yang berkaitan dengan hak istimewa tertentu dalam penyelenggaraan penanaman modal.
2. Bentuk perlindungan terhadap investasi multinasional menjadi salah satu
jaminan bagi para investor dalam menanamkan modalnya. Perlindungan hukum yang diberikan pemerintah Indonesia untuk lebih meningkatkan
kepercayaan investor yaitu MIGA suatu organisasi internasional dibawah payung Bank Dunia yang menyediakan jaminan terhadap investor asing
yang ada di Indonesia. Sama halnya dengan BIT perjanjian penanaman modal yang disepakati oleh dua negara, mereka sepakat untuk saling
Universitas Sumatera Utara