Bentuk-Bentuk Perlindungan Terhadap Investasi Multinasional

Negara Indonesia juga dapat dijadikan contoh keberhasilan investasi asing dalam mempercepat laju pertumbuhan dan kesejahteraan ekonomi suatu bangsa. Setelah membuka diri terhadap investasi asing dengan diterbitkannya Undang- Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing pada masa orde baru, pendapatan perkapita rakyat Indonesia yang hanya sebesar 75 pada tahun 1967 meningkat secara signifikan menjadi 570 dalam kurun 14 tahun pada tahun 1991. Bahkan pada tahun 2010 pendapatan perkapita rakyat Indonesia sudah sebesar 3600 dengan PDB senilai 700 milyar dibandingkan dengan 43 tahun lalu yang hanya 5.98 milyar saja pada 19673. Hal ini menjadikan Indonesia tumbuh sebagai negara dengan ekonomi yang berkembang maju dan modern. 143

C. Bentuk-Bentuk Perlindungan Terhadap Investasi Multinasional

Penanaman modal hanya akan meningkat apabila tercipta iklim investasi yang kondusif dan sehat serta meningkatnya daya saing Indonesia sebagai tujuan investasi tersebut. Untuk itu, semua pihak, baik pemerintah, kalangan usaha, dan masyarakat umum, harus dapat menciptakan iklim investasi yang sehat dan kondisif yaitu dengan memelihara stabilitas makro ekonomi serta terjaminnya kepastian hukum dan kelancaran penanaman modal yang efisien. Upaya menarik investor mengingat daya saing yang dimiliki Indonesia mempunyai potensi yang sangat besar berupa wilayah yang luas dan subur dengan kekayaan alam yang melimpah,upah buruh yang relatif rendah, pasar yang sangat besar, lokasi yang strategis, adanya kepentingan untuk mendorong iklim investasi 143 Trading Economics. 2012. www.Tradingeconomics.ComIndonesiagdp diakses 13 Juni 2014. Universitas Sumatera Utara yang sehat, tidak adanya pembatasan atas arus devisa, termasuk modal dan keuntungan, Undang - Undang Penanaman Modal perlu terus diperbaharui, oleh karena itu, dipandang perlu untuk melakukan penataan dan penyesuaian ketentuan penanaman modal di Indonesia yang mencakup semua sektor. Langkah-langkah yang dilakukan oleh pemerintah dalam menggairahkan kembali iklim investasi, yaitu melakukan pembangunan hukum di bidang investasi karena hukum pada hakekatnya berfungsi sebagai penjamin, penegak ketertiban dan keadilan, serta penunjang pembaharuan masyarakat kearah modernisasi 144 Indonesia mempunyai sumber kekuatan ekonomi yang potensial, bersumber pada kekayaan alam yang melimpah didalamnya yang memerlukan sumber daya manusia dan sumber dana investasi, dan dalam pengelolaan sumber yang berpotensial itu, mempunyai kendala - kendala yang dihadapi seperti tingkat tabungan saving masyarakat yang masih rendah, akumulasi modal yang belum efektif dan efisien, keterampilan skill manusianya yang belum memadai, serta tingkat teknologi yang kurang modern. 145 Modal yang dibutuhkan untuk mengelola sumber daya alam dan potensi ekonomi yang ada harus dioptimalkan sehingga diharapkan ada nilai tambah tidak saja bagi negara akan tetapi juga bagi masyarakat pada umumnya. Modal yang dimaksud tidak hanya berupa dana fresh money, akan tetapi meliputi teknologi 144 Ibid 145 Aminuddin Ilmar, Op. cit, hlm 2. Universitas Sumatera Utara technology, keterampilan skill, serta sumber daya manusia human resource. 146 Pembangunan ekonomi Indonesia di era globalisasi dewasa ini memerlukan dana yang cukup besar dan membutuhkan tambahan sumber-sumber pembiayaan pembangunan. Disadari bahwa investasi yang bersumber dari dalam negeri tidak cukup untuk mendorong pembangunan ekonomi nasional dalam skala yang lebih besar. Oleh karena itu, dibutuhkan kehadiran investasi asing untuk mendampingi investasi dalam negeri untuk mempercepat pembangunan ekonomi. Usaha pembangunan hukum pada dasarnya ditujukan untuk menampung kebutuhan hukum menurut tingkat kemajuan di bidang - bidang non hukum. Hukum mempunyai peranan penting karena segala kegiatan ekonomi yang berlangsung apalagi dalam kondisi pasar global saat ini, hukum member peran mengatur gerak ekonomi sehingga menjadi pertumbuhan ekonomi yang sehat. Untuk dapat tercapainya pembangunan ekonomi, diperlukan atau harus didukung dengan pembangunan hukum. Oleh karena itu, penyempurnaan produk hukum dalam bentuk dikeluarkannya peraturan perundang-undangan di bidang penanaman modal yang mengakomodasi kendala-kendala investasi yang terjadi selama ini demi tercapainya pertumbuhan ekonomi yang lebih baik yang dapat meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat Indonesia merupakan suatu langkah yang tepat. Perlindungan hukum yang diberikan oleh pemerintah Indonesia untuk lebih meningkatkan kepercayaan investor asing dalam menanamkan modalnya, 146 Sentosa Sembiring, Op.cit, hlm 20-21 Universitas Sumatera Utara salah satunya membuat perjanjian bilateral dengan berbagai negara asal investor, perjanjian investasi ini melahirkan beberapa prinsip yang umum berlaku dalam tata pergaulan internasional. Prinsip tersebut antara lain : prinsip A national treatment clause, artinya setiap pihak akan memberikan perlakuan yang sama bagi para pihak yaitu pihak tuan rumah dan pihak penanam modal. Kedua, prinsip A most favoured nation clause, artinya pihak tuan rumah ataupun pihak penanaman modal asing, tidak akan mendapatkan perlakuan yang kurang dibandingkan dengan pihak lain. 147 MIGA Multilateral Investment Guarantee Agency adalah suatu organisasi internasional dibawah payung Bank Dunia yang dibentuk pada tahun 1985. MIGA menyediakan jaminan terhadap investor asing yang ada di Indonesia. 148 Resiko yang ditanggung oleh MIGA adalah resiko yang sifatnya non- komersial, yaitu: 149 1. Pembatasan transfer mata uang yang digunakan transfer restriction 2. Tindakan pengambilalihan yang menghapuskan kepemilikan, kontrol atau hak terhadap investasi yang diasuransikan yang dilakukan negara host country terhadap investasi asing di negaranya expropriation 3. Pelanggaran perjanjian breach of contract, dalam hal ini terjadi wanprestasi, maka pihak investor harus segera menempuh mekanisme penyelesaian sengketa sesuai ketentuan yang diatur dalam perjanjian 147 Ibid., hlm 233. 148 Herni Sri Purbaanti, Peranan Multilateral Investment Guarantee Agency di Indonesia, dalam http:hukumonline.com, diakses pada tanggal 11 Juli 2014. 149 Herni Sri Purbaanti, Peranan Multilateral Investment Guarantee Agency di Indonesia, dalam http:hukumonline.com, diakses pada tanggal 11 Juli 2014. Universitas Sumatera Utara tersebut dan mendapatkan ganti rugi atas segala kerugian yang dideritanya. Jika dalam periode waktu tertentu, pihak investor belum menerima pembayaran atau penyelesaian sengketa yang ditempuh gagal karena tindakan yang dilakukan oleh Pemerintah host country, maka MIGA akan membayar kompensasi. 4. Terjadinya perang dan kekacauan dalam masyarakat war and civil disturbance, termasuk dalam kategori revolusi, kudeta, pembrontakan, huru hara, sabotase, dan aksi terorisme. Tindakan pemerintah Indonesia lainnya yaitu meratifikasi konvensi The Convensional Establishing the Multilateral Investment Guarantee MIGA, berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 1 Tahun 1986. Hal tersebut memberikan pandangan positif kepada Indonesia oleh pihak penanam modal asing, karena dengan hal tersebut pihak Indonesia telah memberikan suatu jaminan perlindungan hukum bagi pihak penanam modal asing atas resiko penanaman modal asing di Indonesia. Selain itu dengan diterbitkannya Undang-undang No. 25 Tahun 2007 telah memberikan suatu jaminan atas perlindungan dan kepastian hukum bagi para penanam modal terhadap pengambilalihan atas perusahaan asing yang tertera dalam Pasal 7 Undang-undang No. 25 Tahun 2007. Bilateral investment treaties BIT adalah perjanjian penanaman modal yang disepakati oleh dua negara. Berdasarkan perjanjian tersebut, mereka sepakat untuk saling melindungi setiap bentuk kegiatan penanaman modal yang dilakukan oleh investor antar kedua negara. Universitas Sumatera Utara BIT menjadi dasar bagi kedua negara untuk mengeluarkan kebijakan yang dapat mendukung, mengamankan dan mempromosikan penanaman modal di masing-masing negara. Komitmen ini kemudian direpresentasikan dengan cara saling melindungi setiap bentuk kegiatan penanaman modal dari aksi nasionalisasi atau pengambilalihan perusahaan oleh negara dan pembatasan aturan dalam penanaman investasi. Kebebasan investor juga dijamin ketika melakukan transfer dana. Karena itu, BIT sering diterjemahkan sebagai Perjanjian Peningkatan dan Perlindungan Penanaman Modal P4M, atau Investment Guarantee Agreement IGA. Kedua negara yang terikat di dalam BIT juga menyepakati perumusan mekanisme penyelesaian sengketa secara adil, serta menjalankan perlakuan non- diskriminatif yaitu tidak saling membedakan investor di antara mereka. Maksud perlakuan sama tentunya dalam mematuhi kebijakan publik di bidang penanaman modal yang berlaku di kedua negara. BIT juga mengakui subrogasi dalam kasus pembayaran asuransi oleh lembaga penjamin yang ditunjuk oleh investor itu sendiri. Dalam memperlakukan investor, kedua Negara sepakat untuk menerapkan prinsip national treatment NT dan most favoured nation MFN. Kesetaraan perlakuan penanaman modal yang dimaksud berkenaan dengan manajemen, penggunaan dan pemilikan atau penguasaan penanaman modal, serta seluruh kegiatan apapun yang terkait dengan penanaman modal. Namun demikian prinsip tersebut dapat batal dengan sendirinya jika di antara kedua negara terlibat perjanjian internasional lainnya. Keterlibatan itu disebabkan salah satu atau kedua Universitas Sumatera Utara negara duduk sebagai anggota dari negara-negara yang membebaskan bea cukai ekspor barang, atau bisa juga karena terlibat kesepakatan pasar bersama, zona perdagangan bebas serta terlibat perjanjian ekonomi multilateral terkait lainnya. Kedua negara juga sepakat saling memberikan restitusi, perlindungan, ganti rugi atau penyelesaian lainnya. Hal itu terjadi jika di antara mereka tidak menerapkan NT maupun MFN secara konsisten. Ganti rugi juga diberikan terhadap kerusakan dan kerugian penanaman modal yang diakibatkan perang atau konflik senjata, revolusi, negara dalam keadaan darurat, pemberontakan, huru-hara dan kerusuhan. Terkait repatriasi penanaman modal, kedua negara sepakat tidak saling menghambat proses pengiriman dana antar-negara apalagi jika investor yang bersangkutan sudah melunasi kewajiban pajaknya. Kegiatan pengiriman dana dilakukan untuk menambah modal, transfer keuntungan netto termasuk deviden dan bunga, pembayaran hutang dan bunganya, pembayaran royalti dan uang jasa penanaman modal, hasil penjualan saham yang dimiliki pemegang saham asing, ganti rugi kerusakan atau kerugian, hasil atas likuidasi, serta upah tenaga kerja yang sudah memiliki izin. Kedua negara juga sepakat mengakui hak subrogasi yang dimiliki antar- investor. dengan mengakui hak penjaminan yang dimiliki oleh perusahaan penjamin yang ditunjuk oleh investor itu sendiri. Sementara menyangkut sengketa yang terjadi antara investor dengan salah satu Negara atau antar pemerintah negara, diselesaikan secara damaidiplomatik. Namun bila dalam waktu dua belas bulan tidak kunjung mencapai penyelesai, investor dapat mengajukan penyelesaiannya melalui ICSID. Prosedur ICSID ditentukan oleh Washington Universitas Sumatera Utara Convention pada 18 Maret 1965 yang menyepakati penyelesaian perselisihan- perselisihan penanaman modal antar-negara, serta antar-warga negara dari negara berbeda. Sejak membuka diri terhadap kedatangan aliran investasi asing yang dikukuhkan melalui Undang-Undang Nomor 78 Tahun 1958 tentang Penanaman Modal Asing kemudian diganti oleh Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing, dan sekarang berlaku Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, Indonesia langsung melibatkan diri dengan P4M. Dimulai pada 7 Januari 1967, Indonesia menyepakati P4M dengan Amerika dengan masa berlaku 20 tahun. Kemudian bersama Denmark, Indonesia juga telah menyepakati P4M pada 30 Januari 1968. Berbagai BIT yang dilakukan Indonesia ternyata melingkupi cakupan yang sangat luas, misalnya tentang perlindungan aset penanaman modal yang tidak hanya pada aset yang berwujud, namun juga meliputi aset yang tidak berwujud. Demikian pula mengenai definisi keuntungan yang dikatakan sebagai sejumlah uang yang dihasilkan dari kegiatan penanaman modal. Keuntungan atau penghasilan yang dimaksud meliputi; keuntungan bunga, keuntungan penjualan barang modal, deviden, royalti atau uang jasa. Luasnya cakupan tersebut dapat tergambar pada BIT yang dilakukan Indonesia dengan Korea Selatan yang ditandatangani pada 16 Februari 1991. Dalam perjanjian tersebut pengertian penanaman modal meliputi semua jenis aset yang ditanam investor, yakni: Harta bergerak dan tidak bergerak serta hak milik lainnya seperti hipotek, hak gadai atau jaminan; Saham, stok dan surat hutang Universitas Sumatera Utara perusahaan di manapun didirikan. Atau semua kepentingan di dalam harta kekayaan perusahaan; Tagihan uang atau tagihan lainnya yang berhubungan dengan penanaman modal yang bernilai uang; Hak milik kekayaan intelektual, seperti hak cipta, merek dagang, paten, desain produk industri, keahlian, rahasia dagang dan nama dagang, serta goodwill; Hak izin usaha yang diberikan oleh undang-undang atau menurut persetujuan terkait dengan penanaman modal. Termasuk izin usaha untuk meneliti, mengolah, menggali atau mengeksploitasi sumber-sumber alam. Sementara, BIT yang dilakukan antara Indonesia dengan Belanda melalui Persetujuan antara pemerintah Republik Indonesia dengan Pemerintah Kerajaan Belanda tentang Peningkatan dan Perlindungan atas Penanaman Modal dibuat pada tanggal 6 April 1994 dan dituangkan dalam Keppres No 58 tahun 1994 Lembaran Negara No 43 yang ditetapkan tanggal 2 Agustus 1994. Masa berlaku 10 tahun dan dapat diperpanjang otomatis setiap 10 tahun berikutnya. Perjanjian ini bisa diakhiri dengan cara pemberitahuan tertulis 1 tahun sebelum masa berlaku berakhir. Seluruh BIT yang dilakukan Indonesia dengan negara lain hampir memiliki substansi yang sama, namun masa berlakunya bervariasi dari lima hingga dua puluh tahun. Jika masa berlakunya telah habis maka perjanjian itu akan terus berlanjut dengan sendirinya sampai salah satu pihak menyampaikan keberatannya secara tertulis Dengan adanya BIT ini, maka sistem birokrasi dan perizinan di Indonesia telah mengalami perubahan. Ini terjadi lewat pemangkasan perizinan, lebih transparan serta pemberian beberapa kebijakan insentif, termasuk pemerintah akan Universitas Sumatera Utara memberikan kemudahan bagi masuknya investasi Belanda di Indonesia. Ini dilakukan untuk mendukung Indonesia menjadi basis produksi saat ASEAN Economic Community AEC atau Masyarakat Ekonomi ASEAN berlaku mulai tahun 2015. Indonesia juga akan menjadi based production basis produksi untuk penetrasi pasar ASEAN, di mana untuk tahun 2015 Indonesia akan menjadi pasar tunggal dan menjadi basis perusahaan Belanda untuk masuk pasar ASEAN. Pada negara-negara lain BIT memuat ketentuan mengenai menghormati dan mematuhi kebijakan publik di bidang penanaman modal yang berlaku di kedua Negara, serta klausul tentang mekanisme penyelesaian sengketa, artinya sengketa akan diselesaikan menurut perudang-undangan yang berlaku di Negara masing-masing. Namun dalam berbagai BIT yang dilakukan Indonesia ternyata agak berbeda, dimana sengketa diselesaikan melalui mekanisme arbitrase internasional ICSID, sehingga seringkali merugikan Indonesia sendiri. Sejak April 2011, Indonesia telah menandatangani 66 BIT dengan negara- negara lain, di antaranya adalah dengan Negara-negara Anggota Uni-Eropa Belgia, Luxemburg, Bulgaria, Republik Ceko, Denmark, Finlandia, Perancis, Jerman, Hungaria, Italia, Belanda, Polandia, Romania, Republik Slovakia, Spanyol, Swedia, dan Britania Raya, Korea, China, Filipina, Jepang, Maroko,Qatar dan Saudi Arabia . Mengingat seluruh Negara-negara yang melakukan BIT dengan Indonesia telah terlibat dalam perjanjian ekonomi perdagangan baik multilateral maupun regional dibawah payung World Trade Organization WTO maupun ASEAN Assosiation of South East Asia Nation, maka sesungguhnya BIT-BIT yang Universitas Sumatera Utara dimiliki Indonesia saat ini sudah tidak relevan lagi untuk dipertahankan. Terlebih bila dicermati satu persatu berbagai BIT tersebut, justru tidak menguntungkan Indonesia. Dengan adanya BIT ini, posisi Indonesia terhadap Negara-negara investor menjadi lemah dikarenakan posisi Indonesia sebagai Negara objek investasi tidak mempunyai kekuatan apa-apa di hadapan para investor global dalam mengelola asset nasional. Hal ini tentu sangat merugikan, sehingga BIT-BIT Indonesia dengan berbagai Negara selama ini sudah seharusnya diberhentikan saat ini juga. 150 Perlindungan investasi lainnya yang diberikan pemerintah Indonesia adalah perlindungan investasi melalui sistem penyelesaian sengketa. Apabila sengketa yang terjadi antara investor domestik dengan pihak pemerintah Indonesia dan masyarakat sekitarnya, hukum yang digunakan adalah hukum Indonesia. Ada dua cara yang ditempuh investor domestik untuk menyelesaikan sengketa yang timbul antara pemerintah Indonesia dengan investor domestik, yaitu: 1. Penyelesaian sengketa melalui non litigasi atau disebut Alternative Dispute Resolution ADR. 2. Litigasi. Didalam penyelesaian sengketa melalui non litigasi atau ADR ada lima cara penyelesaian sengketa, yaitu: 1. Konsultasi, dimana kedua belah pihak mengadakan tukar pikiran atau konsultasi untuk menyelesaikan sengketa dalam penanaman modal. 150 Bonnie Setiawan dan Edy Burmansyah, Billateral Investment Treaties, dalam http:resistancealternatives.org , diakses pada tanggal 11 Juli 2014. Universitas Sumatera Utara 2. Negoisasi, dimana kedua belah pihak mengadakan perundingan untuk menyelesaikan sengketa dalam penanaman modal diantara keduanya. 3. Mediasi, dimana kedua belah pihak menyepakati untuk menggunakan jasa mediator dalam menyelesaikan sengketa dalam penanaman modal. 4. Konsiliasi, kedua belah pihak menyepakati untuk menggunakan jasa konsiliator untuk menyelesaikan sengketa dalam penanaman modal. 5. Penilaian Ahli, kedua belah pihak menyepakati untuk menggunakan penilaian ahli untuk menyelesaikan sengketa dalam penanaman modal. Apabila kelima cara itu tidak dapat diselesaikan oleh kedua belah pihak, salah satu pihak yang dirugikan dapat mengajukan persoalan itu ke pengadilan. Prosedur yang harus ditempuh adalah pihak investor domestik tersebut mengajukan gugatan ke pengadilan di wilayah tempat perbuatan hukum dan sengketa terjadi. Dalam Pasal 32 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal telah ditentukan cara penyelesaian sengketa dalam penanaman modal. Pasal 32 1 Dalam hal terjadi sengketa di bidang penanaman modal antara Pemerintah dengan penanam modal, para pihak terlebih dahulu menyelesaikan sengketa tersebut melalui musyawarah dan mufakat. 2 Dalam hal penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud pada ayat 1 tidak tercapai, penyelesaian sengketa tersebut dapat dilakukan melalui arbitrase atau alternatif penyelesaian sengketa atau pengadilan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 3 Dalam hal terjadi sengketa di bidang penanaman modal antara Pemerintah dengan penanam modal dalam negeri, para pihak dapat menyelesaikan sengketa tersebut melalui arbitrase berdasarkan kesepakatan para pihak, dan jika penyelesaian sengketa melalui arbitrase tidak disepakati, penyelesaian sengketa tersebut akan dilakukan di pengadilan. Universitas Sumatera Utara 4 Dalam hal terjadi sengketa di bidang penanaman modal antara Pemerintah dengan penanam modal asing, para pihak akan menyelesaikan sengketa tersebut melalui arbitrase internasional yang harus disepakati oleh para pihak. Dalam ketentuan pasal tersebut, ada empat cara dalam menyelesaikan sengketa penanaman modal antara pemerintah dan investor domestik, yaitu: 1. Musyawarah dan mufakat, dimana didalam penyelesaian itu dilakukan pembahasan bersama dengan maksud untuk mencapai keputusan dan kesepakatan bersama-sama. 2. Alternatif penyelesaian sengketa, yaitu melalui penyelesaian diluar pengadilan seperti konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi, atau penilaian ahli. 3. Pengadilan, dimana penyelesaian itu dilakukan dimuka dan di hadapan pengadilan, pengadilan yang akan memutuskan tentang perselisihan tersebut. Apabila sengketa yang terjadi antara investor asing dengan pihak pemerintah Indonesia dan masyarakat sekitarnya, hukum yang digunakan adalah hukum internasional yang berlaku. Sesuai dengan pasal 32 ayat 1 dan 4 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal telah diatur cara penyelesaian sengketa bagi investor asing, yaitu melalui cara: 1. Musyawarah dan mufakat. 2. Arbitrase Internasional, didalam penyelesaian sengketa itu kedua belah pihak sepakat menggunakan jasa lembaga arbiter atau arbiter perorangan di luar Universitas Sumatera Utara wilayah hukum Republik Indonesia yang nantinya akan menyelesaikan sengketa penanaman modal tersebut. 151 Mengenai penanaman modal telah ditentukan pola penyelesaian sengketa yang terjadi antara negara dengan warga negara asing, yaitu International Centre for the Settlement ICSID. Tujuan dan wewnang ICSID adalah menyelesaikan persengketaan yang timbul di bidang investasi antara suatu negara dengan negara asing diantara sesame negara peserta konvensi. Dalam ICSID telah diatur dua pola penyelesaian sengketa, yaitu: 1. Konsiliasi, sebuah usaha untuk mempertemukan keinginan pihak yang berselisih untuk mencapai persetujuan dan menyelesaikan perselisihan tersebut. Penyelesaian sengketa diatur dalam Artikel 28 sampai Artikel 35 ICSID yang meliputi: komisi konsiliasi, anggota komisi, pengajuan konsiliasi, jenis perselisihan, permohonan konsiliasi, penunjukkan jumlah konsiliator, proses penyelesaian konsiliasi, dan penyelesaian konsiliasi. 2. Arbitrase, cara penyelesaian sengketa diluar pengadilan berdasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh pihak yang bersengketa. Arbitrase sering dipilih oleh para pihak yang bersengketa karena prosedurnya mudah, putusannya mengikat, dan tidak dapat naik banding pada instansi peradilan yang lebih tinggi. Arbitrase dalam ICSID tidak jauh berbeda dengan proses arbitrase pada umumnya. 151 Azkar Rizal, Penyelesaian Sengketa di Bidang Investasi, http:azkarrizal13.blogspot.com, diakses pada tanggal 11 Juli 2014. Universitas Sumatera Utara Tribunal terdiri dari seorang arbitrator atau para arbitrator dengan jumlah ganjil yang ditunjuk dan disetujui oleh para pihak dan prosedurnya terdiri dari dua fase yaitu proses tertulis yang dilanjutkan dengan proses lisan. 152 152 Azkar Rizal, Penyelesaian Sengketa di Bidang Investasi, http:azkarrizal13.blogspot.com, diakses pada tanggal 11 Juli 2014. Universitas Sumatera Utara

BAB IV PERLINDUNGAN TERHADAP INVESTASI PERUSAHAAN