Sejarah SMP Negeri 4 Yogyakarta Keadaan Personil SMP Negri 4 Yogyakarta

58 kepemimpinan transformasional yang dilakukan oleh kepala sekolah dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Komponen Idealized Influence

Komponen kepemimpinan transformasional yaitu Idealized Influence mempunyai indikator bahwa seorang kepala sekolah harus mampu melibatkan guru dan karyawan dalam penyusunan visi, misi, tujuan, dan program kerja sekolah, dan melibatkan guru dan karyawan dalam penyusunan visi, misi, tujuan, dan program kerja sekolah. Berdasarkan hasil penelitian, Komponen Idealized Influence sudah dimiliki oleh kepala SMP Negeri 4 Yogyakarta yang dijelaskan pada hasil wawancara dengan kepala sekolah dan staf Tata Usaha, bahwa kepala SMPN 4 Yogyakarta Berikut hasil wawancara dengan kepala sekolah pada tanggal 27 Januari 2016. “Semua program melibatkan warga sekolah, kalau ada program kami terlebih dahulu mengumpulkan semua waka seperti waka kurikulum, waka kesiswaan, BK, kita koordinasi dulu kemudian baru kita floor kan ke semua guru, apakah ada masukan dari guru atau tidak untuk perbaikan”. “Semua kan harus terlibat, kebetulan kemarin visi baru kami rubah itu melibatkan semua guru, mendatangkan pengawas pembina, komite sekolah, tokoh masyarakat sekitar sekolah. Visi yang sudah jadi draftnya kami tayangkan untuk diperbaiki”. Hal tersebut juga dibenarkan oleh staf Tata Usaha pada wawancara pada tanggal 28 Januari 2016. “Betul, dalam penyusunan visi misi kepala sekolah melibatkan wakil kepala sekolah , guru, dan juga OSIS”. 59 Hal tersebut juga dibenarkan oleh guru yang di wawancarai pada tanggal 28 Januari 2016. “Iya kepala sekolah selalu melibatkan para guru dan karyawan dalam penyusunan visi, misi, tujuan, dan program kegiatan sekolah”. “Iya selalu, jadi ada workshop mengenai penyusunan visi misi. Jadi ketika visi, misi kurang sesuai, kita evaluasi, yang sebelumnya para staf memberikan hasil EDS. Kita rekapitulasi, yang nantinya dirundingkan bersama komite dan pengawas sekolah”. Keterlibatan guru dan karyawan dalam penyusunan visi, misi, tujuan, dan program kegiatan sekolah tidak ada kendala, tetapi dalam pencapaian visi, misi, tujuan, dan program kegiatan sekolah masih ada kendala yaitu kurangnya koordinasi, hal tersebut diungkapkan oleh kepala sekolah dalam wawancara pada tanggal 27 Januari 2016. “…kan kita ada keterbatasan ya namanya manusia yaitu hambatan terkait pelaksanaan visi, misi, tujuan dan program kegiatan sekolah yang tidak disengaja yaitu kurangnya koordinasi”. “Terkait dengan kendala, kita melakukan koordinasi yang lebih rutin lagi agar kita selalu bersama-sama dalam mengembangkan sekolah, koordinasi rutin yaitu setiap Sabtu selalu ada rapat rutin ”. Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah melibatkan semua wakil kepala sekolah yang ada, baik wakil kepala sekolah bagian kurikulum, kesiswaan, sarana prasarana, dalam penyusunan visi, misi, tujuan, dan program kegiatan sekolah. Kepala sekolah bersama mereka membuat draft yang nantinya akan di floorkan kepada guru dan karyawan, apakah ada perbaikan atau tidak. Selain melibatkan guru dan karyawan dalam penyusunan visi, misi dan program kegiatan sekolah, kepala sekolah juga melibatkan pengawas pembina, komite sekolah, dan tokoh masyarakat sekitar sekolah. Semua yang dilibatkan dalam penyusunan visi, misi, tujuan, program kegiatan sekolah