Peran Perempuan Indonesia Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Rekontruksi Identitas Perempuan dalam 1 Korintus 14 : 34 – 40 dari Perspektif Poskolonial Perempuan Kristen Jawa T2 752012003 BAB II

21 Sebuah pengakuan dalam doa seorang laki-laki yang sadar akan keberadaan perempuan dibawah budaya patriarkal yaitu Ghaasan Rubeiz, seorang awam dari Gereja Ortodok mengatakan demikian: 22 “ Ya Tuhan, hari ini kami sebagai laki-laki mengaku dosa yang kami lakukan terhadap kaum perempuan. Kami mengakui menindas para bayi perempuan, perempuan muda, perempuan dewasa, perempuan setengah tua, perempuan tua dan semua perempuan. Kami sering menganggap enteng kaum perempuan, memperlakukan mereka sebagai orang-orang yang selalu harus siap untuk melayani dengan penuh kerendahan hati, sabar dan patuh, siap berkorban. Ampuni kami, Tuhan, karena kecenderungan kami untuk menganggap kaum perempuan sebagai orang-orang yang tidak berubah, semacam formula, patung, boneka, sample, model .”

2.3. Peran Perempuan Indonesia

2.3.1. Gerakan Perempuan Indonesia Sebelum 1928 Secara umum dapat dikatakan bahwa Gerakan Perempuan Indonesia ciri utamanya ialah menekankan kepada pendidikan atau lebih khususnya pendidikan model barat, sebagai bekal untuk memajukan kaumnya dan bangsanya. Pejuang perintis saat itu diantaranya Kartini Habis Gelap Terbitlah Terang, Maria Walanda Maramis, Dewi Sartika dan Nyai Achmad Dahlan. Kartini menekankan bagaimana mengangkat kaum perempuan dari keterbelakangan dalam hal pendidikan dan membebaskan kaumnya dari kungkungan tradisi yang menindas terutama menyangkut masalah perkawinan dan perceraian, serta perempuan tidak mempunyai hak ikut menentukan. 23 Pada periode Budi Utomo, warisan cita-cita Kartini untuk emansipasi perempuan berkumandang menembus batas-batas kamar pingitannya dan meningkatnya perhatian perjuangan perempuan. Pada tahun 1912 muncul organisasi perempuan pertama di Jakarta yaitu “ Putri Mardika” atas bantuan Budi Utomo. Organisasi perempuan yang ada, bertujuan untuk menggalakkan pendidikan dan pengajaran bagi perempuan dan perbaikan kedudukan sosial dalam perkawinan dan keluarga. Sebelum tahun 1920, Gerakan ini sangat lambat 22 Perempuan Indonesia, 56-57. 23 Perjuangan Perempuan Indonesia Belajar Dari Sejarah , Salatiga: Yayasan Bina Darma, Cet. 1,2007, 1-8. 22 karena sedikitnya sekolah bagi perempuan, adat serta tradisi yang sangat menghambat kemajuan perempuan. 24 Pada tahun 1920-1928, ada kemajuan pesat gerakan perempuan dengan makin banyaknya perkumpulan-perkumpulan perempuan kecil-kecil yang berdiri sendiri. Gerakan perempuan Indonesia fase ini sudah lebih matang untuk menyetujui anjuran dan panggilan kebangsaan, faham “Indonesia bersatu”. Pokok permasalahan yang di bicarakan adalah kedudukan perempuan dalam perkawinan, poligami, pendidikan. 25 2.3.2.Era Sumpah Pemuda – Kemerdekaan 1928 – 1945 Gerakan perempuan dalam kurun waktu ini, berusaha mempertahankan persatuan yang dibangun dengan menempatkan sejumlah interest nasional diatas interest gender. Kaum perempuan Indonesia selalu berperan aktif diantaranya untuk menegakkan hak-hak kaum perempuan. Ketika perempuan berorganisasi secara masif dan memperjuangkan kepentingan membangun solidaritas diantara seluruh kaum perempuan. 26 2.3.3.Era Soekarno 1945 – 1965 Kondisi masyarakat masa lalu yang patriakhal menempatkan perempuan pada posisi yang marjinal dalam pengambilan keputusan dan kepentingan perempuan ditundukkan. Gerakan Perempuan masih memperjuangkan kekerasan terhadap perempuan, isu poligami. Poligami Soekarno cukup kontroversial dan memicu pro dan kontra dikalangan masyarakat serta turut melemahkan perjuangan aktivis perempuan untuk mendapatkan undang-undang perkawinan yang adil. 27 24 Perjuangan Perempuan, 10-11. 25 Perjuangan Perempuan, 13-14. 26 Perjuangan Perempuan, 18-22. 27 Perjuangan Perempuan, 25-33. 23 2.3.4.Era Soeharto 1966 – 1998 Pada masa Orde Baru, pergerakan perempuan sangat sulit untuk memberi inspirasi dan aspirasi. Perempuan yang selama ini dianggap sebagai obyek pelengkap dalam proses kapit alisasi sampai sebagai pemuas ”kebiadaban” kemanusiaan ternyata masih memiliki beban sejarah yang berat. Perempuan masih menjadi tenaga kerja dalam bidang pertanian dan industri sehingga berdampak ada ketergantungan baru perempuan kepada Negara. Organisasi perempuan harus mau berada dibawah kekuasaan pemerintah untuk menjadi “agen” dalam proses politik sentralistik. Efek dari kebijakan Orde Baru memberikan banyak bukti lahirnya berbagai kekerasan baik fisik dan non fisik, bahkan sampai pada saat reformasi 1998. 28 Sejak Rezim Orde baru, keberagaman organisasi perempuan di papras habis kecuali organisasi perempuan yang mendukung kebijakan pemerintah. Organisasi perempuan yang mendukung kebijakan pemerintah diantaranya adalah Darma Wanita dan PKK. 29 Tradisi Jawa, Ideologi Orde Baru 1966-1998 serta kekuatan dogma agama yang menekankan pentingnya kontrol dan hirarki, seringkali menimbulkan negosiasi yang tidak seimbang bagi perempuan. Perempuan jarang mendapatkan tawaran yang adil untuk segala pekerjaan atau jasa lainnya. Tradisi Jawa yang mengagungkan “kodrat” untuk perempuan telah dipertahankan oleh rezim Orde Baru, sehingga perempuan dituntut untuk pasrah dan mengabdi kepada keluarga dan suami. 30 Hal ini menyiratkan betapa kuatnya cengkeraman ideologi dalam manipulasi perempuan. 31 28 Perjuangan Perempuan, 40-44. 29 Soe Tjen Marching, Kisah Dibalik Pintu Identitas Perempuan Indonesia Antar Publik Dan Privat, Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2011, 13. 30 Marching, Kisah Dibalik, 192. 31 Marching, Kisah Dibalik, 222. 24 2.3.5.Pasca Soeharto 1998 – Sekarang Gerakan perempuan seluruh Indonesia menuntut kepada pemerintah atas kekejaman Mei 1988 untuk diselesaikan secara tuntas. Sistem patriarkal menjadi dasar sistem filsafat sosial dan politik dimana laki-laki dengan kekuatan, tekanan langsung atau melalui ritual, tradisi, hukum, bahasa, adat kebiasaan, etika, pendidikan dan pembagian kerja, menentukan peran apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh perempuan dan perempuan dianggap lebih rendah dari laki-laki. Rich, Adrienne. Of Women Born.1977. Sistem ini melahirkan ideologi jender yaitu segala aturan, nilai, stereotip yang mengatur hubungan perempuan dan laki-laki terlebih dulu melalui pembentukan identitas feminine dan maskulin yang menjadi sifat dan struktur manusia di mana nilai-nilai tersebut dibentuk sejak masa kanak-kanak awal sehingga selalu konsevatif dan ketinggalan dibelakang perubahan. 32

2.4. Pengertian Kebudayaan Jawa dan Perempuan Jawa