16
3. Teori Perkembangan Moral dari Kohlberg
Kohlberg menekankan bahwa perkembangan moral didasarkan terutama pada penalaran moral dan berkembang secara bertahap dalam Santrock, 1995:
370. Kohlberg memaparkan beberapa pandangannya setelah 20 tahun melakukan wawancara yang unik dengan anak-anak. Menurut Kohlberg dalam Maria J.
Wantah, 2005: 84, perkembangan moral terbagi menjadi tiga tingkat, di mana masing-masing tingkat mempunyai dua tahap. Tingkat perkembangan moral
tersebut, yaitu: a.
Tingkat prakonvensional Tingkat yang paling rendah, anak tidak memperlihatkan internalisasi nilai-
nilai moral karena penalaran moral dikendalikan oleh imbalan dan hukuman eksternal saja.
1 Tahap 1: Orientasi kepada kepatuhan dan hukuman
Pada tahap Kohlberg yang pertama ini, penalaran moral didasarkan atas hukuman. Anak-anak patuh karena orang dewasa menuntut mereka untuk
patuh. Dengan kata lain, anak melakukannya karena takut. 2
Tahap 2: Orientasi instrumental dan hedonistik individualisme dan tujuan Pada tahap yang kedua, penalaran moral didasarkan pada imbalan dan
kepentingan pribadi. Jadi, seorang anak patuh bila ia merasakan kepatuhan tersebut dirasa baik dan akan mendatangkan hadiah bagi dirinya.
b. Tingkat konvensional
Orientasi kesadaran moral pada tahap ini sudah diarahkan untuk menyenangkan orang lain demi mendapatkan predikat “anak baik”. Dengan kata
17 lain, pusat dari perilaku moral ini masih pada diri sendiri. Meskipun begitu,
seseorang dalam tingkat ini sudah mulai memperhitungkan orang lain. 1
Tahap 3: Orientasi “anak-anak baik” kesesuaian antar pribadi Pada tahap ini, seseorang akan menyesuaikan pendiriannya dengan apa yang
disebut tingkah laku yang bermoral atau tindakan-tindakan yang sudah dianggap baik. Tingkah laku menjadi baik dengan mengharapkan predikat
sebagai “anak baik”. 2
Tahap 4: Orientasi hukum dan aturan Pertimbangan-pertimbangan moral didasarkan atas pemahaman aturan sosial,
hukum-hukum, keadilan, dan kewajiban. Seseorang akan menghargai dan memperhitungkan hak serta kepentingan orang lain bukan saja orang-orang
yang ada di kelompoknya, namun orang-orang yang sama sekali tidak dikenalnya. Kata kunci pada tahap ini adalah seorang anak atau individu
sudah mengenal yang namanya “kewajiban”. c.
Tingkat pascakonvensional Moralitas benar-benar diinternalisasikan dan tidak didasarkan pada
standar-standar orang lain, memilih dan memutuskan berdasarkan suatu kode moral pribadi.
1 Tahap 5: Orientasi legalistik kontrak sosial
Pada tahap kelima, seseorang memahami bahwa nilai-nilai dan aturan-aturan adalah bersifat relatif dan suatu standar dapat berbeda dari satu orang ke
orang yang lain. Seseorang sudah menyadari bahwa hukum itu penting bagi masyarakat, namun bisa diubah.
18 2
Tahap 6: Orientasi prinsip-prinsip etik-universal Pada tahap ke enam menurut Kohlberg ini merupakan tahap tertinggi dan
yang terakhir. Seseorang telah mengembangkan suatu standar moral yang didasarkan pada hak-hak manusia yang universal. Bila menghadapi konflik
antara hukum dan suara hati, maka yang akan diikuti adalah suara hati, meskipun keputusan itu mungkin melibatkan resiko pribadi.
Berdasarkan teorinya tersebut, Kohlberg percaya bahwa kebanyakan anak yang berusia di bawah 9 tahun berpikir tentang dilema moral dengan cara yang
prakonvensional dalam Santrock, 1995: 371. Anak belum memahami kebaikan atau keburukan dari substansi perilaku yang sebenarnya, hanya menganggap
benar apabila mendapatkan hadiah dan menganggap buruk apabila mendapatkan hukuman. Baik atau buruk yang masuk dalam perilaku moral sangatlah
bermacam-macam dan kedisiplinan merupakan salah satu nilai kebaikan dari perilaku moral yang harus dikembangkan sejak dini.
B. Kedisiplinan Anak Usia 4-5 Tahun