BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pleurodesis adalah penyatuan pleura viseralis dengan parietalis baik secara kimiawi, mineral ataupun mekanik, secara permanen untuk mencegah akumulasi cairan
maupun udara dalam rongga pleura. Pleurodesis merupakan terapi simptomatis jangka panjang serta diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup dan aktivitas kehidupan
sehari-hari, sehingga pleurodesis dapat dilakukan untuk terapi paliatif pada penderita efusi pleura ganas. Amin Z, Masna IAK; 2007
Secara umum tujuan dilakukannya pleurodesis adalah untuk mencegah berulangnya efusi berulang terutama bila terjadi dengan cepat, menghindari
torakosintesis berikutnya dan menghindari diperlukannya insersi chest tube berulang, serta menghindari morbiditas yang berkaitan dengan efusi pleura atau pneumothoraks
berulang. Efusi pleura ganas merupakan indikasi paling utama pada pleurodesis. Hal ini disebabkan karena kurang efektifnya terapi tumor lanjut sedangkan terapi paliatif perlu
dilakukan untuk mengurangi gejala pada pasien. Tidak ada kontraindikasi absolut untuk pleurodesis. Meskipun demikian, perlu dipertimbangkan kemungkinan tingkat
keberhasilan prosedur pada pasien serta risiko dilakukannya prosedur agar pasien mendapat manfaat optimal dari tindakan yang dilakukan. Penggunaan teknik yang tepat,
agen sklerosis dan kriteria pemilihan pasien merupakan hal yang menentukan keberhasilan tindakan. Amin Z, Masna IAK; 2007
Beberapa agen yang sering digunakan diantaranya adalah talk baik dalam bentuk poudrage atau slurry, corynebacterium parvum, tetracyclin atau derivatnya
Universitas Sumatera Utara
terutama doxyciclin, bleomycin, quinacrin, silver nitrate, povidon iodin. Amin Z, Masna IAK; 2007, Antunes G dkk; 2003, Dikensoy O dkk; 2005, Rodriguez- Panadero
F dkk; 1997, Syahruddin E dkk; 2009 , Venugopal P; 2007 Penelitian pada 39 pasien dengan menggunakan povidon iodin melalui tube
thoracostomy dan diperoleh sukses komplit 91,6 33 pasien dan tidak ada efek samping yang signifikan.
Dan juga telah dipublikasikan penggunaan povidon iodin pada 14 pasien dan diperoleh sukses komplit 64,2 dan tidak ada efek samping yang serius.
Dey A dkk; 2010, Dikensoy, Light; 2005, Olivares-Torres dkk; 2002 Olivares-Torres dkk melakukan penelitian pada 52 pasien dan diperoleh sukses komplet 96,1 50
pasien. Dikensoy O dkk; 2005, Olivares-Torres CA dkk; 2002 Studi yang dilakukan oleh Departement of Chest Medicine, Radha Gobinda Kar
Medical College and Hospital, Kolkata, India dari Januari 2005 sampai Juni 2006, pada 38 pasien yang dilakukan pleurodesis povidon iodin dan diperoleh sukses komplet pada
34 pasien 89,5 dan gagal pleurodesis ada 4 pasien 10,5. Dey dkk; 2010
Studi yang dilakukan oleh Chest Departement of Calcuta National Medical College, Kolkata antara Januari 2005 sampai Januari 2007 pada 52 pasien, dimana 24
pasien dilakukan pleurodesis talc slurry dan 28 pasien dengan povidon iodin dimana diperoleh pada kelompok talc slurry, sukses komplet pada 19 pasien 79, sukses
partial pada 3 pasien 12 dan yang mengalami gagal pleurodesis ada 2 pasien 8 dan pada kelompok povidon iodin diperoleh sukses komplet pada 24 pasien 86,
sukses partial pada 1 pasien 4 dan yang mengalami gagal pleurodesis ada 3 pasien 11. Efek yang samping yang timbul tidak ada yang serius hanya yang mengalami
sakit dada ada 4 pasien 16 dan 3 pasien 12 mengalami demam pada kelompok
Universitas Sumatera Utara
talc slurry sedangkan pada kelompok povidon iodin yang mengalami sakit dada ada 5 pasien 17 dan demam 3 pasien 11 mengalami demam. Das dkk; 2008
Penelitian yang dilakukan dengan bleomycin intrapleura pada 199 pasien menunjukan respon sukses komplet pada 108 pasien 54. Venugopal P; 2007
Adanya penelitian yang membandingkan antara kelompok pleurodesis bleomycin dengan tetrasiklin menunjukkan secara statistik adanya perbedaan secara signifikan
dimana kelompok bleomycin lebih efektif pada pasien 64 dibandingkan dengan kelompok tetrasiklin 33.
Zimmer dkk; 1997 Martinez-Moragen dkk 1997 melakukan penelitian terhadap 62 pasien dimana
31 pasien mendapat pleurodesis tetrasiklin dan 31 pasien lagi mendapat bleomycin dan diperoleh hasil bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan efek samping dari kedua
kelompok tersebut, dimana masing-masing kelompok mengalami sesak napas 100 dan sakit dada 51 pada kelompok tetrasiklin dan 58 pada kelompok bleomycin.
Selain itu juga telah dilakukan penelitian yang membandingkan antara bleomycin intrapleura 37 pasien dengan tetrasiklin intrapleura 36 pasien dan diperoleh 30
pasien pada kelompok bleomycin dan 53 pada kelompok tetrasiklin mengalami recurrent efusi. Venugopal P, 2007
Venugopal telah melaporkan bahwa telah dipublikasikan di Chest pada tahun 2003 dimana tingkat sukses komplet dari beberapa agen yaitu talc 93,
corynebacterium parvum 70, doxycyclin 72, tetrasiklin 67 dan bleomycin 54. Efek samping yang terjadi berupa nyeri dada pada masing-masing agen adalah talc 7,
doxycyclin 40, bleomycin 14 dan demam pada kelompok talc 16, tetrasiklin 31 dan bleomycin 24. Venugopal P; 2007
Universitas Sumatera Utara
Penelitian yang dilakukan oleh Kelly-Garcia J dkk 1997 yang membandingkan antara pleurodesis povidon iodin 14 pasien dengan bleomycin 8 pasien dimana
diperoleh sukses komplit 64,2 9 pasien pada kelompok povidon iodin dan pada kelompok bleomycin diperoleh 87,5 7 pasien. Hal ini menunjukkan bahwa
pleurodesis dengan bleomycin lebih baik daripada povidon iodin. Penelitian tentang keberhasilan yang membandingkan langsung pleurodesis
povidon iodin dengan bleomycin di Indonesia belum ada dilaporkan.
1.2. Rumusan Masalah