hukum Starling yaitu jumlah pembentukan dan pengeluaran seimbang sehingga volume dalam rongga pleura tetap. Cairan pleura berfungsi sebagai pelicin agar paru dapat
bergerak dengan leluasa saat bernapas. De Camp MM dkk; 1997, Light, Broaddus; 2000, Light; 2000
Patofisiologi efusi pleura ganas belum jelas benar tetapi berkembang beberapa hipotesis untuk menjelaskan mekanisme efusi pleura ganas itu. Akumulasi efusi di
rongga pleura terjadi akibat peningkatan permeabilitas pembuluh darah karena reaksi inflamasi yang ditimbulkan oleh infiltrasi sel kanker pada pleura parietal dan atau
viseral. Mekanisme lain yang mungkin adalah invasi langsung tumor yang berdekatan dengan pleura, obstruksi pada kelenjar limfe, penyebaran hematogen atau tumor primer
pleura mesotelioma. Gangguan penyerapan cairan oleh pembuluh limfe pada pleura parietal akibat deposit sel kanker itu menjadi penyebab akumulasi cairan di rongga
pleura. Teori lain menyebutkan terjadi peningkatan permeabilitas yang disebabkan oleh gangguan fungsi beberapa sitokin antara lain tumor necrosing factor-
α TNF-α, tumor growth factor-
β TGF-β dan vascular endothelial growth factor VEGF. Penulis lain mengaitkan efusi pleura ganas dengan gangguan metabolisme, menyebabkan
hipoproteinemia dan penurunan tekanan osmotik yang memudahkan perembesan cairan ke rongga pleura. Syahruddin E dkk; 2009
2.1.2. Epidemiologi
Efusi pleura ganas terjadi paling banyak disebabkan oleh metastase tumor di pleura yang berasal dari kanker paru dan kanker payudara sekitar 50
– 65. Kanker lain adalah limfoma, kanker yang berasal dari sistem gastrointestinal dan genitourinaria
Universitas Sumatera Utara
sebanyak 25 sedangkan 7 - 15 tidak diketahui asalnya. Antunes, Neville; 2000 Olopade dan Ultmann di klinik Mayo Chicago juga mendapatkan hal yang sama tabel
1 Olopade, Ultmann; 1991 Tabel 2.1.2. Jenis Keganasan yang sering disertai efusi pleura ganas
Jenis Keganasan Insidens
Kanker paru 35
Kanker payudara 23
Adenokarsinoma primer tidak diketahui 12
LeukimiaLimfoma 10
Traktus reproduksi 6
Traktus gastrointestinal 5
Traktus genitourinari 3
Primer tidak diketahui 3
Lain – lain
5
2.1.3. Diagnosa
Diagnosis efusi pleura ganas dengan mudah dan cepat dapat ditegakkan hanya dengan prosedur diagnosa dan alat bantu diagnostik yang sederhana, misalnya
berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisis, foto toraks dan torakosentesis saja. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia dalam alur diagnosa dan penatalaksanaannya
menuliskan langkah awal yang paling penting untuk diagnosis efusi pleura ganas adalah memastikan apakah cairan bersifat eksudat danatau menemukan tumor primer di paru
atau organ lain. Selain itu disingkirkan juga penyebab lain misalnya pleuritis akibat infeksi bakteri atau penyakit nonkeganasan lain. Syahrudin E dkk, 2001
Kebanyakan kasus efusi pleura ganas simptomatis meskipun sekitar 15 datang tanpa gejala, terutama pasien dengan volume cairan kurang dari 500ml. Sesak napas
adalah gejala tersering pada kasus efusi pleura ganas terutama jika volume cairan sangat
Universitas Sumatera Utara
banyak. Sesak napas terjadi karena refleks neurogenik paru dan dinding dada karena penurunan keteregangan compliance paru, penurunan volume paru ipsilateral,
pendorongan mediastinum ke arah kontralateral dan penekanan diafragma ipsilateral. Estenne dkk menyimpulkan bahwa meskipun terjadi perubahan fungsi paru pada
penderita efusi pleura ganas misalnya perubahan volume ekspirasi paksa detik pertama VEP1 tetapi perubahan itu saja belum memadai untuk dapat menjelaskan mekanisme
sesak. Mereka membuat hipotesis lain yaitu sesak napas terjadi karena berkurangnya kemampuan meregang otot inspirasi akibat terjadi restriksi toraks oleh cairan. Gejala
lain adalah nyeri dada sebagai akibat reaksi inflamasi pada pleura parietal terutama pada mesotelioma, batuk, batuk darah pada karsinoma bronkogenik, anoreksia dan berat
badan turun. Syahruddin E dkk; 2009 Kelainan jasmani pada pemeriksaan jasmani timbul pada efusi pleura yang
mencapai volume 300 ml. Kelainan tersebut meliputi penurunan suara nafas yang ditandai dengan perkusi redup, penurunan fremitus raba, pleural friction rub dan
pergeseran batas mediastinum kearah kontralateral efusi. Rubins J, Colice G; 2001 Foto toraks posteroanterior PA dibutuhkan untuk menyokong dugaan efusi
pleura pada pemeriksaan fisik dan jika volume cairan tidak terlalu banyak dibutuhkan foto toraks lateral untuk menentukan lokasi cairan secara lebih tepat. USG toraks sangat
membantu untuk memastikan cairan dan sekaligus memberikan penanda marker lokasi untuk torakosintesis dan biopsi pleura. Pada efusi pleura ganas dengan volume cairan
sedikit dan tidak terlihat pada foto toraks dapat dideteksi dengan CT-scan toraks. Magnetic resonance imaging MRI tidak terlalu dibutuhkan kecuali untuk evaluasi
keterlibatan dinding dada atau ekstensi transdiafragmatic pada kasus mesotelioma dan
Universitas Sumatera Utara
prediksi untuk pembedahan. Diagnosa pasti efusi pleura ganas adalah dengan penemuan sel ganas pada cairan pleura sitologi atau jaringan pleura histologi patologi. Jika
dengan pencitraan tidak ditemukan tumor primer intratoraks maka perlu dilakukan bronkoskopi untuk melihat tanda keganasan mukosa infiltratif atau tumor primer pada
lumen bronkus atau penekanan dinding bronkus oleh massa sentral di rongga toraks. Syahruddin E dkk; 2009
2.1.4. Penatalaksanaan