Qanun Kampung setelah mendapat persetujuan Badan Permusyawaratan Kampung.
Alokasi Dana Kampung dimaksudkan untuk membiayai program pemerintahan Kampung dalam melaksanakan pelayanan pemerintahan,
pembangunan, perekonomian dan pemberdayaan masyarakat. Tujuan dari Alokasi Dana Kampung adalah
1. Menanggulangi kemiskinan dan kesenjangan; 2. Meningkatkan kemandirian kampung dalam penyusunan perencanaan
dan penganggaran pembangunan ditingkat kampung dan pemberdayaan masyarakat;
3. Meningkatkan pembangunan infrastruktur skala kampung; 4. Meningkatkan nilai-nilai keagamaan, sosial budaya dalam rangka
peningkatan sosial kemasyarakatan; 5. Meningkatkan ketentraman dan ketertiban masyarakat;
6. Meningkatkan pelayanan kepada masyarakat kampung dalam rangka pengembangan kegiatan sosial dan ekonomi masyarakat;
7. Mendorong peningkatan keswadayaan dan gotong royong masyarakat; 8. Meningkatkan pendapatan kampung dan masyarakat kampung melalui
badan usaha milik kampung BUMK.
2.2.2. Dasar Hukum Pelaksanaan Alokasi Dana DesaKampung
1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah Pasal 212 ayat 3 yang berbunyi: sumber pendapatan desa terdiri dari;
1 Pendapatan asli desa;
Universitas Sumatera Utara
2 Bagi hasil pajak daerah dan retribusi daerah KabupatenKota; 3 Bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang
diterima oleh KabupatenKota; 4 Bantuan dari pemerintah, pemerintah provinsi dan pemerintah
KabupatenKota; 5 Hibah dan sumbangan dari pihak ketiga.
2. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa Pasal 68 ayat 1 huruf c
3. Surat Edaran Mendagri Nomor 140640SJ tertanggal 22 Maret 2005 Tentang Pedoman Alokasi Dana Desa yang ditujukan kepada pemerintah
Kabupatenkota 4. Surat Edaran Mendagri Nomor.140286SJ tertanggal 17 Februari 2006
tentang Pelaksanaan Alokasi Dana Desa 5. Surat Edaran Mendagri No. 1401841SJ tertanggal 17 Agustus 2006
tentang perintah penyediaan Alokasi Dana Desa kepada Provinsi evaluator dan Kabupatenkota sebagai pelaksana.
6. Peraturan Bupati Gayo Lues Nomor 16 Tahun 2009 Tentang Pedoman Pengelolaan Alokasi Dana Kampung
2.2.3. Prinsip Dalam Pengelolaan Alokasi Dana Kampung
Pengelolaan Alokasi Dana Kampung harus menyatu di dalam pengelolaan APBKp, sehingga prinsip pengelolaan Alokasi Dana Kampung sama persis
dengan pengelolaan APBKp, yang harus mengikuti prinsip-prinsip good governance:
Universitas Sumatera Utara
1. Partisipatif
Proses pengelolaan Alokasi Dana Kampung, sejak perencanaan, pengambilan keputusan sampai dengan pengawasan serta evaluasi harus
melibatkan banyak pihak. Artinya, dalam mengelola Alokasi Dana Kampung tidak hanya melibatkan para elit desa saja Pemerintah Kampung, BPK, Pengurus
LKMK ataupun tokoh-tokoh masyarakat, tetapi juga harus melibatkan masyarakat lain seperti petani, kaum buruh, perempuan, pemuda, dan sebagainya.
Sebagai contoh, dalam musrenbangdes di Desa Tanjungan Klaten, agar seluruh pihak dapat terlibat maka musyawarah dilakukan di lapangan terbuka
bukan di kantor desa pada malam hari. Bahkan anak-anak pun dapat difasilitasi keterlibatannya melalui kegiatan menggambar. Mereka diminta untuk
menggambarkan desa seperti apa yang mereka harapkan sekaligus menyampaikan apa saja sarana yang mereka butuhkan.
2. Transparan
Semua pihak dapat mengetahui keseluruhan proses secara terbuka. Selain itu, diupayakan agar masyarakat desa dapat menerima informasi mengenai tujuan,
sasaran, hasil, manfaat yang diperolehnya dari setiap kegiatan yang menggunakan dana ini.
Sebagai contoh, pada beberapa desa di Sanggau-Kalimantan Barat, catatanhasil dari setiap pertemuan, perencanaan dan penggunaan anggaran di
kampung ditempelkan di tempat-tempat umum, sehingga seluruh masyarakat dapat membacanya.
Universitas Sumatera Utara
3. Akuntabel
Keseluruhan proses penggunaan Alokasi Dana Kampung, mulai dari usulan peruntukkannya, pelaksanaan sampai dengan pencapaian hasilnya dapat
dipertanggungjawabkan di depan seluruh pihak terutama masyarakat kampung. Sebagai contoh, di Desa Wiladeg Gunung Kidul dalam setiap pembahasan
program dan anggaran dilakukan oleh pemerintah desa beserta masyarakat dan disiarkan langsung melalui radio komunitas. Sehingga masyarakat bisa
memahami argumentasi setiap pos-pos anggaran dan keluaran yang dicapai.
4. Kesetaraan
Semua pihak yang terlibat dalam pengelolaan Alokasi Dana Kampung mempunyai hak dan kedudukan yang sama.
Sebagai contoh, di Komunitas Sedulur Sikep masyarakat Samin – Jawa Tengah, ketika membahas suatu persoalan, maka setiap orang memiliki hak bicara
yang sama dan terdapat semacam aturan bahwa setiap orang harus mempunyai pendapatnya sendiri untuk masalah yang dibahas.
Peruntukkan Alokasi Dana Kampung seharusnya dimusyawarahkan antara Pemerintah Kampung dengan Masyarakat Kampung serta pihak lainnya BPK,
Lembaga Adat, LSM, dll untuk kemudian dituangkan dalam Peraturan Kampung tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Kampung APBKp tahun yang
bersangkutan. Sebagai langkah awal, kampung harus terlebih dahulu merencanakan
penggunaan APBKp dimana Alokasi Dana Kampung masuk ke dalamnya berdasarkan penggalian kebutuhan dari masyarakatnya. Hal ini tentu saja berbeda
Universitas Sumatera Utara
dengan masa lalu, dimana program untuk desa direncanakan dan ditetapkan dari atas oleh dinasinstansi pemerintah Kabupaten kota terkait, bukan berasal dari
kebutuhan yang sebenarnya di desakampung. Sehingga, meskipun programnya baik tetapi sering tidak sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh kampung.
Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 pasal 64, mengamanatkan bahwa setiap desa harus menyusun RPJMDes Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Desa 5 tahunan. Dan selanjutnya RPJMDes dirinci menjadi RKPDes Rencana Kerja Pembangunan Desa Tahunan. Secara umum, tahapan yang biasa
dilakukan dalam proses perencanaan dan penganggaran RKPKp adalah sebagai berikut: Dengan adanya Alokasi Dana Kampung, kampung memiliki tambahan
dana yang lebih besar, sehingga bisa lebih leluasa untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat kampung. Selain itu, yang terpenting masyarakat dapat
langsung merealisasikan beberapa kebutuhannya yang kemudian dituangkan dalam dokumen perencanaan di tingkat kampung.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1 Perencanaan KampungDesa Secara Partisipatif
Kegiatan Mekanisme
Pihak yang Terlibat I.
Tahap Perencanaan Pembangunan Desa
A. Menyusun usulan- usulan kegiatan
pembangunan dusunkampungRTR
W Musyawarah Perencanaan
Pembangunan Musrenbang
dusunkampungRTRW Seluruh warga, Kepala
Dusun, Ketua RTRW. Kelompok-kelompik
masyarakat yang ada di dusun serta lembaga terkait
lainnya LSM, Lembaga Adat, dll
B.1.Membahas Usulan kegiatan pembangunan
yang diajukan dusunkampungRTR
W Musyawarah Perencanaan
Pembangunan Musrenbang Desa
Kepala Desa, Kepala Dusun, Masyarakat dan
lembaga yang ada di desa LSM, Lembaga Adat, dll
B.2.Menyusun skala prioritas kegiatan
pembangunan B.3.Mengkonsultasikan
hasil prioritas kegiatan pembangunan
B.4.Menyusun Usulan yang diterima dalam format
APBDes pos-pos pendapatan belanja
B.5.Pengajuan RAPBDes untuk dibahas oleh
BPD
II. Tahap Pembahasan Anggaran Desa
A.1.Mengkonsultasikan RAPBDes ke
masyarakat melalui BPD
Rapatmusyawarah BPD, Masyarakat Desa dan
lembaga yang ada di desa LSM, Lembaga Adat, dll
A.2.Penyusunan tanggapanb, koreksi,
dan usulan perbaikan A.3.Perumusan dan
Penetapan persetujuan B. Penetapan pengesahan
dan pengundangan menjadi Perdes
mengenai APBDes Rapat paripurna pengesahan
RAPBDes Kepala Desa, BPD,
Masyarakat
C. Sosialisasi Pengumuman dan
sosialisasi melalui saluran- saluran komunikasi yang
ada di desa
Forum Pengembangan Pembaharuan Desa
Universitas Sumatera Utara
2.2.4. Rumus Penetapan Alokasi Dana Kampung
Berdasarkan Peraturan Bupati Gayo Lues Nomor 16 Tahun 2009 Tentang Pedoman Pengelolaan Alokasi Dana Kampung bahwa rumus yang digunakan
dalam penetapan Alokasi Dana Kampung untuk masing-masing kampung adalah: 1. Azas merata adalah besarnya bagian Alokasi Dana Kampung yang sama
untuk setiap kampung, yang selanjutnya disebut Alokasi Dana Kampung Minimal ADKMx;
2. Azas adil adalah besarnya bagian Alokasi Dana Kampung berdasarkan nilai bobot kampung BKx yang dihitung dengan rumus dan variabel
independent utama misalnya: kemiskinan, pendidikan dasar, kesehatan, jumlah penduduk, luas wilayah serta variabel independent tambahan
misalnya: keterjangkauan, potensi ekonomi, partisipasi masyarakat, jumlah dusun yang selanjutnya disebut dengan Alokasi Dana Kampung
Proporsional ADKPx. 3. Besaran prosentasi perbandingan antara azas merata dan azas adil yaitu
besaran Alokasi Dana Kampung Minimal ADKM minimal 60 dan besaran Alokasi Dana Kampung Proporsional ADKP maksimal 40
dari total jumlah Alokasi Dana Kampung.
2.2.5. Pengelolaan Alokasi Dana Kampung
Pengelolaan Alokasi Dana Kampung merupakan satu kesatuan dengan pengelolaan keuangan kampung oleh sebab itu pengelolaan Alokasi Dana
Kampung harus dilakukan dengan sebaik-baiknya. Untuk mengelola Alokasi Dana Kampung, kampung harus mempersiapkan kelembagaan yang terdiri dari
Universitas Sumatera Utara
tim pelaksana, tim pengawas dan tim evaluasi secara khusus. Tim-tim tersebut dibutuhkan agar Alokasi Dana Kampung dapat terkelola dengan baik dan sesuai
dengan kepentingan masyarakat. Hal tersebut bercermin pada kebijakan masa lalu dimana bantuan untuk kampungdesa dari pemerintah daerah Kabupatenkota
secara kelembagaan dikelola sendiri oleh pemerintah daerah Kabupatenkota tersebut, maka dengan adanya Alokasi Dana Kampung pelaksana program adalah
perangkat kampung bersama masyarakatnya. Umumnya yang terjadi, kelembagaan pengelola Alokasi Dana Kampung
untuk tingkat Kabupatenkota diserahkan kepada Kabupatenkota terkait. Demikian pula dengan desa, dimana kelembagaan pengelola Alokasi Dana
Kampung juga diserahkan kepada kepala kampung Gecik atau yang setingkat. Yang terpenting dalam tim pengelola Alokasi Dana Kampung tersebut, adalah
mengupayakan agar proses pengambilan keputusan dan pelaksanaan Alokasi Dana Kampung tidak memakan proses birokrasi yang panjang dan berbelit-belit.
Universitas Sumatera Utara
2.3. Penelitian Sebelumnya
Sulistianto 2001, dalam penelitian Sulistianto yang berjudul “Pengaruh Program dana Bantuan Desa Terhadap Perkembangan Desa Di Kecamatan
Stabat”. menunjukkan bahwa desa-desa di Kecamatan Stabat menyatakan ada hubungan yang positif dan signifikan antara Dana Bantuan Desa dengan indikator
Perkembangan Desa dari tahun 1995 sampai dengan tahun 1999. Sinaga 2004, melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Proyek
Pemberdayaan Kecamatan Terpadu P2KT Terhadap Pembangunan Desa di Kecamatan Dolok Pangaribuan Kabupaten Simalungun” Dalam penelitian ini
menyatakan tujuan untuk menggambarkan proses dan peran masyarakat dalam pelaksanaan Proyek Pemberdayaan Kecamatan Terpadu P2KT dan mengetahui
manfaat Proyek Pemberdayaan Kecamatan Terpadu P2KT di Kecamatan Dolok Pangaribuan Kabupaten Simalungun. Hasil dari penelitian tersebut menyimpulkan
bahwa Proyek Pemberdayaan Kecamatan Terpadu P2KT memberikan Pengaruh yang positif terhadap Pembangunan Desa.
Purba 2007, dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Partisipasi Masyarakat Terhadap Program Bantuan Pembangunan Desa di Kecamatan
Gunung Malela Kabupaten Simalungun”. Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa karakteristik umur, pendidikan serta pendapatan berpengaruh
positif terhadap partisipasi masyarakat, sehingga Partisipasi Masyarakat dapat berpengaruh dalam keberhasilan program bantuan pembangunan desa.
Simanjuntak 2010, dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Alokasi Dana Desa APBD Serdang Bedagai Terhadap Pengembangan Desa Di Kecamatan
Sei Rampah”. Bahwa terdapat perbedaan signifikan pendapatan rata-rata rumah
Universitas Sumatera Utara