Variabel Kondisi Kerja Variabel Motivasi Kerja Perawat yang Berpengaruh Terhadap kinerja

kerja yang dilakukan perawat sehingga dengan demikian mereka dapat termotivasi dalam melaksanakan asuhan keperawatan dengan lebih baik.

5.1.3. Variabel Kondisi Kerja

Analisis statistik regresi linier berganda menunjukkan bahwa kondisi kerja mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja perawat pelaksana di instalasi rawat inap rumah sakit ρ=0,041 α=0,05. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Juliani 2007, mengatakan bahwa motivasi dapat pula diciptakan dengan mengadakan pengaturan kondisi kerja yang sehat. Hal Ini menimbulkan motivasi kerja sehingga keinginan seseorang untuk melakukan pekerjaan dalam bentuk keahlian, keterampilan, tenaga dan waktunya untuk melaksanakan pekerjaan. Hal ini juga didukung oleh penelitian Djokosoetono dalam Angraini 2007, yang menemukan hasil bahwa kondisi kerja berinteraksi dengan dorongan untuk berkembang, perasaan tanggung jawab terhadap hasil pekerjaan menghasilkan secara positif perasaan bahwa pekerjaan berarti. Hasil yang berbeda diperlihatkan oleh penelitian Siregar 2008, di RSUD Swadana Tarutung Tapanuli Utara bahwa kondisi kerja tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja perawat pelaksana di ruang rawat inap. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar kondisi kerja responden dalam pelaksanaan asuhan keperawatan di instalasi rawat Inap rumah sakit termasuk dalam kategori sedang 63,2. Universitas Sumatera Utara Hasil penelitian dan observasi di lapangan menunjukkan bahwa kondisi kerja yang buruk disebabkan oleh kurang adanya hubungan yang harmonis antara perawat dengan atasan, ditambah dengan peraturan, fasilitas, tenaga perawat tidak mendukung dalam pelayanan pada pasien dan tidak adanya prosedur kerja yang jelas dalam melaksanakan pekerjaan. Kondisi kerja merupakan faktor yang penting bagi perawat dalam melaksanakan tindakan perawatan, karena dengan kondisi kerja yang baik maka dalam melaksanakan tindakan keperawatan dapat dilakukan dengan lebih baik pula. Menurut Robbins 2002, hubungan antara atasan dan bawahan serta hubungan sesama pegawai merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam organisasi. Hubungan menyangkut jalinan komunikasi baik vertikal, horizontal dan diagonal. Pemahaman mengenai hubungan ini tergantung beberap aspek diantaranya aspek individual yang mampu bekerjasama dan memengaruhi kinerja dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien bagi organisasi.

5.2. Variabel Motivasi Kerja yang Tidak Berpengaruh Terhadap Kinerja