Latar belakang KETERANGAN PENDIDIKAN :

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Kondisi Negara Indonesia sekarang tidaklah sama dengan kondisi dahulu dimana saat ini sudah banyak Badan-badan Usaha Milik Negara BUMN berdiri sebagai pendukung perekonomian bangsa Indonesia. BUMN-BUMN tersebut sudah memiliki modal-modal yang besar. Terbukti dengan kemampuan BUMN-BUMN yang sudah mampu mendanai proyek-proyek yang membutuhkan dana besar. BUMN adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian modalnya dimiliki oleh Negara melalui penyertaan langsung maupun kekayaan Negara yang dipisahkan 1 . Dengan demikian BUMN berisikan dua elemen esensial yakni unsur pemerintah public dan unsur bisnis enterprise 2 . Terdapat cara-cara yang berbeda dari masing-masing negara untuk melaksanakan program CSR tersebut. Cara-cara tersebut antara lain dengan beasiswa, bantuan langsung bagi masyarakat miskin, maupun penyuluhan pertanian. Poin-poin tersebut terfokus pada bantuan kepada individual masyarakat secara langsung. Selain kepada masing-masing individu terdapat juga bantuan yang dapat diberikan kepada usaha-usaha kecil yang mana dapat menggerakkan perekonomian daerah tersebut dengan memberikan penambahan nilai ekonomi dan memberikan lapangan pekerjaan 1 Riant Nugroho D. Ricky Siahaan, BUMN Indonesia Isu, Kebijakan dan Strategi, Jakarta : PT. Gramedia, 2005, hal 132 2 Panji Anoraga, BUMN, Swasta dan Koperasi, Jakarta : Pustaka Jaya, 1995, hal 1 Universitas Sumatera Utara bagi masyarakat yang ada disekitar usaha tersebut. Dengan diberikannya bantuan kepada usaha-usaha kecil tersebut diharapkan dapat memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat, sehingga pengangguran yang menyebabkan kemiskinan dapat di kurangi semaksimal mungkin demi meningkatkan kesejahteraan bagi masyarakat Indonesia. Meneruskan cita-cita yang tertanam dalam Pasal 33 UUD 1945 yang mana adalah hasil pemikiran dan rumusan Bung Hatta 3 , permodalan untuk mendukung pembangunan bangsa saat ini sudah tidak terlalu bergantung kepada pinjaman luar negeri. Terbukti untuk mendukung kemajuan usaha-usaha kecil menengah yang dapat menciptakan lapangan pekerjaan dan penghidupan yang layak sesuai dengan Pasal 27 ayat 2 UUD 1945 dan pengaturan melalui perundang-undangan sebagai mana makna dari kata dikuasai oleh Negara yang tercantum dalam Pasal 33 ayat 2 dan 3 UUD 1945, dihasilkanlah Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor: PER-05MBU2007 tentang “Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara Dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan” jo Surat Edaran Nomor : SE- 14MBU2008 tentang “Optimalisasi Dana Pinjaman Program Kemitraan Melalui Kerjasama Penyaluran”. Adapun pelaksanaan PKBL ini merupakan aplikasi Corporate Social Reponsibility CSR dari BUMN sebagai kewajiban Perseroan berdasarkan Undang- Undang Perseroan Terbatas Pasal 74 ayat 1 yang menyebutkan bahwa PT yang menjalankan usaha di bidang danatau bersangkutan dengan sumber daya alam wajib 3 Ibid hal 34 Universitas Sumatera Utara menjalankan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Peraturan lain yang menyentuh CSR adalah UU No.25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Pasal 15 b menyatakan bahwa ”Setiap penanam modal berkewajiban melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan.” Untuk pelaksanaan PKBL di BUMN, diatur dalam Pasal 2 dan Pasal 88 UU No. 192003 tentang BUMN sebagai berikut: 1. Pasal 2 ayat 1 huruf e salah satu maksud dan tujuan pendirian BUMN adalah turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha golongan ekonomi lemah, koperasi, dan masyarakat. 2. Pasal 88 ayat 1 BUMN dapat menyisihkan sebagian laba bersihnya untuk keperluan pembinaan usaha kecilkoperasi serta pembinaan masyarakat sekitar BUMN. 3. Pasal 88 ayat 2 Ketentuan lebih lanjut mengenai penyisihan dan penggunaan laba sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 diatur dengan Keputusan Menteri. Selanjutnya dalam Pasal 1 ayat 5 UU No.192003 tersebut dinyatakan Menteri adalah menteri yang ditunjuk danatau diberi kuasa untuk mewakili pemerintah selaku pemegang saham negara pada Persero dan pemilik modal pada Perum dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan”. Dengan demikian Universitas Sumatera Utara dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan PKBL yang diatur oleh Menteri Negara BUMN dalam Peraturan No: Per-05MBU2007 tentang PKBL adalah dalam kedudukan Menteri Negara BUMN selaku pemegang saham di BUMN. Berdasarkan peraturan ini yang wajib di tunjuk sebagai pelaksana adalah Perum dan Persero sedangkan Perseroan Terbuka dapat melaksanakannya berpedoman kepada keputusan Rapat Umum Pemegang Saham RUPS 4 . PKBL merupakan Program Pembinaan Usaha Kecil dan pemberdayaan kondisi lingkungan oleh BUMN Badan Usaha Milik Negara melalui pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN. 5 Jumlah penyisihan laba untuk pendanaan program maksimal sebesar 2 dua persen dari laba bersih untuk Pinjaman program kemitraan dan maksimal 2 dua persen dari laba bersih untuk Program Bina Lingkungan. 6 Dalam pemberian program kemitraan tersebut dilakukan dengan perjanjian kredit. Dimana dari pemberian pinjaman tersebut diharapkan pengembalian dana tersebut dari penerima pinjaman. Namun sesuai dengan peraturan tersebut penyaluran pinjaman program kemitraan tersebut bukanlah mensyaratkan bahwa lembaga yang memberikan pinjaman haruslah berupa lembaga penyalur yang memiliki kegiatan sebagi usaha seperti perbankan baik seperti bank atau lembaga penyelur lainnya. Dalam peraturan menteri tersebut yang berhak menyalurkan adalah Perusahaan yang 4 Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor PER-05MBU2007 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara Dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan, Pasal 2 ayat 1 dan 2 5 Ibid, Pasal 1 ayat 7 6 Ibid, Pasal 9 ayat 1 dan 2 Universitas Sumatera Utara Sahamnya dimilik Negara atau BUMN, Perseroan Terbatas sesuai dengan putusan RUPS Rapat Umum Pemegang Saham. Oleh karena itu tidaklah usaha tersebut memiliki izin usaha perbakan baru dapat memberikan pinjaman kemitraan tersebut. Supaya perjanjian atau persetujuan yang dibuat oleh para pihak yang membuatnya, menyangkut para pihak yang bersangkutan maka perjanjian itu harus dibuat secara sah. Mengenai syarat sahnya suatu perjanjian diatur dalam Pasal 1320 KUH Perdata yaitu: 1. Kata Sepakat Kata sepakat dalam suatu perjanjian merupakan suatu keadaan yang menunjukkan kehendak kedua belah pihak, saling menerima satu dengan lainnya. Dengan adanya kata sepakat, maka perjanjian itu telah ada dan telah lahir dan sejak saat itu perjanjian mengikat kedua belah pihak dan dapat dilaksanakan. Prinsip Pasal 1338 ayat 3 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, kekuatan mengikat setelah tercapainya kata sepakat sangat kuat sekali, karena perjanjian itu tidak dapat ditarik kembali secara sepihak. Atau karena alasan-alasan yang diperbolehkan oleh Undang-Undang. 7 2. Kecakapan Yang dimaksud dengan kecakapan adalah kemampuan membuat perjanjian. Pada prinsipnya semua orang mampu membuat perjanjian, namun Kitab Undang- Undang Hukum Perdata telah menetapkan mengenai siapa-siapa yang tidak cakap 7 R. Subekti, dan R. Tjitrosudibio, KUH Perdata, terjemahan dari Burgelijk Wetboek, Jakarta: Pradnya Paramita, 1976 Pasal 1338 ayat 3 Universitas Sumatera Utara membuat perjanjian. Pasal 1330 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata menyebutkan bahwa orang-orang yang tidak cakap membuat perjanjian adalah: a. Orang-orang yang belum dewasa. b. Mereka yang ditaruh di bawah pengampuan. c. Orang-orang perempuan, dalam hal-hal yang ditetapkan oleh undang- undang,dan pada umumnya semua orang kepada siapa undang-undang telah melarangmembuat perjanjian-perjanjian tertentu. 8 Ketentuan undang-undang yang dapat dijadikan pedoman untuk menentukan orang-orang yang belum dewasa, yaitu: a Pasal 1 butir 2 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979, yaitu tentang Kesejahteraan Anak menyebutkan bahwa anak adalah sesorang yang belum mencapai 21 tahun dan belum pernah kawin. 9 b Pasal 6 ayat 2 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan menyebutkan bahwa .untuk melangsungkan perkawinan seorang yang belum mencapai umur 21 tahun harus mendapat izin dari kedua orang tuanya. 10 Dari kedua ketentuan di atas dapat dapat disimpulkan bahwa orang yang berumur 21 tahun ke atas disebut dewasa, kecuali di bawah umur tersebut yang bersangkutan pernah kawin. 8 R. Subekti, op.cit, Pasal 1330 9 Indonesia, Undang-Undang Tentang Kesejahteraan Anak, Undang-Undang No. 3 Tahun 1979, LN No. 4 Tahun 1979, Pasal 1 butir 2 10 Indonesia, Undang-Undang Tentang Perkawinan, Undang-Undang No. 1 Tahun 1974, LN No. 1 Tahun 1974, Pasal 6 ayat 2 Universitas Sumatera Utara 3. Hal Tertentu Yaitu apa-apa yang diperjanjikan harus jelas baik mengenai obyek perjanjian maupun hak dan kewajiban kedua belah pihak. Pasal 1333 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata memberi petunjuk bahwa mengenai perjanjian yang menyangkut tentang barang paling sedikit ditentukan jenisnya, sedangkan mengenai jumlahnya kemudian. 11 Ketentuan tersebut menunjukkan dalam perjanjian harus jelas apa yang menjadi obyeknya, supaya perjanjian dapat dilaksanakan dengan baik, suatu perjanjian yang tidak memenuhi syarat yang ketiga ini berakibat batal demi hukum, perjanjian dianggap tidak pernah ada terjadi. 12 4. Sebab yang Halal Tujuan dari perjanjian adalah merupakan sebab dari adanya perjanjian, dan sebab yang disyaratkan undang-undang harus halal. Dalam Pasal 1335 Kitab Undang- Undang Hukum Perdata, di dalamnya merinci adanya perjanjian tanpa sebab, perjanjian yang dibuat karena sebab yang terlarang. Sehingga semua perjanjian yang tidak memenuhi sebab yang halal akibatnya perjanjian menjadi batal demi hukum. Pengertian perjanjian menurut Pasal 1313 KUH Perdata adalah : “Suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih”. Dari defenisi tersebut jelaslah terdapat hubungan timbal balik yang menimbulkan kewajiban di satu pihak dan pihak lainnya memperoleh hak untuk 11 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, op.cit., Pasal 1333. 12 Gatot Supramono, Perbankan Dan Permasalahanya, Jakarta: Djambatan, 1996, hal. 57- 58. Universitas Sumatera Utara menuntut pemenuhan kewajiban pihak lainnya. Hubungan hukum tersebut haruslah merupakan suatu persetujuan para pihak untuk mengikatkan dirinya ke dalam perjanjian tersebut. Di dalam buku III KUH Perdata ditulis mengenai rumusan tentang perikatan. Pasal 1233 KUH Perdata menyebutkan “tiap-tiap perikatan dilahirkan baik karena persetujuan baik karena undang-undang” Dari pasal tersebut memberikan makna bahwa perikatan itu terjadi dikarenakan sesuatu persetujuan dua pihak ataupun beberapa pihak, dan perikatan itu dapat dikarenakan bukan kemauan sendiri tapi karena dilahirkan undang-undang. Kesepakatan pemberian kredit dapat dibuat dalam bentuk lisan maupun bentuk tulisan di bawah tangan maupun dengan akta notariel. Sebagai salah satu upaya perlindungan terhadap kreditur, biasanya kreditur lebih menyukai dituangkan dalam bentuk perjanjian tertulis yang sering disebut sebagai “Perjanjian Kredit”. Tentang perjanjian kredit ini sendiri, tidak ada ketentuan perundang-undangan yang mengharuskan perjanjian kredit dibuat dengan akta otentik. Biasanya Perjanjian Kredit yang melibatkan jumlah yang sangat besar sajalah yang dibuat dengan akta otentik notariel, sedangkan kredit dalam jumlah kecil dibuat dengan akta di bawah tangan. Pada saat ini hampir semua BUMN memiliki program PKBL, seperti PT. Jamsostek Persero, di kementerian pertanian, seperti PT Perkebunan Nusantara PTPN yang tersebar di seluruh Indonesia. BUMN di lingkungan kementerian Universitas Sumatera Utara pertambangan dan energi antara lain PKBL Pertamina, PN. Timah, dan lainnya. Masih banyak lagi seperti PT. Sucofindo, PKBL T. Telkom, Angkasa Pura, PT . Pelabuhan Indonesia. Demikian pula PKBL di kalangan perbankan, seperti PKBL bank Mandiri, BRI, BNI, BTN dan lainnya 13 . PKBL Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan pada dasarnya terdiri dari dua jenis program, yaitu program perkuatan usaha kecil melalui pemberian pinjaman dana bergulir dan pendampingan disebut Program Kemitraan serta program pemberdayaan kondisi sosial masyarakat sekitar disebut Program Bina Lingkungan. Pinjaman program kemitraan BUMN dengan usaha kecil, yang selanjutnya disebut Pinjaman program kemitraan, adalah program untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN. 14 Adapun pinjaman program kemitraan ini adalah berupa pinjaman yang di berikan oleh Perusahaan yang ditentukan oleh Pasal 2 Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor: PER-05MBU2007 tentang PKBL. Pinjaman tersebut diberikan kepada usaha kecil untuk menambah modal usaha. Kewajiban dari usaha kecil tersebut adalah membayar kembali pinjaman secara tepat waktu sesuai 13 Ditelusiri melalui alamat http:usaha-umkm.blog.com20100106program-kemitraan- bina-lingkungan-E28093-pkbl-umkm pada tanggal 19 Juni 2010 14 Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor PER-05MBU2007 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara Dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan, Pasal 1 ayat 7 Universitas Sumatera Utara dengan perjanjian yang telah disepakati dan melaporkan perkembangan usaha secara periodik kepada pemberi pinjaman. Adapun jenis usaha yang dibiayai oleh program kemitraan ini adalah semua jenis usaha yang produktif dari semua sektor ekonomi industri perdagangan pertanian perkebunan perikanan jasa lainnya dapat bermitra dan dibiayai oleh BUMN. Baik itu usaha yang menghasilkan barang atau produk maupun usaha berbentuk jasa dengan ketentuan sebagai berikut: 1. Memiliki kriteria sebagai usaha kecil termasuk usaha mikro, yaitu memiliki kekayaan bersih maksimal Rp. 200 juta tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 1 milyar; ketentuan ini disesuaikan dengan Undang Undang No. 20 Tahun 2008. 2. Milik Warga Negara Indonesia; 3. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha menengah atau usaha besar; 4. Berbentuk usaha orang perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi; 5. Mempunyai potensi dan prospek usaha untuk dikembangkan; 6. Telah melakukan kegiatan usaha minimal 1 satu tahun; Universitas Sumatera Utara 7. Belum memenuhi persyaratan perbankan non bankable. 15 Salah satu perusahaan yang diwajibkan memberikan PKBL adalah PT. Jamsostek Persero. Sebagai perusahaan BUMN, PT. Jamsostek Persero merupakan program publik yang memberikan perlindungan bagi tenaga kerja untuk mengatasi risiko sosial ekonomi tertentu dan penyelenggaraannya menggunakan mekanisme asuransi sosial. 16 Dalam memberikan pinjaman program kemitraan tersebut PT. Jamsostek Persero juga melaksanakannya berdasarkan Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara nomor PER-05MBU2007 tentang PKBL. Untuk melaksanakan pinjaman program kemitraan tersebut maka PT. Jamsostek Persero sudah tentu akan melakukan perjanjian terhadap usaha kecil tersebut sebagai aturan dalam pemberian dan pengembalian pinjaman program kemitraan tersebut. Pemberian pinjaman di PT. Jamsostek Persero dipersyaratkan menyertakan agunan sebagai dasar untuk memberikan jumlah pinjaman yang akan diberikan kepada usaha kecil tersebut. Dalam pelaksanaan proses pemberian pinjaman, setelah memberikan pijaman maka masuk ke dalam tahap pengembalian pinjaman. Dalam kenyataannya sudah pasti ada yang melakukan wanprestasi, oleh karena itu akan dilihat juga cara penyelesaian apabila terjadi wanprestasi terhadap perjanjian tersebut. Berdasarkan latar belakang tersebut penulis ingin melihat perjanjian kredit yang dibuat oleh PT. Jamsostek Persero apakah telah sesuai dengan Peraturan 15 Op Cit, Pasal 3 ayat 1 16 Pengertian Jamsostek www.wikipedia.org diakses tanggal 23 Juni 2010 Universitas Sumatera Utara Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara nomor PER-05MBU2007 tentang PKBL .

B. Perumusan Masalah

Dokumen yang terkait

Pertanggungjawaban Yuridis Tentang Keabsahan Akta Dalam Perikatan Hak Tanggungan Sebagai Jaminan Kredit Pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Studi Pada PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Blang Pidie)

1 167 103

Tinjauan Yuridis Perjanjian Kerjasama antara PT. Jamsostek (Persero) Cabang Medan dengan Wadah Tenaga Kerja Luar Hubungan Kerja (TK-LHK) Binaan Kantor PT. Jamsostek (Persero) Cabang Medan

0 56 124

Tinjauan Yuridis Tentang Kontrak Konstruksi Antaradisperindag Kab. Asahan Dengan PT. Menara Kharisma Internusa Medan (Study Pada Proyek Pembangunan Pasar Kartini Kisaran)

17 148 105

Peranan PT. Pegadaian (Persero) dalam Meningkatkan Pelayanan Pinjaman Dana Kepada Masyarakat (Studi pada Kantor Cabang Simpang Limun Medan)

11 172 104

Gambaran Kecelakaan Kerja Pada Perusahaan Peserta PT. Jamsostek (Persero) Cabang P. Siantar Tahun 2002

3 58 90

Pelaksanaan Perjanjian Pinjaman Dana Program Kemitraan Antara PT. Pelabuhan Indonesia I (Persero) Cabang Belawan Dengan Mitra Binaannya

5 56 146

Analisis Yuridis Terhadap Pemberian Kredit Wirausaha Tanpa Agunan Pada PT. Bank Artha Graha Internasional, TBK, Cabang Medan

2 57 133

Analisis Kinerja Jasa PT. Jamsostek (Persero) Terhadap Kepuasan Peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehat

0 23 1

Peranan Container Dalam Perjanjian Kerja Pada Pengangkutan Barang Melalui Angkutan Laut (Studi Pada PT. Samudera Indonesia Cabang Belawan)

5 80 89

Tinjauan Yuridis Perjanjian Kerjasama antara PT. Jamsostek (Persero) Cabang Medan dengan Wadah Tenaga Kerja Luar Hubungan Kerja (TK-LHK) Binaan Kantor PT. Jamsostek (Persero) Cabang Medan

0 1 9