penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan kemurniannya, karena belum ada yang melakukan penelitian yang sama dengan judul penelitian ini.
F. Kerangka Teori dan Konsepsi
1. Kerangka Teori
Kerangka teori merupakan kerangka berfikir lebih lanjut terhadap masalah- masalah yang diteliti. Sebelum peneliti mengetahui kegunaan dari kerangka teori,
maka peneliti perlu mengetahui terlebih dahulu mengenai arti teori. Teori adalah untuk menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala spesifik atau proses tertentu
terjadi,
17
dan suatu teori harus diuji dengan menghadapkannya pada fakta-fakta yang dapat menunjukkan ketidakbenarannya.
18
Pinjaman program kemitraan merupakan salah satu program pemerintah sebagai sarana bagi pengusaha kecil untuk mendapatkan pinjaman modal dengan
bunga yang kecil. Apabila diperhatikan perekonomian Indonesia masih sangat didukung oleh usaha-usaha kecil yang dapat memberikan pemasukan kepada
pemerintah baik secara langsung maupun tidak langsung. Banyak usaha-usaha kecil yang dapat memberikan pemasukan pajak yang besar bagi Negara serta dapat
membuka lapangan pekerjaan yang sangat besar bagi masyarakat di sekitarnya. Pinjaman program kemitraan yang dimaksud dalam tesis ini adalah pinjaman
program kemitraan yang diberikan oleh PT. Jamsostek Persero kepada pengusaha
17
J.J.J.M. Wuisman dan M. Hisyam, Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial, Asas-asas, Jakarta : FE- UI, 1996, hal 203
18
Ibid, hal 3
Universitas Sumatera Utara
kecil yang dijadikan mitra binaan sekaligus menjadi peserta Jamsostek. Bentuk pinjaman program kemitraan yang diberikan adalah pinjaman program kemitraan
yang dituangkan dalam perjanjian kredit antara PT. Jamsostek Persero dengan mitra binaan, dimana batas pinjaman yang diberikan didasarkan kepada besarnya nilai
agunan yang diajukan oleh mitra binaan. Dasar dari perjanjian kredit berupa perjanjian atau kontrak. Perjanjian dalam
KUH Perdata diatur dalam buku III tentang perikatan. Pasal 1233 KUH Perdata menyebutkan, bahwa tiap-tiap perikatan dilahirkan, baik karena persetujuan, baik
karena undang-undang.
19
Subekti dalam bukunya Hukum Perjanjian mendefinisikan perikatan sebagai suatu perhubungan hukum antara dua orang atau dua pihak, berdasarkan mana pihak
yang satu berhak menuntut suatu hal dari pihak yang lain, dan pihak yang lain berkewajiban memenuhi tuntutan itu.
20
Oleh karena itu kerangka teori yang akan dijadikan sebagai pisau analisis dalam penelitiana ini adalah teori Kepastian Hukum. Teori Kepastian Hukum
menyatakan Perjanjian mempunyai kekuatan mengikat bagi kedua belah pihak karena perjanjian itu merupakan undang-undang bagi para pihak dan oleh karenanya
perjanjian itu mempunyai kepastian hukum.
19
J. Satrio, Hukum Perikatan Perikatan Pada Umumnya, Bandung : PT. Alumni, 1999, hal 38
20
Ditelusuri melalui alamat http:destylestari.blogspot.com201006teori-kesepakatan.html pada tanggal 27 agustus 2010 pukul 20.00 WIB
Universitas Sumatera Utara
Dalam pelaksanaannya juga ditambah dengan agunan sebagai jaminan terhadap pinjaman yang diberikan tersebut sebagai pengikat bagi peminjam untuk
melunasi pinjamannya. Pelaksanaan pinjaman kemitraan tersebut tidak terlepas dari perjanjian antar
dua pihak dimana pihak pertama sebagai pemberi pinjaman dan pihak kedua sebagai penerima pinjaman.
Pasal 1313 Kitab Undang-undang Hukum Perdata memberikan rumusan tentang “perjanjian” yaitu: “Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana
satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih”. Pengertian perjanjian diatas merupakan pengertian berdasarkan perundang-undangan.
Suatu perjanjian memiliki unsur-unsur, yaitu pihak-pihak yang kompeten, pokok yang disetujui, pertimbangan hukum, perjanjian timbal balik, serta hak dan
kewajiban timbal balik. Ciri perikatan atau perjanjian yang utama ialah bahwa perikatan atau perjanjian merupakan suatu tulisan yang memuat janji-janji dari para
pihak secara lengkap dengan ketentuan-ketentuan dan persyaratan-persyaratan serta berfungsi sebagai alat bukti tentang adanya seperangkat kewajiban
Perjanjian kredit dengan meminjam aturan BW KUH Perdata adalah salah satu dari bentuk perjanjian yang dikelompokkan dalam perjanjian-perjanjian
meminjam sebagaimana diatur dalam Pasal 1754 sampai dengan 1769 KUH Perdata. Sehingga landasan aturan yang dipergunakan dalam membuat perjanjian kredit
tentunya tidak dapat melepaskan diri dari ketentuan yang ada pada KUH Perdata
Universitas Sumatera Utara
tersebut.
21
Ini merupakan perbuatan hukum dua pihak, dimana dilakukan oleh dua pihak dan menimbulkan hak-hak dan kewajiban-kewajiban bagi kedua pihak timbal
balik
22
. Perjanjian kredit memuat serangkaian klausula dimana sebagian besar dari
klausul tersebut merupakan upaya untuk melindungi pihak pemberi pinjaman dan penerima pinjaman, serta merupakan serangkaian persyaratan yang diformulasikan
dalam upaya pemberian pinjaman ditinjau dari aspek finansial dan hukum. Dari aspek finansial, klausula melindungi pemberi pinjaman agar dapat menuntut atau menarik
kembali dana yang telah diberikan kepada penerima pinjaman dalam posisi yang menguntungkan bagi pemberi pinjaman apabila kondisi debitur tidak sesuai dengan
yang diperjanjikan. Sedangkan dari aspek hukum, klausula merupakan sarana untuk melakukan penegakan hukum agar penerima pinjaman dapat mematuhi substansi
yang telah disepakati dalam perjanjian kredit. Oleh karena itu, perjanjian kredit perlu mendapat perhatian secara khusus
baik oleh pemberi pinjaman ataupun penerima pinjaman, dikarenakan perjanjian kredit merupakan dasar hubungan kontraktual antar pihak. Dari perjanjian kredit
dapat ditelusuri berbagai hal tentang pemberian, pengelolaan, ataupun penatausahaan kredit itu sendiri.
21
Ignatius Ridwan W, Hukum Sekitar Perjanjian Kredit, Semarang : Badan Penerbitan Universitas Diponegoro, 1997, hal. 2
22
C.S.T Kansil, Pengantar Ilmu hukum dan Tata Hukum Indonesia, Jakarta : PN Balai Pustaka, 1984, hal 119
Universitas Sumatera Utara
Dalam perjanjian pinjaman kemitraan tersebut juga menyertakan agunan sebagai salah satu syarat untuk dapat disetujuinya permohonan pinjaman tersebut.
Agunan diartikan sebagai barangbenda yang dijadikan jaminan untuk melunasi utang nasabah debitur. Dalam Penjelasan Pasal 8 UU No. 10 Tahun 1998
Tentang Perbankan yang Diubah, terdapat 2 dua jenis agunan, yaitu: agunan pokok dan agunan tambahan.
a. Agunan pokok adalah agunan yang pengadaanyabersumber dari dana kredit
bank, berupa barang proyek tanah dan bangunan, mesin-mesin,persediaan, piutang dagang, dan lain-lain. Agunan kredit dapat hanya berupa agunan
pokok bila berdasarkan aspek-aspek lain dalam jaminan utama watak, kemampuan, modal dan prospek diperoleh keyakinan atas kemampuan
debitur untuk mengembalikan hutangnya. b.
Agunan tambahan adalah agunan yang tidak termasuk dalam batasan agunan pokok, contoh: aktiva tetap di luar proyek yang dibiayai, surat berharga, surat
rekta , garansi resiko, jaminan pemerintah, lembaga penjamin dan lain-lain.
Agunan tambahan menjadi wajib dipenuhi bila menurut pemutus, agunan pokok yang disediakan tidak dapat menutup kecukupan jaminan, yang
disebabkan adanya kesulitan dalam pengikatan dan penguasaan agunan pokok sebagai agunan kredit, sehingga tidak dapat memberikan hak mendahulu
preference bagi bank.
Universitas Sumatera Utara
Pada dasarnya, pemakaian istilah jaminan dan agunan adalah sama. Namun, dalam praktek perbankan istilah di bedakan. Istilah jaminan mengandung arti sebagai
kepercayaankeyakinan dari bank atas kemampuan atau kesanggupan debitur untuk melaksanakan kewajibannya. agunan diartikan sebagai barangbenda yang dijadikan
jaminan untuk melunasi utang nasabah debitur. Sama halnya juga dengan perikatan yaitu hubungan hukum antara dua pihak dalam lapangan harta kekayaan dengan
pihak yang satu berhak atas prestasi dan pihak yang lain berkewajiban berprestasi
23
. Dalam Penjelasan Pasal 8 UU yang Diubah, terdapat 2 dua jenis agunan,
yaitu: agunan pokok dan agunan tambahan. Agunan pokok adalah barang, surat berharga atau garansi yang berkaitan langsung dengan objek yang dibiayai dengan
kredit yang bersangkutan, seperti barang-barang atau proyek-proyek yang dibeli dengan kredit yang dijaminkan. Sedangkan agunan tambahan adalah barang, surat
berharga atau garansi yang tidak berkaitan langsung dengan objek yang dibiayai dengan kredit yang bersangkutan, yang ditambah dengan agunan.
24
Agunan juga memiliki aspek hukum dengan melihat dapat tidaknya objek benda yang direncanakan sebagai agunan kredit tersebut diikat secara yuridis
sempurna, dan bentuk benda yang dijadikan agunan objek jaminan, misalnya benda bergerak atau tidak bergerak, serta kekhususan ciri yang dimiliki benda tersebut akan
berpengaruh terhadap teknis pengikatannya.
25
23
Handri Raharjo, Hukum Perjanjian di Indonesia, Jakarta : PT. Buku Kita, 2009, hal 75
24
Ibid
25
Try Widiyono, Agunan Kredit Dalam Financial Engineering, Bogor : Ghalia Indonesia, 2009, hal 89
Universitas Sumatera Utara
Dalam pelaksanaannya juga tidak terlepas dari perbuatan-perbuatan wanprestasi dari salah satu pihak. Oleh karena itu untuk menyelesaikan permasalahan
tersebut dapat kita lihat kembali isi dari perjanjian tersebut dalam hal penyelesaian apabila salah satu pihak tidak memenuhi kewajibannya tanpa melanggar perundang-
undangan yang berlaku.
2. Konsepsi