a. Ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku berkaitan dengan
tanah berdasarkan asas taat asas; b.
Dalam pembuatan peraturan daerah sejauh mungkin melibatkan unsur- unsur legislatif daerah menurut kewenangan yang ada;
c. Aspek keadilan sosial serta pemanfaatannya yang dapat menjamin
peningkatan kesejahteraan; d.
Penghargaan secara proporsional terhadap unsur-unsur kebudayaan asli daerah berkaitan dengan nilai dan fungsi tanah.
Gubernur Sumatera Utara melalui suratnya No.522581 tertanggal 19 Januari 2007 kepada Menteri Kehutanan menawarkan 2 dua opsi penuntasan penyelesaian
permasalahan kawasan hutan Register 40 Padang Lawas. 1.
Terhadap areal Padang Lawas yang diusahai 43 perusahaan, koperasi, yayasan, PMDN, PMA, dan masyarakat, perorangan dan sudah ditanami
diusulkan untuk pelepasan dari Menhut dengan cara kompensasi areal pengganti.
2. Jika opsi pertama tidak dapat dilakukan disarankan untuk diberikan ijin
penggunaan kawasan Padang Lawas 1 satu daur tanam sesuai jenis tanaman yang ada dan kewajiban menghutankan kembali.
B. Konsep Perlindungan Hukum Terhadap Pemegang Sertifikat Hak Milik Atas Tanah dalam Sistem UUPA
1. Terjadinya Hak Milik Menurut Hukum Adat
Proses lahirnya hak milik menurut hukum adat, pertama-tama orang perlu membuka hutan yang dikenal dengan istilah babat alas, menetapkan batas-batasnya
yang kemudian ia memperoleh satu jenis hak yaitu hak terdahulu. Kemudian ia memperoleh Hak Menikmati, yang sifatnya lebih kuat dari Hak Terdahulu. Kemudian,
Universitas Sumatera Utara
setelah ia mendapat hak menikmati dan itu sudah diakui oleh masyarakat di sekitarnya, ia mendapatkan yang dinamakan hak pakai. Ketika ia mewariskan tanah
itu, lahirlah apa yang dinamakan Hak Milik. Proses lahirnya tersebut telah memiliki hubungan keperdataan yaitu memiliki sejarah mengusahakan dan membuka hutan
dengan tanah yang dibukanya secara turun temurun, tidak boleh diputuskan begitu saja.
Tanah dan masyarakat hukum adat memiliki hubungan erat satu dengan yang lainnya yakni hubungan hukum antara masyarakat adat dengan tanahnya dengan hak
menggunakan tanah bagi keuntungan masyarakat. Hak ini dipergunakan terhadap pihak luar dan terhadap sesama anggota kelompok masyarakat hukum adat yang
memiliki wewenang atas tanah tersebut. Adapun tanah adat yang berada dikawasan tanah Register 40 terletak
dikawasan hutan Padang Lawas seluas ± 23.000 Ha terletak antara 01, 15, 37 sd 01, 25, 00 LU, 99, 55, 00 sd 100, 05, 00 BT yang dikuasai oleh KPKS Bukit Harapan
dan PT. Torganda beserta seluruh bangunan yang ada diatasnya dan Perkebunan kelapa sawit dikawasan Hutan Padang lawas seluas ± 24.000 Ha terletak antara 01,
15, 37 sd 01, 25, 00 LU 99,55, 00 sd 100, 05, 00 BT yang dikuasai oleh Koperasi Parsub dan PT. Torus Ganda beserta seluruh bangunan yang ada diatasnya.
Seluruh bidang-bidang tanah tanah tersebut terletak di desa Gunung Manaon Sim, desa Simangambat Julu, desa Tanjung Botung, desa Sigagan dan desa Aek Raru
seluruhnya berada di kecamatan Simangambat dahulu kecamatan Barumun Tengah kabupaten Tingkat II Tapanuli Selatan, provinsi Sumatera Utara. Bidang-bidang tanah
tersebut sebagian berasal dari tanah adat yang dikuasai secara turun-temurun oleh masyarakat Luhat Simangambat yang masuk antara lain Simangambat Jae,
Simangambat Julu, Langkimat, Mandasip, Hutapasir, Hutabaru, Jabi-jabi, Sigagan,
Universitas Sumatera Utara
Tanjung Botung Sionggotan, Sibulang-bulang, Hutabaringgin dahulu kecamatan Barumun Tengah kabupaten Tingkat II Tapanuli Selatan.
Dalam rangka membangun Hukum Tanah Nasional, Hukum Adat merupakan sumber utama untuk memperoleh bahan-bahan yang berupa konsepsi, Asas dan
lembaga-lembaga hukum untuk dirumuskan menjadi norma-norma hukum yang tertulis, yang disusun menurut sistem hukum adat. Hukum Tanah baru yang dibentuk
dengan menggunakan bahan-bahan hukum adat berupa norma-norma hukum yang dituangkan dalam peraturan perundang-undangan sebagai hukum tertulis, merupakan
hukum tanah nasional positif yang tertulis. Fungsi Hukum Adat sebagai sumber utama dalam pembangunan hukum tanah nasional, inilah yang dimaksud dalam konsiderans
UUPA, Hukum Tanah Nasional “Berdasarkan Hukum Adat”. Pengertian tanah haruslah dibedakan antara pengertian sehari-hari dan
pengertian hukum yuridis. Tidaklah salah jika tanah diartikan sebagai tempat tumbuhnya pohon-pohon, tempat berdirinya bangunan-bangunan, tempat berdirinya
aktivitas dan lain sebagainya. Pengertian semacam itulah adalah pengertian sehari- hari yang sudah dipahami oleh masyarakat, namun menurut hukum sebagaimana yang
disebutkan pada pasal 4 ayat 1 dan pasal 1 ayat 4 Undang-undang Pokok Agraria UUPA bahwa tanah itu adalah permukaan bumi dan bumi terdiri dari 3 komponen
yaitu permukaan bumi, tumbuh dan yang berada dibawah air. Pasal 1 ayat 4 UUPA :
“Dalam pengerian bumi, selain permukaan bumi, termasuk pula tubuh bumi di bawahnya serta yang berada di bawah air”
Pasal 4 ayat 1 UUPA : “Atas dasar hak menguasai dari Negara sebagaimana yang dimaksud dalam
pasal 2 ditentukan adanya macam-macam hak atas permukaan bumi yang
Universitas Sumatera Utara
disebut tanah, yang dapat diberikan kepada dan dipunyai oleh orang-orang, baik sendiri maupun bersama-sama dengan orang lain serta badan-badan
hukum. Dengan demikian Hak Menguasai dari Negara yang dimaksud dalam UUPA
adalah semacam hak ulayat negara, yang merupakan wewenang Pemerintahan Pusat.
63
Atas dasar hak menguasai dari negara itu, Pasal 4 ditentukan adanya macam- macam hak atas permukaan bumi, yang disebut tanah, yang dapat diberikan kepada
dan dipunyai oleh orang-orang, baik sendiri maupun bersama-sama dengan orang lain serta badan-badan hukum.
Dalam Pasal 16 UUPA hak-hak atas tanah tersebut ialah : 1.
Hak Milik 2.
Hak Guna Usaha 3.
Hak Guna Bangunan 4.
Hak Pakai 5.
Hak Sewa 6.
Hak Membuka Tanah 7.
Hak Memungut Hasil Hutan 8.
Hak-hak lain yang tidak termasuk dalam hak-hak tersebut diatas yang akan ditetapkan dengan undang-undang serta hak-hak yang sifatnya sementara
sebagaimana disebut dalam Pasal 53.
Sementara hak-hak atas air dan ruang angkasa ialah : a.
Hak Guna Air b.
Hak Pemeliharaan dan Penangkapan Ikan c.
Hak Guna Ruang Angkasa
64
Tanah Negara bukanlah tanah yang dimiliki oleh negara, tetapi tanah yang dikuasai dan diurus oleh negara, dan negara memberi kesempatan kepada
warganegaranya untuk menguasai. Asal konsep tanah negara adalah negara bukan pemilik sehingga tanah negara itu
dapat dipindahtangankan. Menurut UUPA : negara bukan pemilik tetapi hanya
63
AP. Parlindungan, Op.Cit, Halaman 40
64
Runtung, Makalah Mengenal Hak-hak Atas Tanah Menurut Hukum Pertanahan Nasional dan Eksistensi Hak Ulayat Masyarakat Hukum Adat
, Halaman 10
Universitas Sumatera Utara
mengatur, mengurus dan menjaga. Ketika seseorang mempunyai suatu tanah, secara de facto
orang tersebut adalah pemilik tanah, dan ketika ia olah dan ia kerjakan ia menjadi pemilik de facto in concreto, dan ketika tanah itu didaftarkan dan terbit
sertifikatnya, ia menjadi pemilik de jure, dan ini adalah proses pemilikan.
2. Hak Milik