“Tiap-tiap Hak Milik dianggap bebas dari segala beban pembuktian sedangkan orang yang mengaku mempunyai suatu hak atas tanah itu harus memberikan
pembuktian” Berdasarkan Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia Pasal 36 menyebutkan bahwa : 1.
Setiap orang berhak mempunyai milik, baik sendiri maupun bersama-sama dengan orang lain demi pengembangan dirinya, keluarga, bangsa, dan
masyarakat dengan cara yang tidak melanggar hukum 2.
Tidak seorangpun boleh dirampas miliknya dengan sewenang-wenang dan secara melawan hukum.
3. Hak milik mempunyai fungsi sosial
3. Kepastian Hukum Hak Atas Tanah
Inti dari kepastian hukum terletak pada kekuatan sertifikat kepemilikan hak atas tanah sebagai bukti kepemilikan termasuk di pengadilan, namun kepastian hukum
dengan sistem negatif pada hakekatnya kepastian hukum yang relatif, dengan pengertian bahwa oleh peraturan perundang-undangan dijamin kepastian hukum
selama tidak dibuktikan sebaliknya Muchtar Wahid, 2005 : 38. Dengan adanya lembaga publikasi negatif maka pemilik hak atas tanah yang
sebenarnya belum tentu namanya terdaftar di dalam buku tanah, sedangkan pemegang sertifikat hak atas tanah yang namanya terdaftar dibuku tanah sepanjang tidak terbukti
sebaliknya tetap dianggap sebagai pemegang hak atas tanah yang sebenarnya. Khusus terhadap hak milik, yakni menurut Pasal 20 ayat 1 Undang-Undang
Pokok Agraria ditentukan lain, yaitu unsur turun-temurun, terkuat, dan terpenuh. Dengan kedudukan hukum sertifikat hak atas tanah sebagai alat bukti, namun tetap
Universitas Sumatera Utara
diperlukan sebagai alat bukti sementara, karena didasari kemungkinan adanya alat pembuktian pihak yang berwenang, tidak terkecuali terhadap sertifikat hak milik
yang terkuat dan terpenuh sekalipun. Hapusnya hak atas tanah terdaftar dalam arti luas dengan berakhirnya
tanggung jawab negara terhadap hak atas tanah terdaftar dikantor Pertanahan dengan atau tanpa kemauan pemegangnya, baik berdasarkan ketetapan konstitutif atau
deklaratoir, oleh Kantor Pertanahan dicatat di buku tanah dan surat ukur serta dimusnahkannya sertifikat hak atas tanah yang bersangkutan.
Hapusnya hak atas tanah terdaftar dalam arti sempit dengan berakhirnya tanggung jawab negara terhadap hak atas tanah terdaftar di kantor pertanahan tanpa
kemauan yang punya berdasarkan ketetapan konstitusi atau deklaratoir yang oleh Kepala Kantor Pertanahan dicatat dibuku tanah dan surat ukur yang bersangkutan.
Harapan selanjutnya adalah kebijakan pendaftaran tanah yang tertuang dalam peraturan pemerintah tentang pendaftaran tanah yang perlu disempurnakan dengan
berpedoman pada tata aturan peraturan perundang-undangan dan mempertimbangkan sungguh-sungguh nilai universal yang terdapat dalam hukum adat sesuai dengan
kesadaran hukum dan realitas sosial masyarakat, sehingga hukum adat bukan merupakan dasar, tetapi merupakan sumber utama Hukum Tanah Nasional Muchtar
Wahid, 2005:38. Dalam kasus ini, pihak BPN telah mengeluarkan 1820 sertifikat hak milik
untuk anggota masyarakat di Luhat Simangambat dan Luhat Ujung Batu. Sebelum dikeluarkan sertifikat ada prosesnya yaitu adanya permohonan dari anggota
masyarakat tersebut kepada BPN dengan melampirkan surat-surat yang diperlukan antara lain Surat Keterangan Tanah. Untuk tanah yang berasal dari tanah adat maka
harus ada surat pernyataan dari pemohon tentang asal-usul tanah tersebut dan
Universitas Sumatera Utara
diketahui oleh Kepala Desa, jika asalnya dari tanah negara maka akan ada biaya pemasukan pembayaran kepada Negara.
Proses selanjutnya adalah pihak BPN akan turun ke tempat dimana dimohonkan sertifikat tersebut dan melakukan identifikasi pengukuran dan bila sudah
tidak ada hambatan lain, maka dilakukan pengumuman. Pengumuman itu dimaksudkan agar bila ada pihak lain baik pribadi maupun masyarakat lain ataupun
pemerintah yang keberatan atas permohonan sertifikat tersebut, bisa mengajukan keberatannya dan akan diproses lebih lanjut dan pengurusan sertifikat tersebut ditunda
untuk sementara menunggu selesainya proses keberatan itu. Dalam kasus ini, sampai masa pengumuman berakhir tidak ada pihak yang
mengajukan keberatan kepada BPN, lalu kemudian pihak BPN Tapanuli Selatan mengeluarkan sertifikat hak milik tersebut. Sertifikat yang dikeluarkan oleh Kantor
Pertanahan kabupaten Tapanuli Selatan karena luas areal yang dimohonkan adalah 2 dua Ha per orang, jadi tidak perlu sampai ke wilayah provinsi. Menurut pendapat
Adi Irwansyah : “Tidak ada batas-batas yang jelas pada lahan Register 40 dan seharusnya pihak Departemen Kehutanan mengajukan keberatan kepada Kantor
Pertanahan sewaktu masa pengumuman berlangsung”. Selama ini untuk pemetaan areal Register 40 tidak pernah pihak Kantor Pertanahan diikutsertakan. Kantor
Pertanahan mengeluarkan sertifikat tersebut berdasarkan Rencana Umum Tata Ruang Wilayah dan tanah-tanah yang dimohonkan tersebut berada di luar Register 40. Pihak
Kantor Pertanahan Tapanuli Selatan melakukan identifikasi untuk dijadikan perkebunan kelapa sawit seluas 23.000 Ha oleh koperasi terhadap tanah yang
dimohonkan. Tujuan dari identifikasi adalah untuk mengetahui siapa pemilik tanah atau siapa yang berhak atas tanah tersebut dan berapa luasnya. Hingga saat ini tidak
ada pembatalan atas semua sertifikat hak milik yang dikeluarkan oleh Kantor
Universitas Sumatera Utara
Pertanahan atas tanah-tanah di Simangambat dan Ujung Batu tersebut, dan menurut hukum sertifikat itu tetap sah dan diatas tanah tersebut sudah ada hak seseorang. Jika
ada pihak yang keberatan atas munculnya sertifikat tersebut harus mengajukan gugatan ke Pengadilan Tata Usaha Negara dan meminta agar sertifikat-sertifikat
tersebut dibatalkan, namun tentunya harus bisa membuktikan bahwa serifikat itu tidak benar dan menurut pihak Kantor Pertanahan bahwa sertifikat-sertifikat tersebut adalah
sah.
68
4. Perlindungan Hukum Hak Atas Tanah