mengatur, mengurus dan menjaga. Ketika seseorang mempunyai suatu tanah, secara de facto
orang tersebut adalah pemilik tanah, dan ketika ia olah dan ia kerjakan ia menjadi pemilik de facto in concreto, dan ketika tanah itu didaftarkan dan terbit
sertifikatnya, ia menjadi pemilik de jure, dan ini adalah proses pemilikan.
2. Hak Milik
Pengertian dari Hak Milik dalam Undang-undang Pokok Agraria adalah hak yang turun-temurun, terkuat dan terpenuh yang dimiliki atas tanah dengan mengikat
fungsi sosial, yang dapat beralih dan dialihkan kepada pihak lain. Pasal 20 Undang- Undang Pokok Agraria.
Adapun karakteristik dari hak milik adalah : a.
Turun temurun artinya hak milik atas tanah dapat beralih karena hukum dari seseorang pemilik tanah yang meninggal dunia kepada ahli waris.
b. Terkuat artinya bahwa hak milik atas tanah tersebut yang paling kuat
diantara hak-hak yang lain atas tanah. c.
Terpenuh artinya bahwa hak milik atas tanah tersebut dapat digunakan untuk usaha pertanian dan juga untuk mendirikan bangunan.
d. Dapat beralih dan dialihkan
e. Dapat dibebani kredit dengan dibebani hak tanggungan
f. Jangka waktu terbatas.
65
Sungguhpun UUPA tidak menganut sistem hak milik yang absolut, namun dalam Pasal 18 dinyatakan, bahwa untuk kepentingan umum, termasuk kepentingan
bangsa dan negara serta kepentingan bersama dari rakyat, hak-hak atas tanah dapat
65
H.Ali Achmad Chomzah, Hukum Pertanahan, Jakarta : Perpustakaan Nasional, 2002, Halaman 5
Universitas Sumatera Utara
dicabut, dengan memberi ganti kerugian yang layak dan menurut cara yang diatur dengan undang-undang.
66
Landasan Idiil daripada hak milik baik atas tanah maupun atas barang-barang dan hak-hak lain adalah Pancasila dan UUD 1945 sebagai landasan operasional, jadi
secara yuridis formil hak perorangan ada dan diakui oleh negara. Hal ini dibuktikan dengan adanya peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria yang diatur dalam Undang-
Undang No.5 Tahun 1960 Undang-undang Pokok Agraria. Dari pengertian tersebut dapat dipahami bahwa seseorang mempunyai hak atas
tanah, misalnya hak milik, maka yang bersangkutan hanya memiliki hak milik atas permukaan bumi saja dan tidak termasuk tubuh bumi yang berada di bawah air.
67
Dahulu hak milik dalam pengertian hukum barat bersifat mutlak, hal ini sesuai dengan paham individualisme yaitu kepentingan individu yang menonjol diberi
kekuasaan bebas dan penuh terhadap miliknya yang tidak dapat diganggu gugat. Akibat adanya ketentuan demikian, pemerintah tidak dapat bertindak terhadap milik
seseorang, meskipun hal itu perlu untuk kepentingan umum. Pendirian hak milik perlu dibatasi dengan fungsi sosial, dalam rangka mencegah penggunaan hak milik yang
tidak sesuai dengan fungsi dan tujuannya. Adapun yann menjadi dasar fungsi sosial tercamtum dalam pasal 33 ayat 3 UUD 1945 berbunyi sebagai berikut :
“Bumi dan air serta kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”
Sedangkan dasar hukum pembatasannya terurai dalam pasal 27 ayat 2 yang isinya adalah sebagai berikut :
66
A.P Parlindungan, Landreform Di Indonesia, Bandung : Alumni, 1989, Halaman 95
67
Tampil Anshari, Pendaftaran Tanah Kepastian Hak, Medan : Multik Grafik 2007 Halaman 7-8
Universitas Sumatera Utara
“Tiap-tiap Hak Milik dianggap bebas dari segala beban pembuktian sedangkan orang yang mengaku mempunyai suatu hak atas tanah itu harus memberikan
pembuktian” Berdasarkan Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia Pasal 36 menyebutkan bahwa : 1.
Setiap orang berhak mempunyai milik, baik sendiri maupun bersama-sama dengan orang lain demi pengembangan dirinya, keluarga, bangsa, dan
masyarakat dengan cara yang tidak melanggar hukum 2.
Tidak seorangpun boleh dirampas miliknya dengan sewenang-wenang dan secara melawan hukum.
3. Hak milik mempunyai fungsi sosial
3. Kepastian Hukum Hak Atas Tanah